Sejarah Islam Di Andalusia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dari banyaknya buku sejarah yang kita baca
dan informasi-informasi yang kita telah dapatkan, para ahli sejarah telah
mencatat banyak hal tentang perkembangan peradaban Islam khususnya pertengahan
abad ke-8 M hingga permulaan abad ke-13 M. Sejarah peradaban islam telah
dicatat dalam sejarah, bahwa pada masa tersebut Islam pernah mengalami masa
kejayaan. Kejayaan Islam ini diperlihatkan dengan berbagai kemajuan-kemajuan
dalam banyak bidang seperti bidang ilmu pengetahuan, politik, ekonomi,
teknologi dan masih banyak yang lainnya. Kemajuan-kemajuan itu terjadi baik
dari Daulah Islam di Timur (Daulah Abbasiah) yang berpusat di Baghdad maupun
Islam di Barat (Daulah Umayyah) yang berpusat di Cordoba.
Di masa khilafah Bani Umayyah yang berumur
kurang lebih 90 tahun telah mencapai keberhasilan ekspansi ke berbagai daerah,
baik di Timur maupun di Barat dengan wilayah kekuasaan Islam yang benar-benar
sangat luas. Pada zaman khalifah al-Walid Ibn al-Malik, salah satu khalifah
dari Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus, umat Islam mulai menaklukan
semenanjung Iberia. Semenanjung Iberia adalah nama tua untuk wilayah Spanyol
dan Portugal. Sejak awal abad 5 Masehi (tahun 406 M), wilayah tersebut dikuasai
oleh bangsa Vandals, maka dinamakan Vandalusia. Namun, sejak tahun 711 M,
semenanjung Iberia dan wilayah selatan Prancis jatuh ke dalam kekuasaan Islam,
diperintah oleh pembesar-pembesar Arab dan Barbar. Sejak itulah, wilayah ini
dikenal dengan Andalusia.
Spanyol merupakan tempat paling utama dan
jembatan emas bagi Eropa dalam menyerap peradaban Islam dan hasil-hasil
kebudayaan Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, social, perekonomian,
maupun peradaban antarnegara. Orang-orang eropa menyaksikan kenyataan bahwa
Spanyol berada dibawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga
Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains. Kemajuan Eropa yang terus
berkembang hingga saat ini banyak berhutang budi kepada khazanah ilmu
pengetahan Islam yang berkembang di periode klasik.
Maka pada makalah ini, kami akan mencoba
membahas secara gamblang mengenai bagaimana peradaban Islam di Andalusia. Tentu
Islam membawa banyak peranan penting bagi khazanah peradaban di Andalusia
(Spanyol). Banyak perubahan-perubahan drastis setelah masuknya Islam di
Andalusia yang patut kita tahu dan cermati sebagai pemikir umat Islam. Memang
banyak saluran bagaimana peradaban Islam mempengaruhi Eropa, tetapi saluran
yang terpenting adalah Spanyol Islam.
Dalam bab pembahasan makalah ini, sebelum
kami mengkaji kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia, tidak ada salahnya
kita perlu meninjau terlebih dahulu tentang situasi di Andalusia sebelum Daulah
Umayyah berdiri disana. Untuk itu, kami memaparkan di dalam makalah kami secara
gamblang tentang hal tersebut.
1.2
Rumusan Masalah:
1. Bagaimana proses masuknya islam di Andalusia?
2. Bagaimana perkembangan peradaban dan pemerintahan politik
di Andalusia sebelum dan sesudah masuknya islam?
3. Bagaimana system pemerintahan masa-masa kekhalifaan di
Andalusia?
4. Apa faktor-faktor penyebab keruntuhan kekuasaan islam di
Andalusia?
1.3 Tujuan dan Manfaat
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
untuk memberikan pengetahuan keislaman dalam peradaban Andalusia setelah
masuknya Islam bagi para pembaca. Dimana kita bisa cermati perbedaan peradaban
antara sebelum masuknya Islam dan sesudah masuknya Islam di Andalusia.
Kami sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat untuk menjadi bahan penambah informasi tentang peradaban Islam,
khususnya peradaban Islam di Andalusia.
