Sejarah dan Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Dalam Konsep Pendidikan (Total Quality Management)


Sejarah dan Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Dalam Konsep Pendidikan (Total Quality Management)
BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang
Sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahan kanhidupannya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya.
Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan. Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani,ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan,  karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.[1]
Kepemimpinan merupakan salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai tujuan organisasi. Dalam semua kelompok masyarakat, baik itu keluarga, perkumpulan olah raga, unit kerja, maupun organisasi lainnya, mesti terdapat seseorang yang paling berpengaruh diantara anggota kelompok yang lainnya dan ia dapat dikatakan sebagai seorang pemimpin. Organisasi akan sangat tidak efektif dan efisien manakala tidak mempunyai seorang pemimpin, bahkan sangat dimungkinkan tidak akan mampu mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan dalam organisasi menghadapi berbagai macam hal diantaranya adalah struktur, koalisi, kekuasaan dan termasuk juga kondisi lingkungan.  Disamping itu kepemimpinan juga berfungsi sebagai tempat pemecahan masalah dan persoalan dalam organisasi. Mengingat arti penting kepemimpinan inilah maka para ahli memberikan perhatian tersendiri dalam hal kepemimpinan ini.
Kepemimpinan yang efektif dalam suatu organisasi adalah kepemimpinan Administratif, yang berkenaan dengan upaya menggerakkan orang lain supaya melaksanakan tugasnya secara terkoordinasi dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kepemimpinan administratif berdasarkan perencanaan yang rasional, bukan berdasarkan intuisi, bertindak berdasarkan pemahaman terhadap masalah-masalah internal dan eksternal organisasi. Kepemimpinan berdasarkan pada kesadaran diri dan menyadarkan individu-individu lainnya terhadap tujuan organisasi..
Hal ini menunjukkan bahwa efektifitas dan normalitas kegiatan atau bahkan kehidupan manusia dalam berorganisasi baik dalam sekup kecil maupun besar itu sangat bergantung pada kepemimpinan.
Kepemimpinan diharapkan mampu membawa semua individu yang tergabung dalam organisasi tersebut mampu mencapai tujuan yang semestinya sehingga harapan-harapan dari para individu terpenuhi secara maksimal. Namun kenyataan yang terjadi saat ini, banyak pemimpin yang tidak menjalankan tanggung jawabnya secara maksimal, ada juga yang menjalankan kepemimpinannya namun konsep yang diterapkan tidak tepat sehingga tujuan-tujuan organisasi tidak tercapai sebagaimana mestinya. Yang lebih celaka lagi ada pemimpin yang tidak memahami tugas dan fungsinya sebagai pemimpin sehingga yang terjadi adalah kekacauan organisasi. Masing-masing elemen berjalan tidak pada fungsi yang semestinya.
Sehingga penting sekali untuk memahami konsep kepemimpinan  yang ideal, terkait siapa yang mempunyai hak untuk memimpin, bagaimana memimpin, apa hak dan kewajiban seorang pemimpin agar harapan yang tertumpu pada kepemimpinan ini bisa terwujud dengan ideal.
Konsep kepemimpinan dalam Manajemen Mutu Terpadu atau Total QualityManagemen adalah salah satu konsep yang bisa diharapkan menjadi solusi danalternatif kepemimpinan yang ideal. Sehingga menjadi acuan bagi siapapun yangberperan sebagai pemimpin dalam menjalankan tugas-tugas kepemimpinannya untukmenjadikan organisasi yang dipimpinya bisa berjalan efektif dan efisien hinga akhirmya bisa mencapai tujuan-tujuan organisasi dengan sebaik-baiknya.[2]

B.       Rumusan Masalah
Adapun dalam rumusan ini adalah
1.    Bagaimana Sejarah Manajemen Mutu Terpadu..?
2.    Apa Pengertian Manajemen Mutu Terpadu..?
3.    Apa Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu..?
4.    Bagaimana Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu..?

C.      TujuanPenulisan
Adapun dalam tujuan penulisan ini penulis di harapak dapat mengurai beberapa rumusan diantara lain:
1.    Untuk Mengetahui Sejarah Manajemen Mutu Terpadu.
2.    Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen Mutu Terpadu.
3.    Untuk Mengetahui Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu.
4.    Untuk Mengetahui Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu.

