Perbedaan landasan fisafat Islam dan Filsafat Barat


Perbedaan landasan fisafat Islam dan Filsafat Barat

          Sebuah filsapat yang mengkaji tentang dimensi Ontologi (sumber Ilmu), Epstomologi (cara dan metode dalam mengembangkan ilmu) seta Aksiologi ( cara memanafaatkan ilmu)
          Ontologi Barat memandang bawa sumber ilmu terdiri dari akal, fenomena sosial, dan fenomena alam. Sedangkan, dalam Islam, sumber ilmu selain akal, fenomena sosial, dan fenomena alam juga wahyu dan intuis. Selanjutnya, epistemologi bartat memandang bahwa yang dinamakan ilmu hanyalah yang dihasilkan berdasarkan riset empiris, eksperimen, dan logika yang bebas, yang selanjutnya menghasilkan ilmu sosial, sain, dan filsafat yang liberal. Dalam riset tersebut hanya mengunakan akal dengan pancaindra sehingga yang disebut ilmu adalah yang masuk akal, dapat dihitung, diprediksi, dan diobservasi mengunakan pancaindra dan peralatan yang bersifat fisik.
       Epistomologi Barat tidak mengakui adanya hal-hal yang bersifat metafisika, wahyu, dan intuisi, dan tidak pula mengakui adanya hubungan diantara ilmu dengan wahyu, ilmu dalam pandangan Barat  bersifat empiris, positivitik, dan berdasrkan pada pandangan antroposentris. Hal ini berbeda dengan pandangan Islam yang melihat bahwa antara hal-hal yang bersifat fisik dan metafisika terdapat hubungan yang erat, Islam memandang bahwa yang ada (wujud) tidaklah mesti yang dapat dilihat oleh mata kepal, tetapi juga oleh mata hati atau mata batin. Islam memandang bahwa tanpa ada yang bersifat metafisika, (batin), maka yang bersifat fisik (lahir) tidak dapat dijelaskan tentang asal-usul dan akhir perjalanannya. Islam memandang bahwa yang disebut ilmu bukan hanya ilmu sosial, sain dan filsafat, tetapi juga ilmu agama dan mari’fah. Berbagai ilmu tersebut saling berhubungan antar satu dengan yang lainya, karena senua ilmu tersebut menggunakan sumber yang diciptakan Allah Swt.  Dan pada hakikatnya semua berasal dari tuhan.
       Aksiologi Barat memandang bahwa semua itu adalah netral makanya dapat digunakan sesuai dengan kehendak manusia. Ilmu dapat digunakan untuk kebaikan  atau keburukan, terserah manusia, sedangkan dalam pandangan islam, ilmu pengetahuan (sain)  bersifat netral dari sifat ontologi dan epistimologinya, sedangkan dari segi penggunanya harus didasarkan pada petunjuk Tuhan sehingga tidak disalahgunakan . sedangkan ilmu sosial, filsafat, ilmu agama, dan mari’fah, baik pada dataran ontologi, epistimologi dan aksiologinya tidak netral karena berkaitan erat dengan perilaku manusia dan keyakinan antara satu dengan yang lainya tidak sama.




 Prof. Dr. H. Abiddin nata, M.A. Inovasi Pendidikan Islam, (Salemba Diniyah, Jakarta: 2016) p.46-47


Komentar

Postingan Populer