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Proses Masuknya Islam di Spanyol
Semenanjung Iberia di Eropa, yang meliputi
wilayah Spanyol dan wilayah Portugal sekarang ini, menjorok ke selatan ujungnya
hanya dipisahkan oleh sebuah selat sempit dengan ujung benua Afrika. Bangsa
Grit tua menyebut selat sempit itu dengan tiang-tiang Hercules dan di seberang
selat sempit itu terletak di benua Eropa. Selat sempit itu sepanjang kenyataan
memisahkan lautan tengah dengan lautan atlantik[1].
Semenanjung Iberia, sebelum ditaklukkan bangsa Visighots pada tahun 507 M,
didiami oleh bangsa Vandals. Justru wilayah kediaman mereka itu disebut dengan
Vandalusia. Dengan mengubah ejaanya dan cara membunyikannya, bangsa Arab pada
masa belakangan menyebut semenanjung Iberia itu dengan Andalusia.
Spanyol diduduki oleh umat Islam pada zaman
khalifah Al-Walid (705-715 M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti
umayyah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah
Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik mengangkat Hasan bin Nu’man Al-Ghassani
menjadi Gubernur di daerah itu. Pada masa khalifah Al-Walid, Hasan bin Nu’man
sudah digantikan oleh Musa bin Nushair. Di zaman Al-walid itu, Musa bin Nushair
memperluas wilayah kekuasaanya dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain
itu, ia menyempurnakan penaklukan ke daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa
Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka menyatakan setia dan berjanji
akan membuat kekacauan-kekacauan seperti yang pernah mereka lakukan sebelumnya.
Dalam proses penaklukan Spanyol ada 3
pahlawan Islam yang memimpin pasukan kesana yakni Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Namun, yang sebagai perintis dan penyelidik
kedatangan Islam ke Andalusia adalah Tariq ibn Ziyad. Ia yang telah memimpin
pasukan tentara menyeberangi lautan Gibralta (Jabal Thariq) menuju ke
semenanjung Iberia. Musa ibn Nushair pada tahun 711 M, mengirim pasukan Islam
dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah 7000 orang dan tambahan
pasukan 5000 personel yang memang tak sebanding dengan tentara pasukan Gothik
yang berkekuatan 100.000 lengkap bersenjata. Namun, pada akhirnya, Thariq bin
Ziyad mencapai kemenangan, dengan mengalahkan Raja Foderick di Bakkah dan
menaklukan kota-kota penting seperti Cordova, Granada, Toledo dan hingga
akhirnya menguasai seluruh kota penting di Spanyol.
Kemenangan-kemenangan Islam terlihat nampak begitu mudah. Tentu hal ini
didorong oleh faktor-faktor baik karena tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam
yang kuat, kompak dan penuh percaya diri dan juga didorong oleh faktor-faktor
yang menguntungkan Islam yakni kondisi sosial, politik dan ekonomi Spanyol yang
buruk pada waktu itu.
II.2 Perkembangan Politik
Pada waktu Bani Umayyah (661-750 M) yang
berpusat di Damaskus jatuh pada tahun 132 H (750 M) dan digantikan oleh
Bani Abbasiyah yang berkedudukan di Baghdad. Pada saat itu terjadi pembunuhan
massal serta pengejaran terhadap sisa-sisa keluarga Umayyah, terdapat seorang
amir yang dapat meloloskan diri dan selamat dari pembantaian, ia bernama Amir Abdurrahman
bin Muawiyyah bin Hisyam bin Abdil Malik. Ia memasuki Mesir, Barca (Libya), dan
Afrika Utara. Selama berjuang selama tidak kurang dari enam tahun, Abdurrahman
berhasil memasuki Andalusia.