D.      Manfaat
Manfaat secara khusus di harapkan dapat meningkatkan penulisan kearah yang lebih baik dan sesuai yang di tentukan dalam penulisan karya ilmiyah atau tugas-tugas ilmiyah. Dan secara umum semoga dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam menentukan dan memanfaatkan khusunya acuan dalam menjadi pemimpin dan menerapkan manajmen mutu dalam dunia pendidikan.


BAB II
PEMBAHASAN

1.        Sejarah Manajemen Mutu Terpadu
Berawal dari perjalanan industri Jepang yang mengalami kehancuran total akibat Perang Dunia II. Untuk membangun kembali dan bangkit dari kehancura industrinya tersebut, pada tahun 1950 Asosiasi Insinyur Jepang mengundang William Edward Deming yang dikenal sebagai “Bapak Mutu” untuk melatih para insinyur Jepang dalam bidang manajemen untuk mencapai mutu, yang kemudian dikenal dengan Total Quality Management.[3]
Deming mengajarkan bahwa barang atau jasa bermutu adalah yang dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. Oleh karena itu, dalam mengadakan barang atau jasa yang bermutu, kebutuhan pelanggan harus diketahui terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengetahuan itulah lalu kemudian dibuat rencana pengadaan barang atau jasa, dan pembuatannya pun harus sesuai dengan rencana itu. Karena kebutuhan pelanggan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka mutu barang atau jasa pun juga berubah. Maka dari itu, mutu itu tidak absolut, tidak berakhir pada mutu itu sendiri, melainkan harus selalu ditingkatkan secara terus-menerus, sehingga senantiasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Mutu yang demikian itu adalah mutu yang bersifat relatif. Inilah yang dimaksud mutu dalam MMT.[4]
Konsep Deming tersebut di atas ternyata cukup berhasildi Jepang, justru di negaranya sendiri yaitu Amerika Serikat, tidak mendapatperhatian sebelum Perang Dunia II, karena para industriawan di Amerika Serikattelah puas denga keberhasilan mereka. Namun setelah industri Jepang, terutama pada industry mobil merajai pasar dunia, baru mereka sadar akan pentingnya pemikiran Deming. Mereka mulai mempelajarinya kembali lalu kemudian menerapkannya. Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.
Beberapa prinsip pokok dari deming yang dapat diterapkan dalam bidang pendidikan adalah: a. Anggota dewan sekolah dan administrator harus menetapkan tujuan mutu pendidikan yang akan dicapai. b. Menekankan pada upaya pencegahan kegagalan pada siswa, bukannya mendeteksi kegagalan setelah peristiwanya terjadi. c. Asal diterapkan secara ketat, penggunaan metode kontrol statistik dapat membantu memperbaiki outcomes siswa dan administrative.
Dr. Joseph M. Juran pun diakui sebagai salah satu seorang “Bapak Mutu”. Juran menyebut mutu sebagai “tepat untuk pakai” dan menegaskan dasar dasar misi mutu sebuah sekolah adalah mengembangakan program dan layanan yang memenuhi kebutuhan pengguna seperti siswa dan masyarakat.
Pandangan Juran tentang mutu merefleksikan pendekatan rasional yang berdasarkan fakta terhadap organisasi bisnis dan amat menekankan pentingnya proses perencanaan dan kontrol mutu. Titik fokus fi losofi manajemen mutunya adalah keyakianan organisasi terhadap produktivitas individual. Mutu dapat dijamin dengan cara memastikan bahwa setiap individu memiliki bidang yang diperlukannya untuk menjalankan pekerjaan yang tepat. Dengan perangkat yang tepat, para pekerja akan membuat produk atau jasa yang secara konsisten sesuai dengan harapan pelanggan.[5]
Seperti halnya Deming, Juran pun memainkan peran penting dalam membangun kembali Jepang setelah perang Dunia II. Dia diakui jasanya oleh bangsa Jepang dalam mengembangkan kontrol mutu di Jepang dan memfasilitasi persahabatan Amerika Serikat dan Jepang. Upaya Juran menemukan prinsipprinsip dasar proses manajemen membawanya untuk memfokuskan diri pada mutu sebagai tujuan utama. Beberapa pandangan Juran tentang mutu adalah:
a.    Meraih mutu merupakan proses yang tidak mengenal akhir.
b.    Perbaikan mutu merupakan proses berkesinambungan, bukan program sekali jalan.
c.    Mutu memerlukan kepemimpinan dari anggota dewan sekolah dan admistrator.
d.   Pelatihan masal merupakan persyaratan mutu.
e.    Setiap orang di sekolah harus mendapatkan pelatihan.[6]
Sesuai dengan perkembangannya mutu memiliki tahapan-tahapan, sebagaimana Husaini Usman dalam bukunya menyebutnya dengan hirarki mutu. Adapun hirarki mutu tersebut ialah:
a.    Inspeksi, yaitu menjaga mutu dengan ketelitian pengawas.
b.    Quality Control (QC), yaitu menjaga mutu dengan pendeteksian.
c.    Quality Assurance (QA), yaitu menjaga mutu dengan cara pencegahan.
d.   Total Quality Management (TQM), yaitu menjaga mutu dengan cara terus-menerus.
e.    Wide Quality Management (WQM), yaitu memecahkan masalah mutu.[7]
2.          Pengertian Manajemen Mutu Terpadu
Dalam kajian literatur banyak ahli yang sudah member pengertian MMT. Berikut ini tiga pengertian dari sekian banyak yang dideskripsikan dari penulis MMT. Pengertian yang pertama dan kedua adalah pengertian MMT di bidang bisnis, sedangkan pengertian yang ketiga adalah pengertian MMT yang ditulis oleh Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education. Pertama, Shaskin mendifiniskan “TQM is a system of means to economically produce goods or services which satisfy customers requirements”, atau MMT adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk memproduksi barang atau memberikan jasa layanan yang secara ekonomis yang memuaskan persyaratan/permintaan pelanggan”. Kedua, Tjiptono yang menyitir dari Isikawa, mendeskripsikan: “MMT adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan.” Ketiga, Sallis mendifinisikan: “TQM is philosophy and methodology which assists institution to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressure”, atau MMT adalah falsafah dan metode yang membantu institusi untuk mengelola perubahan dan menentukan agenda/kegiatan yang berkaitan dengan tuntutan baru pelangaan yang secara bertubi-tubi mendesak.[8]
 Sebagai Konsep dan Sejarah MMT  pemenang Perang Dunia ke II, Amerika dan sekutu menurut Marshall Plan (Perjanjian Dunia), berkewajiban membantu negara yang dikalahkan khususnya Jepang. Untuk itu Eisen Hower mengutus banyak ahli manajemen mutu untuk berangkat ke Jepang dan salah satunya adalah Edward Deming. Keberhasilan Deming dan kawan-kawan mengajarkan MMT di negeri Sakura tersebut menjadi pemicu universitas di Amerika yang kemudian meminta Deming untuk mengajarkannya di banyak perguruan tinggi disana. Demikian kemudian MMT berkembang juga di negara sekutu Amerika seperti  Inggris dan Perancis dan juga negara-negara di Asia, seperti Singapura.Saat ini manajemen kontemporer ini sudah dipelajari di banyak negara. Berikut skema umum perjalanan sejarah perkembangan MMT dari pra- PD II dan setelahnya yang disarikan dari Goetsch dan Davis

