Sejarah dan Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Dalam Konsep Pendidikan (Total Quality Management)
Sejarah dan Pengertian
Manajemen Mutu Terpadu Dalam Konsep Pendidikan (Total Quality Management)
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan
saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama
tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia
dalam rangka untuk mempertahan kanhidupannya menentang kebuasan binatang dan menghadapi
alam sekitarnya.
Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut,
terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang
ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling
kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya
seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat,
berani,ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang
pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.[1]
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting
untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu
keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti
terdapat seseorang yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang
lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat
tidak efektif dan efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan
sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan
dalam organisasi menghadapi berbagai macam hal diantaranya adalah struktur,
koalisi, kekuasaan dan termasuk juga kondisi lingkungan. Disamping
itu kepemimpinan juga berfungsi sebagai tempat pemecahan masalah dan persoalan
dalam organisasi. Mengingat arti penting kepemimpinan inilah maka para ahli
memberikan perhatian tersendiri dalam hal kepemimpinan ini.
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan
Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya
melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan yang rasional,
bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman terhadap
masalah-masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan berdasarkan
pada kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya terhadap tujuan
organisasi..
Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas dan normalitas kegiatan atau bahkan
kehidupan manusia dalam berorganisasi baik dalam sekup kecil maupun besar itu
sangat bergantung pada kepemimpinan.
Kepemimpinan diharapkan mampu membawa semua individu yang tergabung dalam
organisasi tersebut mampu mencapai tujuan yang semestinya sehingga
harapan-harapan dari para individu terpenuhi secara maksimal. Namun kenyataan
yang terjadi saat ini, banyak pemimpin yang tidak menjalankan tanggung jawabnya
secara maksimal, ada juga yang menjalankan kepemimpinannya namun konsep yang
diterapkan tidak tepat sehingga tujuan-tujuan organisasi tidak tercapai
sebagaimana mestinya. Yang lebih celaka lagi ada pemimpin yang tidak memahami
tugas dan fungsinya sebagai pemimpin sehingga yang terjadi adalah kekacauan
organisasi. Masing-masing elemen berjalan tidak pada fungsi yang semestinya.
Sehingga penting sekali untuk memahami konsep kepemimpinan yang
ideal, terkait siapa yang mempunyai hak untuk memimpin, bagaimana memimpin, apa
hak dan kewajiban seorang pemimpin agar harapan yang tertumpu pada kepemimpinan
ini bisa terwujud dengan ideal.
Konsep kepemimpinan dalam Manajemen Mutu Terpadu atau Total QualityManagemen adalah salah satu konsep yang bisa diharapkan menjadi solusi danalternatif kepemimpinan yang ideal. Sehingga menjadi acuan bagi siapapun yangberperan sebagai pemimpin dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya untukmenjadikan organisasi yang dipimpinya bisa berjalan efektif dan efisien hinga
akhirmya bisa mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya.[2]
B.
Rumusan Masalah
Adapun
dalam rumusan ini adalah
1. Bagaimana Sejarah Manajemen
Mutu Terpadu..?
2. Apa Pengertian Manajemen
Mutu Terpadu..?
3. Apa Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu..?
4. Bagaimana Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu..?
C.
TujuanPenulisan
Adapun dalam
tujuan penulisan ini penulis di harapak dapat mengurai beberapa rumusan diantara
lain:
1. Untuk Mengetahui Sejarah Manajemen
Mutu Terpadu.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Mutu Terpadu.
3. Untuk Mengetahui
Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu.
4. Untuk Mengetahui
Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu.
D.