Pada awalnya, amir yang memegang kekuasaan
terakhir di Andalusia menjelang tahun 138 H (756 M) adalah seorang wali Yusuf
ibnu Abdirrahman Al-Fihri dari suku Mudhari yang ditunjuk oleh Khalifah di
Damaskus, dengan masa jabatan biasanya 3 tahun. Namun pada tahun 740an M,
terjadi perang saudara yang menyebabkan melemahnya kekuasaan Khalifah. Dan pada
tahun 746 M, Yusuf Al-Fihri memenangkan perang saudara tersebut, menjadi
seorang penguasa yang tidak terikat kepada pemerintahan di Damaskus. Namun pada
tahun 756 M, Abdurrahman melengserkan Yusuf Al-Fihri, dan menjadi penguasa
Kordoba sehingga ia dijuluki “Abdurrahman Addakhil” dengan gelar Amir
Kordoba (Abdurrahman I). Dapat dikatakan bahwa Abdurrahman I merupakan “founding
father”Daulah Umayyah di Andalusia dan sekaligus sebagai peletak dasar
kebangkitan kebudayaan Islam di Andalusia.[2]
II.3. Periode Kekuasaan/ Islam di Spanyol
Sejak pertama kali Islam menginjakkan kaki di
daerah Spanyol hingga masa jatuhnya, Islam memiliki peranan yang sangat penting
dan besar dalam perkembangan umat Islam. Islam di Spanyol berjaya dan berkuasa
selama tujuh setengah abad dan itu merupakan waktu yang sangat lama untuk
mengembangkan Islam. Menurut Dr. Badri Yatim, sejarah panjang Islam di Spanyol
dapat dibagi dalam beberapa periode:[3]
1. Periode
pertama (711-755M)
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah
pemerintahan para wali yang diangkat oleh Bani Umayyah yang berpusat di
Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum
tercapai sempurna, berbagai gangguan masih terjadi baik yang datang dari luar
maupun dari dalam.
Gangguan yang datang dari dalam yaitu berupa perselisihan diantara elit
penguasa. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan antar khalifah di
Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan. Adapun gangguan
yang datang dari luar yaitu datangnya dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol yang
tinggal di daerah pegunungan.
2. Periode
kedua (755-912 M)
Pada periode ini Spanyol di bawah
pemerintahan Abbasiyah di Baghdad. Amir yang pertama adalah Abdurrahman I yang
memasuki Spanyol, tahun 138 H/755 M dan diberi gelar Abdurrahman Ad-Dakhil.
Abdurrahman Ad-Dakhil adalah keturunan dari bani umayyah yang berhasil lolos
dari kejaran Bani Abbasiyah ketika Bani Abbasiyah berhasil menaklukkan Bani
Umayyah di Spanyol.
Pada periode ini, umat Islam mulai memperoleh kemajuan, baik dalam bidang
politik atau pun peradaban. Islam pada saat itu mulai mengalami perkembangan
yang begitu dashyat dan mampu memperluas wilayah kekuasaannya di daerah
Spanyol. Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan mesjid cordova dan sekolah-sekolah di
kota-kota besar di Spanyol.
3. Periode
ketiga (912-1013 M)
Pada periode ini berlangsung mulai dari
pemerintahan abdurrahman III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya
raja-raja kelompok (Muluk al-thawaif). Pada periode ini spanyol
diperintah oleh penguasa dengan khalifah. Pada periode ini umat Islam di
Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejaaan yang menyaingi daulah
Abbasiyah di baghdad. Abdurrahman An-Nashir mendirikan Universitas Cordoba.
Perpustakaannya memiliki ratusan ribu buku. Pada masa ini, masyarakat dapat
menikmati kesejahteraan dan kemakmuran yang tinggi.
Abdurrahman III adalah seorang raja yang teramat sangat lama memerintah 50
tahun lamanya. 50 tahun dia membela kerajaan yang telah didirikan nenek
moyangnya. Masa pemerintahan Abdurrahman III adalah masa yang amat gemilang
dalam sejarah Arab Spanyol. Segala pemberontakan di padamkan, perpecahan
disatukan disatukan kembali, perselisihan di hapuskan. Pada saat pemerintahan
Abdurrahman III, islam telah sanggup mempertahankan kekuasaan arab di Spanyol.
Ia juga meninggalkan jejak besar dalam sejarah tidak saja di semenanjung Iberia
tetapi juga seluruh Eropa.
Setelah masa kekhalifahan Abdurrahman III
yang dilanjutkan oleh puteranya, Al-Hakam II (961-976 M) dan putera Al-Hakam
II, Hisyam II (976-1009 M). Namun, ketika Hisyam menduduki kepemimpinan dalam
usia 11 tahun merupakan awal dari kehancuran Bani Umayyah di Spanyol. Hingga
pada tahun 1013 M, Spanyol sudah terpecah menjadi negara-negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.