 
Gambar 1-1: Sejarah Perkembangan TQM (sumber anonym)
3.        Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu
Di manufaktur ada konsep lima pilar MMT, yang terdiri dari: (1) Produk barang/jasa dimana hal tersebut merupakan mata pencaharian suatu organisasi; (2) Produk yg bermutu tidak akan tercapai tanpa “proses” kerja yg bermutu; (3) Proses kerja yg bermutu tidak akan terjadi tanpa “organisasi“ yg dikelola dg baik/bermutu; (4) Organisasi akan sia-sia tanpa “kepemimpinan” yg baik/bermutu; dan (5) Ke- 4 pilar tersebut tidak akan seperti yg diharapkan tanpa konsep ke lima, yaitu “komitmen”.[9] Kelima pilar tersebut bersinergi dengan komponen organisasi lainnya, antara lain visi dan misi organisasi, kebutuhan pelanggan, kecakapan staf, motivasi & pengembangan, dorongan perbaikan, dan partisipatif diilustrasikan dalam gambar berikut.[10]
Di bidang pendidikan, utamanya sekolah, Arcaro (2005, 11) menyebutkan ada lima pilar utama MMT, yaitu focus pelanggan, keterlibatan penuh warga, pengukuran dan analisi mutu produk/jasa, komitmen, dan perbaikan berkelanjutan sebagaimana gambar berikut.
 Gambar 2-5: Lima Pilar TQM di Bidang Pendidikan
Pertama, fokus pelanggan (Customer Focus),yaitu sekolah harus memahami dan memenuhi bahkan melampaui harapan pelanggan/klien: siswa, orang tua, dan masyarakat serta pemerintah. Dari pemerintah dapat berupa kebijakan pendidikan, khususnya kurikulum nasional. Untuk mengetahui harapan siswa, orang tua dan masyarakat sekolah dapat melakukan pertemuan, misal dengan cara diskusi grup terfokus (focus group discussion), survey, wawancara. Kedua, keterlibatan secara penuh (total involment), adalah keterlibatan total seluruh warga sekolah untuk secara bersama-sama terlibat, bertanggung jawab dan berfokus pada program peningkatan mutu. Ketiga, pengukuran, yaitu mengukur capaian mutu yang diprogramkan dilanjutkan dengan analisis dan evaluasi capaian mutu. Bila mutu yang dirancang sekolah telah tercapai maka perlu dirancang peningkatan mutu program pada siklus berikutnya, namun bila mutuyang dirancang belum dicapai maka sekolah perlu merevisi rancangan proramnya. Siklus pengukuran dan evaluasi ini perlu dilakukan sesuai siklus tahunan Rencana Pengembangan Sekolah (RPS). [11]
Keempat, komitmen, yaitu komitmen pimpinan puncak dan menengah (kepala sekolah dan para wakilnya, ketua divisi) untuk memfasilitasi kebutuhan guru, staf, siswa dan warga sekolah lainnya untuk memenej perubahan dan meningkatkan mutu sekolah. Komitmen disini mencakup komitmen atas dukungan kebijakan, dana, waktu manejer untuk terlibat langsung dalam kegiatan. Kelima, perbaikan menerus dan berkesiambungan. Semangat dan kemampuan untuk melakukan perbaikan ini menuntut komitmen semua pihak khususnya manajer untuk melakukan pelatihan atau
pengembangan kapasitas warga sekolah untuk dapat melakukan perbaikan capaian mutu selaras dengan program yang dirumuskan dalam RPS.
Kelima pilar tersebut digambarkan sebagaimana sebuah bangunan dengan pondasi visi dan misi, keyakinan dan nilai-nilai. Pondasi dalam bangunan TQM ini sangat penting karena kelima pilar dan bangunan TQM tidak dak dapat berdiri tegak manakala pondasinya tidak kuat. Untuk itu pihak sekolah teruatama kepala sekolah dan komite serta pemangku kepentingan lainnya perlu sekali merumuskan visi dan misi sekolah, keyakinan dan nilai-nilai (falsafah) yang melibatkan atau mengakomodasi aspirasi semua pihak di atas untuk menampung semua kepentingan dan yang terpenting menumbuhkan rasa memiliki dari mereka terhadap sekolah dan program-program peningkatan mutunya.[12]
4.        Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu
Kesuksesan penerapan MMT sangat tergantung pada komitmen pimpinan puncak dan memanaj perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi hasil pelaksanaannya. Komitmen pimpinan tidak hanya dalam hal keberpihakan dalam penentuan kebijakan tetapi sampai pada tahap pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasinya termasuk dana serta partisipasi/waktunya. Secara umum kepemimpinan dan manajemen MMT mempunyai kekhasan dibandingkan dengan kepemimpinan dan
manajemen pada umumnya. [13]
a.      Difinisi Kepemimpinan
Goetsch & Davis (1994, 192) dalam bukunya Introduction to Total Quality Management mendifinisikan leadership is the ability to inspire people to make a total, willing, and voluntary commitment to accomplishing or exceeding organizational goals. Difinisi mengartikan kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan menginspirasi orangorang agar mempunyai keinginan yang total, komitmen yang sukarela untuk mencapai target bahkan melebihi tujuan-tujuan organisasi. Kata penting dalam difinisi ini menurut Goetsch adalah “menginsirasi” yangdiartikan motivasi yang sudah terinternalisasikan ke dalam diri setiap anggota organisasi sehingga kemauan dan komitmen tumbuh dari dalam diri mereka. Berbeda dengan terminologi motivasi yang lebih bermakna dorongan eksternal sehingga tidak bertahan lama sewaktu tidak ada stimulus eksternal. Disini lebih menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi. Bila ada rasa memiliki dari setiap karyawan, maka mereka akan bergerak dengan sendirinya untuk bersama-sama anggota lainnya mencapai tujuan organisasi.
b.      Kepemimpinan Mutu
Arcaro dalam bukunya Quality in Education (1995, 13) mendifinisikan “ A quality leader is a person who measure his/her success by the success of the individuals within the organization. Kepemimpinan Mutu adalah seorang yang mengukur kesuksesannya dengan kesuksesan staf yang dipimpin dalam organisasinya. Selanjutnya Arcaro menjelaskan bahwa dalam kepemimpinan mutu (quality leadership) maka peran pimpinan di birokrasi pendidikan seharusnya berubah dari peran penguasa, pengatur, pengontrol menjadi fasilitator, penyedia sumber daya yang dibutuhkan guru, staf, dan siswa (tentu dengan skala prioritas karena keterbatasan) untuk mencapai kompetensi lulusan yang diharapkan . Dengan demikian “peran” birokrat pendidikan dalam makna kepemimpinan yang peduli mutu oleh Arcaro diilustrasikan sebagai “piramida terbalik kepemimpinan mutu”.[14]
 
