Filsafat Pendidikan Islam                              

(Landasan Filosofi Pendidikan Islam)
Adhari

BAB I
Latar Belakang Masalah
Dasar Filosofis Pendidikan Islam padahakikatnya identik dengan konsep Filsafat Pendidikan Islam itu sendiri, yang berasal dari sumber yang sama yakni al-Quran dan al-Hadits (al-Sunnah).
Dari Kedua sumber al-Quran dan al-Hadits kemudian timbul pemikiran-pemikiran tentang persoalan ke-Islaman dalam berbagai aspek, termasuk landasan dasar Pendidikan Islam. Dengan demikian hasil pemikiran para ‘Ulama seperti Qiyas dan Ijma.’Terjadinya Qias dan Ijma dikarnakan perkembangan jaman menuntutnya sebuah hukum baru yang harus menafsirkan al-Quran dan al-Hadis menggunakan pendekatan lain, sebagai hasil olah fikir sumber pokok tadi yakni al-Quran dan al-Hadits (al-Sunnah). Ajaran yang termuat dalam wahyu merupakan dasar dari landasan Pendidikan Islam yang valid tentang Pendidikan Islam, dibina atas dasar konsep ajaran Islam terutama dalam al-Quran dan al-Hadits (al-Sunnah). Oleh karena itu, di zaman modern seperti ini sudah banyak orang bahkan “umat muslim” sendiri sudah mulai meninggalkan konsep dasar dalam Pendidikan Islam yang berasas pada dua sumber primer yaitu, al-Quran dan al-Hadits (al-Sunnah) dan mulai mengiblat ke arah barat atau Eropa yang jelas-jelas di sana bukan Islam, Hal itu memang kita perlukan asalkan jangan lepas dari koridor Al-Quran dan Sunah, sebab landasan pokok umat islam baik dari segi apapun perbuatan dan fikiran harus benar-benar dilandasi oleh al-Qran dan sunah.
 Pada hakikatnya semua Ilmu kita harus pelajari demi menjalin hubungan yang ramah tamah terhada semua kalangan. Lantas bagai mana para filosof islam menjadikan landasan pemikiran mereka demi terbentuknya sebuah ide gagasan yang mampuh menghantarkan pemikiran mereka kearah hasil yang berparian demimi memajukan sebuah Pendidkan Umat Islam dalam hal ini perlu kita kaji lebih mendalam demi terbentuknya sebuah ide dan pikiran yang bersih sesuai dengan ajaran islam yang telah di sampakan Allah kepada Nabi untuk Umatnya.
BAB II
Pembahasan
Pengertian Dasar Pendidikan
Dasar merupakan landasan untuk berdirinya sesuatu. Fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu.1 Dasar pendidikan Islam didasarkan pada falsafah hidup umat Islam dan tidak didasarkan kepada falsafah hidup suatu negara, sistem pendidikan Islam tersebut dapat dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu. Ajaran itu bersumber dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW, (sebagai landasan ideal), serta ijtihād. Tiga sumber ini harus digunakan secara hirarkis. Al-Quran harus didahulukan. Apabila suatu ajaran atau penjelasan tidak ditemukan di dalam al-Quran, maka harus dicari di dalam Sunnah, apabila tidak ditemukan juga dalam Sunnah, barulah digunakan ijtihād. Sunnah tidak bertentangan dengan al-Qur‟an, dan ijtihād tidak boleh bertentangan dengan al-Quran dan Sunnah.[1]
Dasar-dasar Pendidikan Islam
Agar pendidikan dapat melaksanakan fungsinya, pendidikan memerlukan acuan pokok yang mendasarinya. Acuan yang menjadi dasar bagi pendidikan adalah nilai yang tertinggi dari pandangan hidup suatu masyarakat di mana pendidikan itu dilaksanakan. Dalam menetapkan sumber pendidikan Islam, para pemikir Islam mempunyai beberapa pendapat. Abdul Fattah Jalal, misalnya, membagi sumber pendidikan Islam kepada dua macam, yaitu, pertama, sumber Ilahi, yang meliputi al-Quran, al-Hadîts, dan alam semesta sebagai ayat kauniyah yang perlu ditafsirkan kembali. Kedua, sumber insaniah, yaitu lewat proses ijtihad manusia dari fenomena yang muncul dan dari kajian lebih lanjut terhadap sumber Ilahi yang masih bersifat global.[2]
Landasan Filosofi Pendidikan Islam
Kalau filsafat berusaha mengkaji pangkal segala hal sampai keujungnya, begitu pula megkaji hubungan dan kaitanya antara manusia dengan manusia lain, antara mausia dengan alam jagat dan manusia dengan pencipta alam jagat, maka filsafat Al-Quran meliputi itu semua. Jika pendidikan berusaha memelihara individu dan pertumbuhanya pada umat manusia saja, maka Al-Quran berusaha mendidik mahluk seluruhnya termasuk manusia.[3]
Abdurrahman Saleh mengatakan bahwa kata ilm dalam Al-Quran salah satu istilah yang menunjukkan pada pengetahuan. Rosenthal mencatat frekuensi munculnya ushlûb kata ‘alima’ dipertimbangkan dengan segala kecermatannya. Pentingnya ilmu pengetahuan juga ditemukan dalam Al-Quran. Ayat-ayat ini beriring untuk menunjukkan peranan pentingnya ilmu pengetahuan yang bisa membuat seseorang mencapai derajat yang tinggi. Ibn Mas’ud mengatakan bahwa orang yang diberikan ilmu mempunyai derajat yang tinggi daripada orang yang mempunyai iman tapi tidak berilmu.[4]
Muhammad Abduh mendeskripsikan bagaimana bahasa Al-Quran atau wahyu berkembang sesuai dengan perkembangan akal manusia. Menurutnya, manusia itu pada mulanya kecil, lalu menjadi dewasa. Demikian juga, Allah bagaikan orang tua bagi anak-anaknya. Umat terdahulu masih anak-anak, sehingga perintah pun mutlak dikerjakan, larangan keras harus ditinggalkannya, sehingga setelah dewasa manusia ini, Tuhan pun berbicara dengan akal[5]
Pemikiran Islam (Ijtihâd)