4. Periode
keempat (1013-1086 M)
Pada masa ini Spanyol sudah terpecah-pecah
menjadi beberapa negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu. Bahkan pada
periode ini Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah
pemerintahan raja-raja golongan atau Al-mulukuth Thawaif yang
berpusat di suatu kota seperti sevilla, Cordoba, Taledo dan sebagainya.
Pada periode ini umat islam di Spanyol
kembali memasuki pertikaian intern. Ironisnya jika itu terjadi perang saudara,
ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu meminta bantuan kepada raja-raja
Kristen. Namun, walau pun demikian, kehidupan intelektual terus berkembang pada
periode ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk
mendapatkan perlindungan dari istana ke istana yang lain.
5. Periode
kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Islam di Spanyol meskipun
masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang
dominan yakni kekuasaan dinasti marurabithun (1086-1143 M) dan dinasti
muwahhidin (1146-1235 M):
a. Dinasti
Murabitun
Dinasti murabitun pada mulanya adalah
sebuah gerakan agama yang kuat dan besar yang didirikan oleh Yusuf bin Tasyfim
di Marocco, Afrika Utara. Pada tahun 1062 M ia berhasil mendirikan kerajaan
yang berpusat di marakesy. Dan akhirnya, islam dapat memasuki Spanyol dan dapat
menguasainya. Dalam perkembangannya selanjutnya, pada dinasti ini
dipimpin oleh penguasa-penguasa yang lemah sehingga mengakibatkan wilayah
Saragossa dapat dikuasai oleh kaum Kristen pada tahun 1118 M. Pada tahun 1143 M,
kekuasaan dinasti ini digantikan oleh dinasti Muwahhidun.
b. Dinasti Muwahhidun
Dinasti ini berpusat di Afrika Utara yang
didirikan oleh Muhammad ibn Tumart. Pada masa ini telah berdiri dua
kerajaan kecil-kecil yang kuat yaitu di Negeri Balansia (Valencia) dan Marsiah
(Marcia). Dinasti ini datang ke Spanyol dibawah pimpinan Abd-Al-Mun’im. Dinasti
ini mengalami banyak kemajuan dimana kota-kota muslim penting yakni Cordova,
Almeria, dan Granada jatuh dibawah kekuasaannya. Akan tetapi dinasti Muwahhidun
mengalami kemunduran dimana pada tahun 1212 M, tentara Kristen berhasil
memperoleh kemenangan di Las Navas de Tolesa. Dalam kondisi demikian umat
muslim tidak mampu bertahan dari serangan-serangan kristen yang besar.
Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh
pada tahun 1248 M. Hampir seluruh wilayah Spanyol islam lepas dari tangan
penguasa islam.
6. Periode
keenam (1248-1492 M)
Pada peride ini hanya berkuasa di granada di
bawah Dinasti Ahmar atau daulat Nasriyah (1232-1492 M). Dinasti ini yang
mendirikan istana Alhambara di kota Granada tu. Peradaban kembali mengalami
kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi, secara politik
dinasti merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abbdullah
Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk anaknya yang lain
sebagai penggantinya menjadi raja. Ia memberontak dan berusaha merampas
kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh
muhammad bin sa’ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan
Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa ini Kristen ini dapat mengalahkan
penguasa yang sah, dan Abu Abdullah naik tahta.
Ferdinand dan Isabella akhirnya mempersatukan dua kerajaan besar Kristen yaitu
negeri Aragon dan Castillia melalui perkawinan. Setelah bersatu, mereka
mempersatukan kekuatan memerangi kerajaan Granada pada tahun 1492 M. Namun,
pada akhirnya mereka menyerang balik terhadap kekuatan Abu Abdullah. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan penguasa Kristen tersebut
sehingga pada akhirnya Abu Abdullah kalah dalam peperangan tersebut. Abu
Abdullah akhirnya menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella,
sedangkan Abu Abdullah hijrah ke Afrika Utara.
Dengan jatuhnya kerajaan Bani Ahmar,
berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol pada tahun 1492 M sampai tinggal
sisa-sisanya yang kemudian dipaksa oleh paus-paus di Roma untuk memeluk agama
Nasrani. Maka, ada yang memeluk nasrani dengan terpaksa, ada yang dibunuh dan
ada yang masih tetap memeluk agama nenek moyangnya dengan diam-diam. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat islam di wilayah ini. Walau pun
islam telah berjaya dan dapat berkuasa di sana selama hampir tujuh setengah
abad lamanya.
