LIDERSHIP DAN KEORGANISASIAN PENDIDIKAN Sektuktur Dan Desai Organisasi


LIDERSHIP DAN KEORGANISASIAN PENDIDIKAN
Sektuktur Dan Desai Organisasi


BAB I
A.      Latar Belakang Masalah
Dalam menjalankan pekerjaannya, karyawan dapat mengalami tekanan atau stres yang dinamakan stres kerja. Salah satu penyebab potensial dari terjadinya stres adalah faktor organisasi di mana karyawan itu bekerja. Dalam hal ini organisasi yang menyebabkan stres adalah lingkungan kerjanya yang dibentuk oleh manajer. Sebuah organisasi terdiri dimensi struktural dan dimensi kontekstual. Dalam melakukan evaluasi sebuah organisasi, kedua macam dimensi desain dalam organisasi itu harus diteliti, karena keduanya saling bekaitan  satu dengan yang lainnya. Selain melihat pada sisi karyawan terhadap organisasinya juga.
Organisasi merupakan suatu wadah yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki tujuan yang sama dan terikat oleh suatu sistem, di mana ada kesatuan nilai integral yang dianut dan dipatuhi untuk dijalani bersama agar mencapai tujuan bersama.. Model organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal pengelolaan suatu organisasi yang menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Model juga mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi, desentralisasi dalam pembuatan keputusan dan besaran satuan kerja. Model organisasi dikaitkan dengan pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi, dalam hal ini adalah Perguruan Tinggi Islam. Hasil keputusan model organisasi adalah suatu sistem pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses yang berhubungan ini termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat,
Model organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu super struktur di dalam kerja dari organisasi. Model organisasi telah menjadi inti kerja manajerial karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen.Kepentingan keputusan model telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer dan pakar teori perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap apa yang disebut sebagai badan bacaan yang dapat diperhatian. Manajer yang menghadapi perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi tidak kehilangan ide.Sangat berbeda, bahan model organisasi telah mempunyai sejumlah ide yang menimbulkan konflik yakni bagaimana suatu organisasi dimodel mengoptimalkan seefektifitas mungkin. Cara manajemen memodel organisasi harus mengingat dimensi struktur organisasi tersebut.Bagaimana kombinasinya mempunyai dampak langsung atas efektivitas individual pegawai yang dilimpai wewnang , kelompok dan organisasi itu sendiri.


B.       Rumusan Masalah
1.      Bagaimana bentuk dan desain Organisasai?..
2.      Bagaimana desain organisasi ideal?..




BAB II
Pembahasan
a.        Profil organisasi
Ucapan atau perkataan organisasi berasal dari istilah Bahasa yunani  “Organom”  dan “organun” yang berarti alat bagian, anggota badan atau istilah sosial peranata-peranata.[1] Lebih jelasnya menurut Robbens dan Judge, organisasi adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih, dikoordinasikan secara sadar, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau serangkai tujuan.[2]
Lebih lanjut organizing berasal dari kata organisan yang mempunyai makna “menciptakan sektuktur dengan bagan-bagan yang terintegrasikan sedemikian rupa sehingga hubungan satu sama lain terkait oleh hubungan keseluruhan , makna ini lebih teroentasi pada organisasi sebagai sistem.[3]sedangkan organiasai menurut Weber,adalah sektuktur birokrasi. Menurut sutarto mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan orang, peroses pembagian kerja dan sistem kerja sama atau sistem sosial.[4] Organisasi adalah sebuah jalan perencanaan menuju sebuah tujuan dari maksud yang ditentukan yang memiliki misi dan visi tertentu yang dilakukan secara bersamaan.
b.        Setruktur Dan Desain Organisasi
Setiap manajer atau pimpinan organisasi dihadapkan pada seuatu pengambilan keputusan yang sulit berkaitan dengan bagaimana mendesain sektuktur organisasi yang efektif.[5] Sihingga setruktur dapat dikatakan Kerangka yang menunjukan segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi,weweng dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang memikul tiap-tiap tugas pekerjaan. Setruktur itu biasanya diwujudkan gambar, disebut bagan setruktur organisasi.[6] Menurut Ivancevichet, Peroses menentukan pilihan serta membuat keputusan dan tindakan yang menghasilkan sektuktur organisasi disebut desain organisasi/organiziational desigen.[7] Lebih jelasnya sektuktur sebuah desani pembagian kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan dan kewenangan terhadap angota organisasi.