        Kepemimnpinan dalam Manajemen MMT Lebih lanjut Arcaro menjelaskan bahwa peran birokrat sebagai fasilitator dimaksudkan agar staf dan guru termasuk siswa dapat berkreasi dan berinovasi dalam rangka mengimplementasikan kebijakan birokrat. Fasilitator disini dimaksudkan sebagai pemberdayaan, sehingga staf dan guru tidak bebas sebebasnya bertindak. Hal ini juga sesuai dengan esensi dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Kepemimpinan mutu melepaskan diri dari nuansa kewenangan dan kekuasaan, ini tidak berarti Kepala Dinas, Pengawas, Kepala Sekolah tidak punya kewenangan dan kekuasaan. Mereka tetap mempunyai kedua hal tersebut untuk mengambil keputusan dalam menjalankan program institusi namun keputusan tersebut diambil dengan merefleksikan pemikiran, harapan, dan sikap staf dan guru serta siswa dimana mereka merupakan pelanggan sekaligus pemasok institusi.[15]
Secara mudah pendekatan birokrasi pendidikan lebih buttomup dari pada top-down atau paling tidak keseimbangan dari keduanya. Di lain pihak, guru dan staf juga perlu mengadopsi esensi paradigma piramida terbalik. Guru dan stafpun harus memperlakukan siswa sebagai pelanggan, mereka perlu mengkomunikasikan visi, misi, dan program sekolah dan mengakomodasi masukan mereka sehingga visi, misi, dan program yang dirumuskan sekolah menjadi milik semua pihak termasuk para siswa. Dengan demikian diharapkan siswa secara suka rela berkontribusi mewujudkannya. Peran guru disini sama dengan peran birokrat pendidikan teerhadap mereka (guru), yaitu memfasilitasi pelanggan, dalam hal ini siswa, untuk berkreasi dan
berinovasi mencapai tujuan pembelajaran.
Sebagai kesimpulan dalam kepemimpinan mutu Arcaro menegaskan bahwa setiap individu dalam institusi adalah pemimpin, setiap invidu harus memperlakukan pihak lain sebagai pelanggan dan sekaligus menyadari bahwa dirinya adalah pemasok bagi pelanggannya tadi. Setiap individu difasilitasi, diberdayakan untuk berkreatif dan berinisiatif mencapai tujuan atau bagian dari institusi. Setiap individu bertanggung jawab untuk berperan aktif menghilangkan setiap penghambat untuk mencapai kinerja yang unggul.[16]