II.4 Perkembangan Peradaban Islam di
Andalusia
1. Perkembangan
Pembangunan
Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih
pada masa pengganti Abd al-Rahman al-Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan
pembangunan yang megah diantaranya:
1. al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang
didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.
2. Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di
sebelah barat laut Cordova.
3. Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang
hingga kini masih tegak.
4. Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera
pada tahun 325 H/936 M. Kota ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali
mihrabnya) dan air mengalir ditengah masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan
yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik senjata, dan pabrik perhiasan.[4]
2. Perkembangan
Ekonomi
Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh
kemakmuran ekonomi pada abad ke-9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian
irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri Timur mengantarkan pada
pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-belikan ,
meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang,
kapas, rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan
yang cerah lantaran hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah
barat laut Tengah. Beberapa kota seperti seville dan Cordova mengalami
kemakmuran lantaran melimpahnya produksi pertanian dan perdagangan
internasional.
3. Perkembangan
Intelektual
Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan
Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali
kontribusi bagi kebangunan budaya Barat. Kebangkitan intelektual dan kebangunan
kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa mempelajari, mendalami dan
menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara menerjemahkan buku-buku ilmu
pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan tekun mempelajari bahasa
Arab untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan Islam.
Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah
menjadi pusat penerjemahan. Banyak sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke
kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-buku ilmu pengetahuan Islam. Islam
di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian dalam bentangan
sejarah Islam. Sains dan Teknologi.[5]
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat
majemuk yang terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang
spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika
Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel
dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk
dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya Arab, dan
Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang
terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan
budaya Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan
fisik di Spanyol.[6] Disamping dari faktor kemajemukan
masyarakatnya, negeri yang subur juga mendorong negeri Spanyol dalam
mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak
menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini uraian mengenai perkembangan
intelektual di masing-masing bidang:
a. Astronomi
Di bidang astronomi, sarjana Islam
al-Khawarizmi banyak sekali memberikan sumbangannya dengan karya-karyanya dan
mempunyai pengaruh terbesar terhadap kontribusi ilmu pasti diantara semua
penulis di abad pertengahan. Ia menulis buku al Jabr wa al-Muqabalah,
yang memuat daftar astronomi yang tertua dan al-Khwarizmi merupakan orang
pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar.[7]
Namun disamping itu, tokoh yang paling
terkenal dalam ilmu astronomi adalah Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia
juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara tata
surya dan bintang[8]. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova,
al-Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu
perbintangan yang sangat terkenal saat
itu.
.
b. Matematika
Ilmu eksakta yakni matematika mulai
berkembang karena didorong dengan adanya perkembangan filsafat. Ilmu pasti
dikembangkan orang Arab berasal dari buku India yaitu Sinbad, yang
diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771 M).[9] Dengan perantara buku ini, kemudian Nasawi
seorang pakar matematika memperkenalkan angka-angka India seperti 0,1, 2,
hingga 9), sehingga angka-angka India di Eropa lebih dikenal dengan angka Arab.
c. Filsafat
Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang
pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat dan ilmu pengetahuan mulai
dikembangkan pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani Umayyah, Muhammad ibn Abd
al-Rahman (832-886 M).[10] Karya-karya ilmiah dan filosofis dalam jumlah
besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan universitas
besar yang dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan didunia
Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.
Tokoh pertama dalam sejarah filsafat
Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di
Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat etis dan eskatologi
dalam masalah yang dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Magnum
opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua
adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy (sebuah dusun kecil
disebelah timur Granada. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay
ibn Yaqzhan.[11]
Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd
(1126-1198 M) mendominasi lapangan filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari
Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-pikiran Aristoteles sehingga
dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam menggeluti
masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal
dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara
Neo-Platonis.[12]
d. Kedokteran
Ada banyak sumbangan Islam yang sangat
menonjol dan telah menjadi dasar kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter
Islam, al-Kindi (809-873 M), telah menulis buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke
dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain itu, terkenal pula ar-Razi (865-925 M)
yang oleh orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia mengarang sebuah buku kedokteran
berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan oleh Faraj bin
Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan
judul Continens atas perintah Raja Farel dari Anyou. Ia memuat
dan merangkum ilmu ketabiban dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil
penyelidikan.