Yang dimaksud dengan pemikiran Islam yakni penggunaan akal-budi manusia dalam rangka memberikan makna dan aktualisasi terhadap berbagai ajaran Islam. Sehingga dapat disesuaikan dengan tuntutan masyarakat dan perkembangan zaman yang muncul dalam kehidupan umat manusia dalam berbagai bentuk persoalan untuk dicarikan solusinya yang sesuai dengan ajaran Islam. Upaya ini sangat penting dalam rangka menerjemahkan ajaran Islam sekaligus memberikan respons bagi pengembangan ajaran Islam yang sesuai dengan zaman, dari masa ke masa sejak dulu hingga sekarang ini.
Diantara sumber-sumber tambahan yang mungkin menjadi dasar, perinsip-perinsip,kepercayaan-kepercayaan, dan kandungan-kandungan filsafat pendidikan islam  ialah sebagai berikut:
a.         Ciri-ciri pertumbuhan pengajaran dari segi jasmani, intelektual, temperament, emosi, spiritual, keperluan-keperluan, dan pergerakan-pergerakan yang bermaan-macam. Begitu juga dengan sifat-sifat, ciri-ciri keistimewaan, kebolehan dan peroses=peroses intelektual yang bermacan-macam, temasuk pengamatan , ingatan, gambaran, kehayalan, pengajaran, pemikiran, dan lain-lain. Begitu juga teori-teori yang diterima akal, penenuan-penemuan dalam penyelidikan inilah yang sah yang berkaitan dengan sifat-sifat, bentuk dan peroses pertumbuhan manusia yang ermacam-macam.
b.        Nilai-nilai dan teradisi-teradisi sosial ang baik yang memberikan kepada masyarakat ontoh keislaman/ atau ke araban yang tidak menghalangi kemajuan mengikuti semangat zaman, dan keperluan-keperluan kebudayaan, sosal, ekonomi dan politik bagi masyarakat.
c.         Hasil penyelidikan dan kajian-kajian pendidikan dan pisikologi yang berkaitan dengan sifat-sifat, dan pungsi-pungsi sangat penting. Peroses pertumbuhan kebudayaan, sosial, ekonomi, politik, spiritual, bagi masyarakat perlu dikaji.begitu juga perinsip-perinsip kepercayaan, dan andai-andai yang dibuat oleh ilsafat modern, dengan syarat bahwa itu harus sesuai dengan roh syariat islam.
d.        Perinnsip-perinsip yang menjadi dasar filsafat politik, ekonomi dan sosial yang dilaksanakan oleh Negara, dan piagam-piagam serta perinsip-perinsip perhimpunan-perhimpunan serantau (regional) dan internasional yang meliputi berbagai Negara seperti Liga Arab,Persatuan Negara-negara Afrika, Perserikatan Babngsa-bangsa, dan juga perhimpunan-perhimpunana cabang yang termasuk dalam induk organisasi induk tersebut. [6]
Unsur-unsur syarat filsafat islam untuk pemdidikan
Filsafat pemdidkan islam yang ingin kita bina pada masyarakat pendidkan islam, haruslah mengandung berbagai-bagai unsur dan syarat, yang akan kita terangkan dibawah ini.
a.         Filsafat pendidikan islam itu dalam segala perinsip, kepercayaan dan kebudayaan, sesuai dengan ruh (spirt) Islam. Faham sadar dan sehat terhadap akidah, ajaran dan undang-undangnya. Tanpa syarat-syart itu  tidaklah dapat disebut pendidkan islam. [7] Allah, menurut Muhammad Abduh, memilih manusia tertentu yang jiwanya mencapai puncak kesempurnaan, sehingga mereka dapat menerima pancaran ilmu yang disinarkan-Nya.[8] Di tempat lain, Muhammad Abduh mengatakan bahwa ada jiwa-jiwa manusia yang begitu suci sehingga mereka dapat menerima limpahan cahaya-Nya (al-fâidh al-ilâhi). Jiwa-jiwa yang suci itu dapat sampai mengetahui Tuhan.[9]
b.        Filsafat pendidkan islam itu berkaitan dengan realitas masarakat dan kebudayaan serta sistem sosial, ekonomi dan politik. Begitu pula dengan aspirasi, cita-cita, kebutuhan, dan maalah-masalah manusia didalamnya, itulah filsafat yang baik tidak tegak diawang-awang dan tidak terasing dari realitas  kebudayaan dan sosial atau menghindarinya. Tetapi harus berkaitan rapat dengan realitas berbentuk dan selaras dengan kebudayaan yang hidup dan dengan sitem-sistem sosial, ekonomi, dan politik yang berkuas didalam masyarakat.[10]
c.         Dia harus bersifat terbuka terhadap segala pengalaman kemanusiaan yang baik, sebab hikmah itu adalah benda yang hilang bagi orang mukmin dan diambilnya dari tempat
d.        Pembinaanya haruslah didasarkan atas hasil dan pengalaman yang lama dan berhasil atau kajian yang mendalam dan luas terhadap berbagai faktor dan aspek-aspek kehidupan, serta berbagai ilmu, cabang-cabang pengetahuan, dan pengalaman kemanusiaan. Hal itu harus sesuai pada perinsip-prinsipnya dengan hasil-hasil penyelidikan dan kajian-kajian dalam berbagai bidang pengetahuan kemanusiaan.[11]
e.         Itu harus bersifat universal yang mengambil ukuran berbagai faktor, spiritual, budaya, sosial, ekonomi, politik pendidkan dan pisikologika yang akan mempengaruhi peroses dan usaha-usaha pendidikan. Dan harus mengandung sejumlah besar perinsip dan kepercayaan yang layak untuk membingbing segala aspek peroses pendidikan: menentukan tujuan pendidikan, membentuk kurukulum pengajaran, memilih metode dan alat-alat pengajaran, bingbingan dan penilaian pendidkan, alat-alat administrasi pendidkan  dan penyediaan suasana pisikologi yang sesuai dengan pengajaran.[12]