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Pertama Sejarah Manajemen Mutu Terpadu, Berawal dari perjalanan industri Jepang yang mengalami kehancuran total akibat Perang Dunia II. Untuk membangun kembali dan bangkit dari kehancura industrinya tersebut, pada tahun 1950 Asosiasi Insinyur Jepang mengundang William Edward Deming yang dikenal sebagai “Bapak Mutu” untuk melatih para insinyur Jepang dalam bidang manajemen untuk mencapai mutu, yang kemudian dikenal dengan Total Quality Management.[17]
Deming mengajarkan bahwa barang atau jasa bermutu adalah yang dapat memenuhi kebutuhan para pelanggan. Oleh karena itu, dalam mengadakan barang atau jasa yang bermutu, kebutuhan pelanggan harus diketahui terlebih dahulu dengan sebaik-baiknya. Berdasarkan pengetahuan itulah lalu kemudian dibuat rencana pengadaan barang atau jasa, dan pembuatannya pun harus sesuai dengan rencana itu. Karena kebutuhan pelanggan berubah-ubah dari waktu ke waktu, maka mutu barang atau jasa pun juga berubah. Maka dari itu, mutu itu tidak absolut, tidak berakhir pada mutu itu sendiri, melainkan harus selalu ditingkatkan secara terus-menerus, sehingga senantiasa dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Mutu yang demikian itu adalah mutu yang bersifat relatif. Inilah yang dimaksud mutu dalam MMT.[18]
Konsep Deming tersebut di atas ternyata cukup berhasil di Jepang, justru di negaranya sendiri yaitu Amerika Serikat, tidak mendapat perhatian sebelum Perang Dunia II, karena para industriawan di Amerika Serikat telah puas denga keberhasilan mereka. Namun setelah industri Jepang, terutama pada industry mobil merajai pasar dunia, baru mereka sadar akan pentingnya pemikiran Deming. Mereka mulai mempelajarinya kembali lalu kemudian menerapkannya. Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan.