Ahli kedokteran yang terkenal pada saat itu
antara lain adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal dengan nama
Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan menjadi dokter
istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah
al-tasrif terdiri dari 30 jilid. Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf
besar bernama Ibn Rusyd yang juga ahli dalam bidang kedokteran. Di antara karya
besarnya adalah Kulliyat
al-Thib.
Dokter islam lain yang terkenal adalah Ibnu
Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang berjudul al-Qonun fit-Thib,
diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of Medicine dan
menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir
dari abad 15. Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medica memuat
kira-kira 760 macam ilmu dipakai pedoman terutama di Barat. Dikatakan oleh William
Osler, bahwa diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu Sina lah yang tetap
merupakan dasar ilmu ketabiban untuk masa yang paling lama.[13]
e. Sastra
Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh
kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi
dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh orang-orang Islam maupun
non-islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka.
Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan
berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak bermunculan,
seperti al-‘Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah
fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, kitab al-Qalaid karya
al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.[14]
f. Sejarah
Dalam bidang ilmu sejarah ternyata
karya-karya ilmu sejarah ternyata juga memberikan sumbangan dan pengaruh dalam
pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu Khaldun, melalui karya Muqaddimah-nya,
dialah yang pertama kali mengemukakan teori perkembangan sejarah, baik
berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim, maupun kekuatan moral dan
ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan hukum kemajuan dan keruntuhan
bangsa, maka Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai pencipta ilmu baru, karena tak
ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai pandangan sejarah yang sejelas itu
dan mengulasnya secara filsafat. Buku Muqaddimah Ibnu Khaldun
menjadi tumpuan studi para ahli Barat dan ahli-ahli lainnya, dan kebebasan Ibnu
Khaldun diakui oleh sejarawan Toynbee.[15]
II.5 Keruntuhan Kekuasaan Islam di Andalusia
Dalam masa
kekuasaan Islam di Spanyol yang begitu lama tentu memberikan catatan besar
dalam mengembangkan dan memberikan sumbangan yang sangat berharga bagi
peradaban dunia. Namun, sejarah panjang yang telah diukir kaum muslim menuai
kemunduran dan kehancuran. Kemunduran dan kehancuran disebabkan oleh beberapa
faktor antara lain:
1. Konflik
Islam dengan Kristen
Keadaan ini berawal dari kurang maksimalnya
para penguasa muslim di Andalusia dalam melakukan proses Islamisasi. Hal ini
mulai terlihat ketika masa kekuasaan setelah al-Hakam II yang dinilai tidak
secakap dari khalifah sebelumnya. Bagi para penguasa, dengan ketundukan
kerajaan-kerajaan kristen dibawah kekuasaan kristen hanya dengan membayar upeti
saja, sudah cukup puas bagi mereka. Mereka membiarkan umat Kristen menganut
agamanya dan menjalankan hukum adat dan tradisi kristen, termasuk hirarki
tradisional, asal tidak ada perlawanan senjata.
Namun, kehadiran Arab Islam tetap dianggap
sebagai penjajah sehingga malah memperkuat nasionalisme masyarakat Spanyol
Kristen. Hal ini menjadi salah satu penyebab kehidupan negara Islam di
Andalusia tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen.
Akhirnya pada abad ke-11, umat Islam Andalusia mengalami kemunduran, sedang
umat Kristen memperoleh kemajuan pesat dalam bidang IPTEK dan strategi perang.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Hal ini terjadi hingga abad ke-10 atas
perlakuan para penguasa muslim sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah
terhadap para mu’allaf yang berasal dari umat setempat. Mereka diperlakukan
tidak sama seperti tempat-tempat daerah taklukan Islam lainnya. Kenyataan ini
ditandai dengan masih diberlakukannya istilah ibad dan muwalladun,
suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akhirnya kelompok-kelompok etnis non-Arab
terutama etnis Salvia dan Barbar, sering menggerogoti dan merusak perdamaian.