f.         Oleh sebab sumber filsafat pendidkan islam bermacam-macam yang hamper meliputi segala ilmu islam, segala ilmu sosial, kemanusiaan, segala sains, segala filsafat yang berkuas dewasa ini, maka filsafat pendidikan yang diambil dari sumber ini semuanya harus bersifat memilih (selective). Dipilih yang penteng sesuai dengan ruh agama Islam.[13]
g.        Harus bebas dari segala pertentangan dan persangahan antar prinsip-perinsip dan kepercayan-kepercayaan yang menjadi dasarnya, dan diantara prinsip-prinsip ini serta pelaksanaanya pada bidang pendidikan amali. Ada dua maca keselarasan dan kesesuaian yang harus ada pada filsafat yang baik. Salah satu diantaranya yaitu kesesuayan antara bermacam-acam bagian filsafat. Prinsip-perisip dan kepercayaan yang menjadi dasarnya.  Yang kedua kesesuaian antara nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang menjadi dasar filsafat itu an pelaksanaanya amali bagi filsafat tersebut .[14]
h.         Harus betul atau sehat dari segi andaian, contoh dan fikiran-fikiran yang menjadi dasarnya, dan dipisahkan  (classification) dengan terperinci dan jelas. Filsafat pendidikan yang baik itu haruslah merupakan percobaan yang sungguh-sunguh terhadap pemikiran pendidikan yang sehat, dalam dan jelas, serta serta untuk menjelaskan, dan menyederhanakan perisip-prinsip, konsep-konsep, andaian-andaian yang harus menjadi dasar peroses pendidkan dalam segala-galanya.[15]
i.          Penentuan terakhir harus berjalan atas dasar kerjasama yang kolektif dan fakar-fakar ikut serta, pekerja-pekerja, dan orang-orang yang menaruh minat terhadap pendidikan dan pengajaran terhadap fikiran filsafat,berbagai ilmu dan bidang-bidang pengetahuan yang brtkaitan dengan filsafat pendidikan. Kerja-kerja kolektif  itu mempunyyai pola dan bentuk yang banyak serta boleh dipilih yang sesuai dengan suasana yang sesuai dengan negri kita., dan apa yang telah dibuktikan oleh pengalaman atas kejayaan dan dinamikanya pada kerja-kerja sepert penentuan filsafat pendidkan.[16]
j.          Itu harus bersipat dinamika fleksibel, dapat diubah dan dikembangkan sesuai dengan perkembangan penyelidikan dan kajian-kajian pada bidang pendidikan yang bermacam-macam. Begitu juga dengan perkembangan yang berlaku dengan ijtihad dan tafsir-tfsir yang betul terhadap hukum-hukum agama, dan juga sesuai dengan perkembangan pengalaman amali pada bidang pengajaran dinegri kita di negri-negri yang serupa dengan negri kita pada keadaan drajat perkembanganya, dan potensi-potensi manusia dan materinya. Maka filsaat yang jelas itu haruslah tunduk kepada penilaian yang terus menerus dan harus diubah dan ditukar,jika jika dirasa perlu.[17]
Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam
Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan empat hal sebagai berikut :
Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan. Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu Al-Quran dan al Hadist yang disertai pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya, serta bahan yang akan di ambil dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.
Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam menggunakan Al-Quran dan Al-Hadits dapat digunakan jasa Ensiklopedi Al-Quran semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.
Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.
Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut. Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula. Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam analisa. Ia semacam paradigm (cara pandang) yang akan digunakan untuk menjelaskan suatu fenomena.[18]
BAB III
Kesimpulan
Landasan sebuah pemikiran umat islam takan pernah lepas dari pada Al-Quran dan Sunah ( Hadits) , adapun tambahan-tambahan seperti Ijma dan Qias, dalam hal ini, islam selamanya tekan pernah bias tepisahkan dalam tatanan sumber-sumber tesebut sebab sumber tesebut sangatlah menangtang untuk terus jijadikan sumber pemikiran bagi setiap golongan dan yang lainya, apalagi umat islam. Sebab sudah jelas bahwa Islam itu Agama Rahmatan lil Alamin. Jadi apa yang dikandung oleh Al-Quran dan Sunah ( Hadits) itu bias dengan mudah diterima bagi setiap kalangan sekalipun mereka yang membenci dalam hati kecil mereka mengakui keagungan apa yang dikandungnya, segaian man Abu Jahal mengaku kebijakan Agama yang disebarkan Muhammad. Karna keegoisanya lah yang menjadikan mereka ingn memerang ajaran yang disampaikan Muhammad itu. Begtu pula sat sekarang ini.