Manfaat
Manfaat secara
khusus di harapkan dapat meningkatkan penulisan kearah yang lebih baik dan sesuai
yang di tentukan dalam penulisan karya ilmiyah atau tugas-tugas ilmiyah. Dan
secara umum semoga dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam menentukan dan memanfaatkan
khusunya acuan dalam menjadi pemimpin dan menerapkan manajmen mutu dalam dunia pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Sejarah Manajemen Mutu Terpadu
Berawal dari perjalanan industri Jepang yang mengalami
kehancuran total akibat Perang Dunia II. Untuk membangun kembali dan bangkit
dari kehancura industrinya tersebut, pada tahun 1950 Asosiasi Insinyur Jepang
mengundang William Edward Deming yang dikenal sebagai “Bapak Mutu” untuk
melatih para insinyur Jepang dalam bidang manajemen untuk mencapai mutu, yang kemudian
dikenal dengan Total Quality Management.[3]
Deming mengajarkan bahwa barang atau jasa bermutu
adalah yang dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. Oleh karena itu, dalam
mengadakan barang atau jasa yang bermutu, kebutuhan pelanggan harus diketahui
terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengetahuan itulah lalu
kemudian dibuat rencana pengadaan barang atau jasa, dan pembuatannya pun harus sesuai
dengan rencana itu. Karena kebutuhan pelanggan berubah-ubah dari waktu ke
waktu, maka mutu barang atau jasa pun juga berubah. Maka dari itu, mutu itu
tidak absolut, tidak berakhir pada mutu itu sendiri, melainkan harus selalu
ditingkatkan secara terus-menerus, sehingga senantiasa dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan. Mutu yang demikian itu adalah mutu yang bersifat relatif. Inilah
yang dimaksud mutu dalam MMT.[4]
Konsep Deming tersebut di atas ternyata cukup berhasildi Jepang, justru di negaranya sendiri yaitu Amerika Serikat, tidak mendapatperhatian sebelum Perang Dunia II, karena para industriawan di Amerika Serikattelah puas denga keberhasilan mereka. Namun setelah industri Jepang, terutama
pada industry mobil merajai pasar dunia, baru mereka sadar akan pentingnya
pemikiran Deming. Mereka mulai mempelajarinya kembali lalu kemudian
menerapkannya. Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.
Beberapa prinsip pokok dari deming yang dapat
diterapkan dalam bidang pendidikan adalah: a. Anggota dewan sekolah dan
administrator harus menetapkan tujuan mutu pendidikan yang akan dicapai. b.
Menekankan pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa, bukannya mendeteksi
kegagalan setelah peristiwanya terjadi. c. Asal diterapkan secara ketat,
penggunaan metode kontrol statistik dapat membantu memperbaiki outcomes siswa
dan administrative.
Dr. Joseph M. Juran pun diakui sebagai salah satu
seorang “Bapak Mutu”. Juran menyebut mutu sebagai “tepat untuk pakai” dan
menegaskan dasar dasar misi mutu sebuah sekolah adalah mengembangakan program
dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat.
Pandangan Juran tentang mutu merefleksikan pendekatan
rasional yang berdasarkan fakta terhadap organisasi bisnis dan amat menekankan
pentingnya proses perencanaan dan kontrol mutu. Titik fokus fi losofi manajemen
mutunya adalah keyakianan organisasi terhadap produktivitas individual. Mutu
dapat dijamin dengan cara memastikan bahwa setiap individu memiliki bidang yang
diperlukannya untuk menjalankan pekerjaan yang tepat. Dengan perangkat yang
tepat, para pekerja akan membuat produk atau jasa yang secara konsisten sesuai
dengan harapan pelanggan.[5]
Seperti halnya Deming, Juran pun memainkan peran
penting dalam membangun kembali Jepang setelah perang Dunia II. Dia diakui
jasanya oleh bangsa Jepang dalam mengembangkan kontrol mutu di Jepang dan
memfasilitasi persahabatan Amerika Serikat dan Jepang. Upaya Juran menemukan
prinsipprinsip dasar proses manajemen membawanya untuk memfokuskan diri pada mutu
sebagai tujuan utama. Beberapa pandangan Juran tentang mutu adalah:
a.
Meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir.
b.
Perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan, bukan program
sekali jalan.
c.
Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan
admistrator.
d.
Pelatihan masal merupakan persyaratan mutu.
e.
Setiap orang di sekolah harus mendapatkan pelatihan.[6]
Sesuai dengan perkembangannya mutu memiliki
tahapan-tahapan, sebagaimana Husaini Usman dalam bukunya menyebutnya dengan hirarki
mutu. Adapun hirarki mutu tersebut ialah:
a.
Inspeksi, yaitu menjaga mutu dengan ketelitian pengawas.
b.
Quality Control (QC), yaitu menjaga mutu dengan pendeteksian.
c.
Quality Assurance (QA), yaitu menjaga mutu dengan cara pencegahan.
d.
Total Quality Management (TQM), yaitu menjaga mutu dengan cara terus-menerus.
2.
Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Dalam kajian literatur banyak ahli yang sudah member pengertian
MMT. Berikut ini tiga pengertian dari sekian banyak yang dideskripsikan dari
penulis MMT. Pengertian yang pertama dan kedua adalah pengertian MMT di bidang
bisnis, sedangkan pengertian yang ketiga adalah pengertian MMT yang ditulis
oleh Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education.
Pertama, Shaskin mendifiniskan “TQM is a system of means to economically
produce goods or services which satisfy customers requirements”, atau MMT
adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk memproduksi barang atau
memberikan jasa layanan yang secara ekonomis yang memuaskan
persyaratan/permintaan pelanggan”. Kedua, Tjiptono yang menyitir dari
Isikawa, mendeskripsikan: “MMT adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan
kedalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas,
dan pengertian serta kepuasan pelanggan.” Ketiga, Sallis mendifinisikan:
“TQM is philosophy and methodology which assists institution to
manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora
of new external pressure”, atau MMT adalah falsafah dan metode yang
membantu institusi untuk mengelola perubahan dan menentukan agenda/kegiatan
yang berkaitan dengan tuntutan baru pelangaan yang secara bertubi-tubi
mendesak.[8]
3.
Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu
Di manufaktur ada konsep lima pilar MMT, yang terdiri dari: (1) Produk
barang/jasa dimana hal tersebut merupakan mata pencaharian suatu
organisasi; (2) Produk yg bermutu tidak akan tercapai tanpa “proses” kerja
yg bermutu; (3) Proses kerja yg bermutu tidak akan terjadi tanpa “organisasi“
yg dikelola dg baik/bermutu; (4) Organisasi akan sia-sia tanpa “kepemimpinan”
yg baik/bermutu; dan (5) Ke- 4 pilar tersebut tidak akan seperti yg
diharapkan tanpa konsep ke lima, yaitu “komitmen”.[9]
Kelima pilar tersebut bersinergi dengan komponen organisasi lainnya, antara
lain visi dan misi organisasi, kebutuhan pelanggan, kecakapan staf, motivasi
& pengembangan, dorongan perbaikan, dan partisipatif diilustrasikan dalam
gambar berikut.[10]
Di
bidang pendidikan, utamanya sekolah, Arcaro (2005, 11) menyebutkan ada lima
pilar utama MMT, yaitu focus pelanggan, keterlibatan penuh warga, pengukuran dan
analisi mutu produk/jasa, komitmen, dan perbaikan berkelanjutan sebagaimana
gambar berikut.