Kedua Pengertian Manajemen Mutu Terpadu Dalam kajian literatur banyak ahli yang sudah member pengertian MMT. Berikut ini tiga pengertian dari sekian banyak yang dideskripsikan dari penulis MMT. Pengertian yang pertama dan kedua adalah pengertian MMT di bidang bisnis, sedangkan pengertian yang ketiga adalah pengertian MMT yang ditulis oleh Edward Sallis dalam bukunya Total Quality Management in Education. Pertama, Shaskin mendifiniskan “TQM is a system of means to economically produce goods or services which satisfy customers requirements”, atau MMT adalah sebuah sistem yang dimaksudkan untuk memproduksi barang atau memberikan jasa layanan yang secara ekonomis yang memuaskan persyaratan/permintaan pelanggan”. Kedua, Tjiptono yang menyitir dari Isikawa, mendeskripsikan: “MMT adalah perpaduan semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistik yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta kepuasan pelanggan.” Ketiga, Sallis mendifinisikan: “TQM is philosophy and methodology which assists institution to manage change and to set their own agendas for dealing with the plethora of new external pressure”, atau MMT adalah falsafah dan metode yang membantu institusi untuk mengelola perubahan dan menentukan agenda/kegiatan yang berkaitan dengan tuntutan baru pelangaan yang secara bertubi-tubi mendesak.[19]
Ketiga Lima Pilar Manajemen Mutu Terpadu Di manufaktur ada konsep lima pilar MMT, yang terdiri dari: (1) Produk barang/jasa dimana hal tersebut merupakan mata pencaharian suatu organisasi; (2) Produk yg bermutu tidak akan tercapai tanpa “proses” kerja yg bermutu; (3) Proses kerja yg bermutu tidak akan terjadi tanpa “organisasi“ yg dikelola dg baik/bermutu; (4) Organisasi akan sia-sia tanpa “kepemimpinan” yg baik/bermutu; dan (5) Ke- 4 pilar tersebut tidak akan seperti yg diharapkan tanpa konsep ke lima, yaitu “komitmen”.[20] Kelima pilar tersebut bersinergi dengan komponen organisasi lainnya, antara lain visi dan misi organisasi, kebutuhan pelanggan, kecakapan staf, motivasi & pengembangan, dorongan perbaikan, dan partisipatif diilustrasikan dalam gambar berikut.[21]
Keempat Kepemimpinan Dalam Manajemen Mutu Terpadu Kesuksesan penerapan MMT sangat tergantung pada komitmen pimpinan puncak dan memanaj perencanaan, implementasi, monitoring, dan evaluasi hasil pelaksanaannya. Komitmen pimpinan tidak hanya dalam hal keberpihakan dalam penentuan kebijakan tetapi sampai pada tahap pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasinya termasuk dana serta partisipasi/waktunya. Secara umum kepemimpinan dan manajemen MMT mempunyai kekhasan dibandingkan dengan kepemimpinan dan manajemen pada umumnya. [22]
Goetsch & Davis (1994, 192) dalam bukunya Introduction to Total Quality Management mendifinisikan leadership is the ability to inspire people to make a total, willing, and voluntary commitment to accomplishing or exceeding organizational goals. Difinisi mengartikan kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan menginspirasi orangorang agar mempunyai keinginan yang total, komitmen yang sukarela untuk mencapai target bahkan melebihi tujuan-tujuan organisasi. Kata penting dalam difinisi ini menurut Goetsch adalah “menginsirasi” yangdiartikan motivasi yang sudah terinternalisasikan ke dalam diri setiap anggota organisasi sehingga kemauan dan komitmen tumbuh dari dalam diri mereka. Berbeda dengan terminologi motivasi yang lebih bermakna dorongan eksternal sehingga tidak bertahan lama sewaktu tidak ada stimulus eksternal. Disini lebih menumbuhkan rasa memiliki terhadap organisasi. Bila ada rasa memiliki dari setiap karyawan, maka mereka akan bergerak dengan sendirinya untuk bersama-sama anggota lainnya mencapai tujuan organisasi. Kepemimnpinan dalam Manajemen MMT Lebih lanjut Arcaro menjelaskan bahwa peran birokrat sebagai fasilitator dimaksudkan agar staf dan guru termasuk siswa dapat berkreasi dan berinovasi dalam rangka mengimplementasikan kebijakan birokrat. Fasilitator disini dimaksudkan sebagai pemberdayaan, sehingga staf dan guru tidak bebas sebebasnya bertindak. Hal ini juga sesuai dengan esensi dari Manajemen Berbasis Sekolah (MBS).