Hal ini menimbulkan dampak besar bagi perkembangan sosio-ekonomi di Andalusia.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada ieologi pemersatu yang mengikat kebangsaan
mereka. Bahkan banyak diantara mereka yang berusaha menghidupkan kembali
fanatisme kesukuan guna mengalahkan Bani Umayyah.
3. Kesulitan Ekonomi
Dalam catatan sejarah, pada paruh kedua masa
Islam di Andalusia, para penguasa begitu aktif mengembangkan ilmu pengetahuan
dan peradaban Islam, sehingga mengabaikan pengembangan perekonomian. Akibatnya
timbul kesulitan ekonomi yang memberatkan dan berpengaruh bagi perkembangan
politik dan militer. Kenyataan ini diperparah lagi dengan datangnya musim
paceklik dan membuat para petani tidak mampu membayar pajak. Selain itu,
penggunaan keuangan negara tidak terkendali oleh para penguasa muslim.
4. Tidak jelasnya Sistem Peralihan
kekuasaan
Kekuasaan merupakan hal yang menjadi
perebutan diantara ahli waris. Karena inilah kekuasaan Bani Umayyah runtuh dan
Muluk al-Thawaif muncul. Maka, Granada yang awalnya menjadi pusat kekuasaan
Islam terakhir di Spanyol akhirnya jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan negeri terpencil dari
dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan
kecuali dari Afrika Utara. Oleh karena itu, tidak ada kekuatan alternatif yang
mampu membendung kebangkitan Kristen disana.
KESIMPULAN
Andalusia, sebuah negeri yang meninggalkan
jejak begitu besar di sepanjang sejarah umat Islam pada awal perkembangan Islam
di dunia Eropa. Tentu hal ini menyita banyak perhatian besar dari berbagai
khalayak umat Islam. Dikatakan demikian, karena penguasaan Islam
terhadap semenanjung Iberia lebih khusus Andalusia, telah menunjukkan
bahwa Islam telah tersebar ke negara Eropa.
Mulai dari tahapan awal proses masuknya
Islam, dimana wilayah Spanyol diduduki oleh khalifah-khalifah dalam setiap
dinasti-dinasti yang didirikan dalam setiap periodenya. Tentu, hal ini banyak
memiliki peranan yang sangat penting dan besar dalam perkembangan umat Islam.
Dimana pada akhirnya Islam pernah berjaya di Spanyol dan berkuasa selama
tujuh setengah abad. Suatu masa kekuasaan dalam waktu yang sangat lama untuk
mengembangkan Islam.
Namun, di balik usaha keras umat Islam
mempertahankan kejayaan pada masa sekian abad itu, umat Islam menghadapi
kesulitan yang amat berat. Dimana pada suatu ketika, umat Islam diterpa
serangan-serangan penguasa Kristen yang sampai-sampai umat Islam tidak kuasa
menahan serangan-serangan penguasa Kristen yang semakin kuat itu. Sehingga pada
akhirnya Islam menyerahkan kekuasaannya dan semenjak itu berakhirlah kekuasaan
Islam di Spanyol.
Demikianlah Islam di Andalusia, walaupun pada
akhirnya berakhir dengan kekalahan, namun islam muncul sebagai suatu kekuatan
budaya dan sekaligus menghasilkan cabang-cabang kebudayaan dalam segala ragam
dan jenisnya. Banyak sekali kontribusi Islam bagi kebangunan peradaban dan
kebudayaan baru Barat. Sumbangan Islam itu telah menjadi dasar kemajuan
Barat terutama dalam bidang-bidang politik, ekonomi, sains dan teknologi,
astronomi, filsafat, kedokteran, sastra, sejarah dan hukum.
DAFTAR PUSTAKA
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam,
Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
Amin, Samsul Munir,, Sejarah Peradaban
Islam, Jakarta: Amzah, 2009.
Ismail, Faisal, Paradigma Kebudayaan
Islam, Yogyakarta: Titian Ilahi Press,1996.
Mubarok, Jaih, Sejarah Peradaban
Islam, Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2004.
Lapidus, Ira. M.. Sejarah Sosial
Ummat Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,1999.
Hamka, Sejarah Umat Islam,
Singapore: Pustaka Nasional PTE LTD, 2005.


Komentar
Posting Komentar