Pertama, fokus
pelanggan (Customer Focus),yaitu sekolah harus memahami dan memenuhi
bahkan melampaui harapan pelanggan/klien: siswa, orang tua, dan masyarakat
serta pemerintah. Dari pemerintah dapat berupa kebijakan pendidikan, khususnya kurikulum
nasional. Untuk mengetahui harapan siswa, orang tua dan masyarakat sekolah
dapat melakukan pertemuan, misal dengan cara diskusi grup terfokus (focus
group discussion), survey, wawancara. Kedua, keterlibatan secara
penuh (total involment), adalah keterlibatan total seluruh warga sekolah
untuk secara bersama-sama terlibat, bertanggung jawab dan berfokus pada program
peningkatan mutu. Ketiga, pengukuran, yaitu mengukur capaian mutu yang diprogramkan
dilanjutkan dengan analisis dan evaluasi capaian mutu. Bila mutu yang dirancang
sekolah telah tercapai maka perlu dirancang peningkatan mutu program pada
siklus berikutnya, namun bila mutuyang dirancang belum dicapai maka sekolah
perlu merevisi rancangan proramnya. Siklus pengukuran dan evaluasi ini perlu dilakukan
sesuai siklus tahunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). [11]
Keempat, komitmen,
yaitu komitmen pimpinan puncak dan menengah (kepala sekolah dan para wakilnya,
ketua divisi) untuk memfasilitasi kebutuhan guru, staf, siswa dan warga sekolah
lainnya untuk memenej perubahan dan meningkatkan mutu sekolah. Komitmen disini
mencakup komitmen atas dukungan kebijakan, dana, waktu manejer untuk terlibat
langsung dalam kegiatan. Kelima, perbaikan menerus dan berkesiambungan.
Semangat dan kemampuan untuk melakukan perbaikan ini menuntut komitmen semua
pihak khususnya manajer untuk melakukan pelatihan atau
pengembangan
kapasitas warga sekolah untuk dapat melakukan perbaikan capaian mutu selaras
dengan program yang dirumuskan dalam RPS.
Kelima pilar tersebut digambarkan sebagaimana sebuah bangunan
dengan pondasi visi dan misi, keyakinan dan nilai-nilai. Pondasi dalam bangunan
TQM ini sangat penting karena kelima pilar dan bangunan TQM tidak dak dapat
berdiri tegak manakala pondasinya tidak kuat. Untuk itu pihak sekolah teruatama
kepala sekolah dan komite serta pemangku kepentingan lainnya perlu sekali
merumuskan visi dan misi sekolah, keyakinan dan nilai-nilai (falsafah) yang
melibatkan atau mengakomodasi aspirasi semua pihak di atas untuk menampung
semua kepentingan dan yang terpenting menumbuhkan rasa memiliki dari mereka
terhadap sekolah dan program-program peningkatan mutunya.[12]
4.
Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu
Kesuksesan penerapan MMT sangat tergantung pada komitmen pimpinan
puncak dan memanaj perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi hasil pelaksanaannya.
Komitmen pimpinan tidak hanya dalam hal keberpihakan dalam penentuan kebijakan
tetapi sampai pada tahap pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasinya termasuk dana
serta partisipasi/waktunya. Secara umum kepemimpinan dan manajemen MMT
mempunyai kekhasan dibandingkan dengan kepemimpinan dan
manajemen pada
umumnya. [13]
a.
Difinisi Kepemimpinan
Goetsch &
Davis (1994, 192) dalam bukunya Introduction to Total Quality Management
mendifinisikan leadership is the ability to inspire people to make a
total, willing, and voluntary commitment to accomplishing or exceeding
organizational goals. Difinisi mengartikan kepemimpinan (leadership)
adalah kemampuan menginspirasi orangorang agar mempunyai keinginan yang total,
komitmen yang sukarela untuk mencapai target bahkan melebihi tujuan-tujuan
organisasi. Kata penting dalam difinisi ini menurut Goetsch adalah
“menginsirasi” yangdiartikan motivasi yang sudah terinternalisasikan ke dalam
diri setiap anggota organisasi sehingga kemauan dan komitmen tumbuh dari dalam
diri mereka. Berbeda dengan terminologi motivasi yang lebih bermakna dorongan
eksternal sehingga tidak bertahan lama sewaktu tidak ada stimulus eksternal.
Disini lebih menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi. Bila ada rasa
memiliki dari setiap karyawan, maka mereka akan bergerak dengan sendirinya
untuk bersama-sama anggota lainnya mencapai tujuan organisasi.
b.