Artikel Terkait :
Gugus kendala Mutu atau Quality Control Circle (QCC)

PPT Manajemen Mutu Terpadu (Pengertian, Dimensi, Peningkatan Mutu Terpadu)

Manajemen Mutu Terpadu Model Dan Desai TQM/ MMT

PENGERTIAN, DESAIN DAN PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN

DAFTAR PUSTAKA

Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Ideas Publishing, Gorontalo, 2017
Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press
Ifah Khadijah, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam jurnal PAI (UIN Malang)
Sutarto, “Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan Penerapan di Lembaga Pendidikan”Yogyakarta: UNY Press 2015
http:/kepemimpinan dalam manajmen mutu terpadu.blogspot.com, diakses tanggal 24 September 2019, pukul 08.00

Baca Juga :Poligami
Baca Juga :Pungsi Peminpin Dalam Organisasi



[1]Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press

[2]Ifah Khadijah, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan  Islam jurnal PAI (UIN   
   Malang)
[3] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press
[4] Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Ideas Publishing, Gorontalo,  2017

[5] Ifah Khadijah, Manajemen Mutu Terpadu (TQM) Pada Lembaga Pendidikan Islam jurnal PAI (UIN Malang)
[6] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press
[7] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00

[8] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00

[9] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
[10] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press

[11] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
[12] Sutarto, “Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan Penerapan di Lembaga PendidikanYogyakarta: UNY Press 2015

[13] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press

[14] Sutarto, “Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan Penerapan di Lembaga PendidikanYogyakarta: UNY Press 2015
[14] http:/kepemimpinan dalam manajmen mutu terpadu.blogspot.com, diakses tanggal 24 September 2019, pukul 08.00


[16] Sutarto, “Manajemen Mutu Terpadu (MMT-TQM) Teori dan Penerapan di Lembaga PendidikanYogyakarta: UNY Press 2015

[17] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press
[18] Syamsu Q. Badu & Novianty Djafri, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, Ideas Publishing, Gorontalo,  2017

[19] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
[20] Hairiyah Konsep Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan, LITERASI, Volume VI, No. 1 Juni 2015 diakses pada tanggal 01 November 2019, pukul. 14.00
[21] Sutarto, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Yogyakarta, 1986: Gajah Mada University Press



Komentar

Postingan Populer