Daftar Pustaka
Prof. Dr. Mohammad, Omar Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية (Bulan Bintang, Jakarta:1979) penerjemah Hasan Langgulung.

M. Akmansyah, Al-Quran Dan As-Sunah Sebagai Darsar Idela Pendidikan Islam (Jurnal)

Sulthoni, Sehat Dhalimunthe,Landasan Filosofi Pendidikan Islam Muhammad Abbduh, (Jurnal,STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)
Prof. Dr. H. Sofyan, Sauri Pengmbangan Filsafat Pendidikan Islam Di SMA Dan Implikasinya, (Jurnal)






[1] M. Akmansyah, Al-Quran Dan As-Sunah Sebagai Darsar Idela Pendidikan Islam (Jurnal)
[2] M. Akmansyah, Al-Quran Dan As-Sunah Sebagai Darsar Idela Pendidikan Islam (Jurnal)
[3] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية (Bulan Bintang, Jakarta:1979) penerjemah Hasan Langgulung. P 41
[4] Sehat Sulthoni Dhalimunthe,Landasan Filosofi Pendidikan Islam Muhammad Abbduh, (Jurnal,STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)
[5] Sehat Sulthoni Dhalimunthe,Landasan Filosofi Pendidikan Islam Muhammad Abbduh, (Jurnal,STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)
[6] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية. P 43-46
[7] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية ,P 47
[8] Sehat Sulthoni Dhalimunthe,Landasan Filosofi Pendidikan Islam Muhammad Abbduh, (Jurnal,STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)
[9] Sehat Sulthoni Dhalimunthe,Landasan Filosofi Pendidikan Islam Muhammad Abbduh, (Jurnal,STAIN Malikussaleh Lhokseumawe)
[10] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية ,P 47
[11] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية ,P 48
[12] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية ,P 48
[13] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية. P 49
[14] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية. P 49
[15] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية. P 50
[16] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية . P 51-52
[17] Prof. Dr. Omar Mohammad Al-Toumy Al-Syaibany. Filsafah pendidikan islam , Judul Asli :فلسفة التربية الاسلامية . P 53
[18] Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, Pengmbangan Filsafat Pendidikan Islam Di SMA Dan Implikasinya, 
(Jurnal)



Baca Juga:Landasan Dasar filosofi Pendidikan Islam: Doc

Komentar

Postingan Populer