Kepemimpinan Mutu
Arcaro dalam bukunya Quality in Education (1995, 13) mendifinisikan
“ A quality leader is a person who measure his/her success by the success of
the individuals within the organization. Kepemimpinan Mutu adalah seorang
yang mengukur kesuksesannya dengan kesuksesan staf yang dipimpin dalam
organisasinya. Selanjutnya Arcaro menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan mutu (quality
leadership) maka peran pimpinan di birokrasi pendidikan seharusnya berubah
dari peran penguasa, pengatur, pengontrol menjadi fasilitator, penyedia sumber
daya yang dibutuhkan guru, staf, dan siswa (tentu dengan skala prioritas karena
keterbatasan) untuk mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan . Dengan
demikian “peran” birokrat pendidikan dalam makna kepemimpinan yang peduli mutu
oleh Arcaro diilustrasikan sebagai “piramida terbalik kepemimpinan mutu”.[14]
Secara mudah pendekatan birokrasi pendidikan lebih buttomup dari
pada top-down atau paling tidak keseimbangan dari keduanya. Di lain
pihak, guru dan staf juga perlu mengadopsi esensi paradigma piramida terbalik.
Guru dan stafpun harus memperlakukan siswa sebagai pelanggan, mereka perlu
mengkomunikasikan visi, misi, dan program sekolah dan mengakomodasi masukan
mereka sehingga visi, misi, dan program yang dirumuskan sekolah menjadi milik
semua pihak termasuk para siswa. Dengan demikian diharapkan siswa secara suka
rela berkontribusi mewujudkannya. Peran guru disini sama dengan peran birokrat
pendidikan teerhadap mereka (guru), yaitu memfasilitasi pelanggan, dalam hal
ini siswa, untuk berkreasi dan
berinovasi
mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai
kesimpulan dalam kepemimpinan mutu Arcaro menegaskan bahwa setiap individu
dalam institusi adalah pemimpin, setiap invidu harus memperlakukan pihak lain
sebagai pelanggan dan sekaligus menyadari bahwa dirinya adalah pemasok bagi
pelanggannya tadi. Setiap individu difasilitasi, diberdayakan untuk berkreatif
dan berinisiatif mencapai tujuan atau bagian dari institusi. Setiap individu bertanggung
jawab untuk berperan aktif menghilangkan setiap penghambat untuk mencapai
kinerja yang unggul.[16]
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pertama Sejarah Manajemen Mutu Terpadu, Berawal dari perjalanan industri
Jepang yang mengalami kehancuran total akibat Perang Dunia II. Untuk membangun
kembali dan bangkit dari kehancura industrinya tersebut, pada tahun 1950
Asosiasi Insinyur Jepang mengundang William Edward Deming yang dikenal sebagai
“Bapak Mutu” untuk melatih para insinyur Jepang dalam bidang manajemen untuk
mencapai mutu, yang kemudian dikenal dengan Total Quality Management.[17]
Deming mengajarkan bahwa barang atau jasa bermutu
adalah yang dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. Oleh karena itu, dalam
mengadakan barang atau jasa yang bermutu, kebutuhan pelanggan harus diketahui
terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengetahuan itulah lalu
kemudian dibuat rencana pengadaan barang atau jasa, dan pembuatannya pun harus sesuai
dengan rencana itu. Karena kebutuhan pelanggan berubah-ubah dari waktu ke
waktu, maka mutu barang atau jasa pun juga berubah. Maka dari itu, mutu itu
tidak absolut, tidak berakhir pada mutu itu sendiri, melainkan harus selalu
ditingkatkan secara terus-menerus, sehingga senantiasa dapat memenuhi kebutuhan
pelanggan. Mutu yang demikian itu adalah mutu yang bersifat relatif. Inilah
yang dimaksud mutu dalam MMT.[18]
Konsep Deming tersebut di atas ternyata cukup berhasil
di Jepang, justru di negaranya sendiri yaitu Amerika Serikat, tidak mendapat
perhatian sebelum Perang Dunia II, karena para industriawan di Amerika Serikat
telah puas denga keberhasilan mereka. Namun setelah industri Jepang, terutama
pada industry mobil merajai pasar dunia, baru mereka sadar akan pentingnya
pemikiran Deming. Mereka mulai mempelajarinya kembali lalu kemudian
menerapkannya. Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.