Dalam membentuk suatu organisasi, seharusnya dibuat pula struktur Struktur organisasinya.Begitu pula kalau ingin mengenal atau mengetahui gambaran suatu organisasi maka ditinjau dan dipelajari struktur organisasinya.Mempelajari struktur organisasi dapat mengetahui kemungkinan kegiatan-kegiatan apa yang ada dalam suatu organisasi, karena didalam suatu organisasi tergambar bagian-bagian (departemen) yang ada, nama dan posisi setiap manajer, dimana garis penghubung didalamnya menunjukan siapa atau bagian atau bertanggung jawab kepada siapa atau bagian apa. Struktur merupakan cara organisasi mengatur sumber daya manusia bagi kegiatan-kegiatan kearah tujuan. Struktur merupakan cara yang selaras dalam menempatkan manusia sebagai bagian organisasi pada suatu hubungan yang relative tetap, yang sangat menentukan pola-pola interaksi, koordinasi, dan tingkah laku yang berorientasi pada tugas.[8] Desain organisasi meliputi struktur organisasi dan proses.  
a. Struktur organisasi Struktur organisasi lebih sebagai faktor penentu dari desain organisasi dari pada sebaliknya.  Struktur adalah bentuk geometris dari pembagian kerja dan rangkaian hierarki hubungan. Struktur ini  merupakan rangka dari tubuh organisasi.   
b. Konsep-konsep yang berhubungan dengan struktur organisasi Pembagian dalam struktur sebenarnya juga mengacu  kepada pembagian kerja.[9]
Ada empat dimensi penting yang menentukan setuktur organisasi:
a.         Pembagian kerja
Menurut Ivancevich et. Pembagian kerja ini biasanya dilakukan oleh manajer dengan cara membagi seluruh tugas organisasi menjadi pekerjaan-pekerjaan kehusus yang tersusun dari aktivitas-aktivitas khusus. Pembagian kerja dalam suatu organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:[10]
1.        Keahlian husus peribadi. Sebagaian besar orang berangapan bahwa istilah sepesialis berkaitan dengan keahlian khusus dalam perofesi dan pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan yang termasuk dalam katagori ini  antaralain dokter, akuntan, ilmuan, desainer gerafis dan sebagainya.
2.        Alur kerja yang lazim dilakukan. Misalnya pabrik-pabrik sering kali membagi pekerjaan fabriting dan assembly. Selanjutnya individu-individu akan ditugaskan di dalam salah satu dari dua pekerja tersebut. Hal ini sering disebut sepesialis mendatar/horizontal sepecialization.
3.        Bidang vertical. Seluruh organisasi memiliki herarki kewenangan dari manjer level rendah sampai dengan manajer level tinggi. Pekerjaan CEO akan berbeda dengan pekerjaan super visor.
Ada yasng mengatakan pula pembagian kerja Pada dasarnya pembagian kerja merupakan elaborasi peran, yaitu setiap orang di dalam organisasi akan memperoleh tugas-tugas tertentu yang harus diselesaikannya. Keputusan untuk melakukan elaborasi peran disebut proses diferensiasi (differentiation). Proses diferensiasi ini akan menghasilkan spesialisasi. Agar spesialisasi dalam organisasi dapat dikendalikan untuk mencapai tujuan maka manajer perlu mengintegrasikan bagian-bagian secara bersamasama menuju kepada suatu keseimbangan yang dinamis. Ketika kita membicarakan konsep diferensiasi dan integrasi maka konsep lain yang muncul adalah kompleksitas. Kompleksitas merujuk pada tingkat diferensiasi yang ada di dalam sebuah organisasi. Kompleksitas adalah jumlah keahlian yang berhubungan dengan jabatan, aktivitas profesional serta pelatihan profesional dari para pegawai. Semakin banyak keahlian yang dibutuhkan oleh organisasi berarti organisasi itu memiliki tingkat kompleksitas yang semakin tinggi.  Biasanya diferensiasi dibagi menjadi berikut ini.
1. Diferensiasi vertikal, merujuk pada kedalaman hierarki organisasi.
2. Diferensiasi horizontal mempertimbangkan tingkat pemisahan horizontal di antara unit-unit.
3. Diferensiasi spasial, meliputi tingkat sejauh mana lokasi fasilitas dan para pegawai organisasi tersebar secara geografis.[11]
b.      Pendelegasian Wewenang
Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko, wewnang/authority adalah hak untuk melakukan sesuatu. Wewenang ada jika seseorang manajer memiliki hak untuk memberi perintah atau tugas, dan menilai pelaksanaan tugas bawahannya. Hal ini selalu ada, setiap terjadi hubungan di mana seseorang mengendalikan individu lain dalam satu pekerjaan.[12] Wewenang adalah hak yang diserahkan kepada seseorang didalam organisasi untuk mengambil keputusan.[13] Alasan-alasan pendelegasian wewenang.
1.         Pendelegasian wewenang mendorong pengembangan manajemen profisional.
2.         Pendelegasian wewenang yang tinggi mendorong iklim persaingan dalam organisasi. [14]
3.         Mampuh mengambil keputusan secara mandiri[15]
Teknik teknik untuk melakukan delegasi antara lain 1) berikan delegasi kepada bawahan yang memang mau dan mampu melaksanakan tugasnya, 2) berikan petunjuk yang jelas dan dapat dilaksanakan, 3) beri motivasi, 4)pantau pekerjaan yang didelegasikan, 5) minta umpan balik dan 6) tunjukan kepercayaan kepada bawahan.[16]
Sedangkan didalam buku Herbert A. Simon peranan wewenang dijadi menjadi beberapa bagian 1) perbedaan antara pengaruh dan wewenang, 2) wewenang dan kata terakhir 3) sangsi-sangsi wewenang, 4) batas-batas wewenang. Adapun kegunaan wewenang  pertanggung jawaban, keterampilan dan kordinasi.[17]
c.         Depertementalisasi
Depertementalisasi atau depertementasi adalah cara organisasi dibagi secara sektuktural.[18] Lebih luasnya deptementalisasi adalah penggabungan pekerjaan kedalam kelompok-kelompok kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan sejenis dapat saling berhubungan dapat dikerjakan bersama.[19] Menurut Danang Sunyoto dan Burhanudin dasar-dasar depertementalisasi dapat dibagi empat macam :
1.         Depertementalisasi fungsional, yaitu jenis depertementalisasi berdasarkan pada aktivitas atau pungsi-pungsi yang dilakukan ( penjualan, keuangan dan sebagainya).
2.         Depertenetalisasi produk, yaitu jenis pendepertenentalisasian berdasarkan peroduk atau peroduct lines yang dihasilkan. Dalam suatu organisasi peroduk, unit-unit secara terpisah dibentuk untuk menanggani peroduk atau lini peroduk yang berbeda.
3.         Depertemen wilayah geografis, yaitu jenis depertementaliasi berdasarkan wilayah geografis. Pertimbangan utama depertemantalisai ini adalah bahwa seluruhnya kegiatan wilayahtertentu seharusnya menjadi tanggung jawab seorang manajer.
4.         Depertemantalisasi pelangan, yaitu depertemantalisasi berdasarkan pelanggan.[20]
Sedangkan menurut Husaini Usman ada beberapa lagi dasar-dasar depertementalisasi diantaranya:
1.      Proses KBM, Pengambilan keputusan program, monitoring, dan evaluasi;
2.      Waktu: giliran (shift) pagi atau giliran siang
3.      Pelayanan : TK sampai PT, kelas leguler atau eksekutif
4.      Alpanumerical : nomor 1 sampai 100 di kelompokan A, dan seterusnya termasuk juga umur, pangkat dan jabatan
5.      Proyek dan matriks: peroyek peningkatan mutu, peroyek lainnya.[21]
d.        Rentang kendali
Menurut Greenber dan Baron, Rentang kendali/span of control adalah jumlah bawahan/subordinates dalam suatu organisasi yang dapat di awasi oleh individu manajer. Rentang kendali berkaitan dengan berapa jumlah bawahan yang dapat diawasai secara efektifoleh seorang manjer.[22] Bisa juga disebut rentang manjemen atau rentang supervise karena menganut perinsip semakin banyak jumlah orang yang diawasi semakin sulit bagi atasan untuk mengendalikanya.[23] Mengenai pengawasan bagaimana kemampun setiap manajer sehingga tidak ada batas maksimal yang bisa disimpulkan hal itu tergantung terhadap kemampuan masing masing mampu mengawasi bawahan.
c.         Model-Model Desain Organisasi
Model-model desain organisasi terdiri dari model mekanisme, model organik, dan model matrik.