Kedua Pengertian
Manajemen Mutu Terpadu Dalam kajian literatur
banyak ahli yang sudah member pengertian MMT. Berikut ini tiga pengertian dari
sekian banyak yang dideskripsikan dari penulis MMT. Pengertian yang pertama dan
kedua adalah pengertian MMT di bidang bisnis, sedangkan pengertian yang ketiga
adalah pengertian MMT yang ditulis oleh Edward Sallis dalam bukunya Total
Quality Management in Education. Pertama, Shaskin mendifiniskan “TQM is
a system of means to economically produce goods or services which satisfy
customers requirements”, atau MMT adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk
memproduksi barang atau memberikan jasa layanan yang secara ekonomis yang
memuaskan persyaratan/permintaan pelanggan”. Kedua, Tjiptono yang
menyitir dari Isikawa, mendeskripsikan: “MMT adalah perpaduan semua fungsi dari
perusahaan kedalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas,
teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan.” Ketiga,
Sallis mendifinisikan: “TQM is philosophy and methodology which assists
institution to manage change and to set their own agendas for dealing
with the plethora of new external pressure”, atau MMT adalah falsafah dan
metode yang membantu institusi untuk mengelola perubahan dan menentukan
agenda/kegiatan yang berkaitan dengan tuntutan baru pelangaan yang secara
bertubi-tubi mendesak.[19]
Ketiga Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu Di manufaktur ada konsep lima pilar MMT, yang
terdiri dari: (1) Produk barang/jasa dimana hal tersebut merupakan mata
pencaharian suatu organisasi; (2) Produk yg bermutu tidak akan tercapai tanpa “proses”
kerja yg bermutu; (3) Proses kerja yg bermutu tidak akan terjadi tanpa “organisasi“
yg dikelola dg baik/bermutu; (4) Organisasi akan sia-sia tanpa “kepemimpinan”
yg baik/bermutu; dan (5) Ke- 4 pilar tersebut tidak akan seperti yg
diharapkan tanpa konsep ke lima, yaitu “komitmen”.[20]
Kelima pilar tersebut bersinergi dengan komponen organisasi lainnya, antara
lain visi dan misi organisasi, kebutuhan pelanggan, kecakapan staf, motivasi
& pengembangan, dorongan perbaikan, dan partisipatif diilustrasikan dalam
gambar berikut.[21]
Keempat Kepemimpinan
Dalam Manajemen Mutu Terpadu Kesuksesan
penerapan MMT sangat tergantung pada komitmen pimpinan puncak dan memanaj
perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi hasil pelaksanaannya.
Komitmen pimpinan tidak hanya dalam hal keberpihakan dalam penentuan kebijakan
tetapi sampai pada tahap pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasinya termasuk dana
serta partisipasi/waktunya. Secara umum kepemimpinan dan manajemen MMT
mempunyai kekhasan dibandingkan dengan kepemimpinan dan
manajemen pada umumnya. [22]
Goetsch & Davis (1994, 192) dalam bukunya Introduction to Total
Quality Management mendifinisikan leadership is the ability to inspire
people to make a total, willing, and voluntary commitment to accomplishing
or exceeding organizational goals. Difinisi mengartikan kepemimpinan (leadership)
adalah kemampuan menginspirasi orangorang agar mempunyai keinginan yang total,
komitmen yang sukarela untuk mencapai target bahkan melebihi tujuan-tujuan
organisasi. Kata penting dalam difinisi ini menurut Goetsch adalah
“menginsirasi” yangdiartikan motivasi yang sudah terinternalisasikan ke dalam
diri setiap anggota organisasi sehingga kemauan dan komitmen tumbuh dari dalam
diri mereka. Berbeda dengan terminologi motivasi yang lebih bermakna dorongan
eksternal sehingga tidak bertahan lama sewaktu tidak ada stimulus eksternal.
Disini lebih menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi. Bila ada rasa
memiliki dari setiap karyawan, maka mereka akan bergerak dengan sendirinya
untuk bersama-sama anggota lainnya mencapai tujuan organisasi. Kepemimnpinan
dalam Manajemen MMT Lebih lanjut Arcaro menjelaskan bahwa peran birokrat
sebagai fasilitator dimaksudkan agar staf dan guru termasuk siswa dapat berkreasi
dan berinovasi dalam rangka mengimplementasikan kebijakan birokrat. Fasilitator
disini dimaksudkan sebagai pemberdayaan, sehingga staf dan guru tidak bebas
sebebasnya bertindak. Hal ini juga sesuai dengan esensi dari Manajemen Berbasis
Sekolah (MBS).
Artikel Terkait :
Gugus kendala Mutu atau Quality Control Circle (QCC)
PPT Manajemen Mutu Terpadu (Pengertian, Dimensi, Peningkatan Mutu Terpadu)
Manajemen Mutu Terpadu Model Dan Desai TQM/ MMT
PENGERTIAN, DESAIN DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
Artikel Terkait :
Gugus kendala Mutu atau Quality Control Circle (QCC)
PPT Manajemen Mutu Terpadu (Pengertian, Dimensi, Peningkatan Mutu Terpadu)
Manajemen Mutu Terpadu Model Dan Desai TQM/ MMT
PENGERTIAN, DESAIN DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN
DAFTAR PUSTAKA
Hairiyah Konsep
Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni
2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri,
Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Ideas Publishing, Gorontalo, 2017
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta,
1986: Gajah Mada University Press
Ifah Khadijah, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan
Islam jurnal PAI (UIN
Malang)
Sutarto, “Manajemen
Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan Penerapan di Lembaga Pendidikan”Yogyakarta:
UNY Press 2015
http:/kepemimpinan
dalam manajmen mutu terpadu.blogspot.com, diakses tanggal 24 September 2019,
pukul 08.00
Baca Juga :Poligami
Baca Juga :Pungsi Peminpin Dalam Organisasi
Baca Juga :Poligami
Baca Juga :Pungsi Peminpin Dalam Organisasi
[1]Sutarto,
Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University
Press
[2]Ifah Khadijah, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam jurnal PAI (UIN
Malang)
[4] Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Ideas Publishing, Gorontalo, 2017
[5] Ifah Khadijah, Manajemen
Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam jurnal PAI (UIN Malang)
[6] Sutarto,
Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University
Press
[7] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan,
LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019,
pukul. 14.00
[8] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan,
LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019,
pukul. 14.00
[9]
Hairiyah
Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No.
1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
[11]
Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan,
LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019,
pukul. 14.00
[12]
Sutarto,
“Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan
Penerapan di Lembaga Pendidikan”Yogyakarta: UNY Press 2015
[14]
Sutarto,
“Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan
Penerapan di Lembaga Pendidikan”Yogyakarta: UNY Press 2015
[14] http:/kepemimpinan
dalam manajmen mutu terpadu.blogspot.com, diakses tanggal 24 September 2019,
pukul 08.00
[16]
Sutarto,
“Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan
Penerapan di Lembaga Pendidikan”Yogyakarta: UNY Press 2015
[18] Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan
dan Perilaku Organisasi, Ideas Publishing, Gorontalo, 2017
[19] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan,
LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019,
pukul. 14.00
[20]
Hairiyah
Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No.
1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
Komentar
Posting Komentar