Pertama Model mekanisme. Menurut Kreitner dan Kinicki, Model mekanisme adalah birokrasi yang kaku dengan aturan ketat, mendepinisikan tugas secara sepet, dan komunikasi dari atas kebawah.[24]. Model ini merupakan struktur organisasi yang dicirikan oleh departementalisasi yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan sentralisasi. Karakteristik model ini adalah:[25]
a.         proses kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan, bawahan merasa tidak bebas mendiskusikan permasalahan dengan atasan;
b.         proses motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan takut dan sanksi;
c.         proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan cenderung tidak akurat;
d.        proses interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas tujuan dan metode departemen;
e.         proses pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan relatif;
f.          proses penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original, tanpa mendorong adanya partisipasi kelompok;
g.         proses kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
Adapun menurut payol untuk memahami model makanistik sebagai berikut:[26]
a.         Perinsip sepesialis
b.         Prinsip kesatuan arah
c.         Prinsip kewenangan dan tanggung jawab.
d.        Perinsip rantai  bertingkat/Scalar chain.
e.         Birokrasi
Kedua Menurut greenbeng Model organik. Dalam model ini pekerjaan cenderung menjadi sangat umum, sedikit aturan. Dan keputusan dapat dibuat oleh kariyawan pada level yang lebih rendah.[27] model organik,  sebuah struktur yang rata, menggunakan tim lintas hierarkhi dan lintas fungsi, memiliki formalisasi yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif, dan mengandalkan pengambilan keputusan secara partisipatif. Model ini mempunyai karakteristik sebagai berikut: pertama, proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan. bawahan merasa bebas mendiskusikan permasalahan dengan atasan; kedua, proses motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi; ketiga proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas, ke bawah dan kesamping; keempat, proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, baik atasan ataupun bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode departemental; kelima, proses pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok; keenam, proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis; dan ketujuh, proses kendali menyebar ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian diri. Model organisasi yang ketiga adalah model Piramid.Model ini di buat persis sebuah piramida, dari atas adalah pimpinan sampai kebawah.. Sedangkan model keempat adalah model Horizontal.Organisasi model ini dibuat dengan manarik garis lurus secara horizontal dengan pembagian fungsional masingmasing bersama tugasnya masing-masing.
Model organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa model mekanistik atau  model organik lebih efektif bagi organisasi atau sub-sub unit di dalamnya.Model struktur sub-unit didesain sesuai dengan kontinum mekanistik organik dengan cara yang konsisten dengan keadaan kondisi lingkungan, khususnya laju perubahan yang lebih lambat, ketidak pastian yang lebih besar dan rentang waktu balikan yang lebih singkat sesuai dengan model mekanistik.[28]
Ketiga Model matriks. Model ini berusaha menggabungkan desain berdasarkan produk atau peroyek dengan desain berdasarkan fungsi.[29] Menurut Stanley M. Davis dan Paul R. Lawrence mengemukakan ada empat macam fase evolus matrik sebagai berikut:[30]
a.         Pyramid Tradisional (Teraditional Pyramid) tipe paling umum sektuktur keorganisasian, yakni komando di satuan pada tingkat puncak.
b.         Lapisan Temporer (Temporrary Overlay) sebuah sektuktur jangka pendek, yaitu tim-tim peroyek dibentuk untuk kebutuhan-kebutuhan kehusus.
c.         Lapisan Pernanen ( Permanent Overlay) sektuktur keorganisasian, yaitu tim-tim proyek dilanjutkan untuk tujuan selanjutnya.
d.        Matrik Dewasa (Nature Matrix) sektuktur keorganisasian yaitu, berupa dimensi-dimensi sektuktur bersipat permanen dan diimbangkan; kekuasaan dipegang bersama-sama oleh seorang manjer fungsional dan manjer proyek.
d.        Organisasi Ideal
Salah satu dasar pemikiran yang dominan dalam perjalanan evolusi konsep model organisasi adalah prinsip Max Weber tentang organisasi ideal.Konsep Max Weber tersebut kemudian dikenal dengan istilah birokrasi. Birokrasi itu sendiri berasal dari gabungan kata biro (bureau) yang artinya kantor, tempat kerja, officedesk dan krasi (kratia/kratos) yang artinya kekuatan atau peraturan. Sebagai teori manajemen klasik, konsep Max Weber mengenai prinsip organisasi ideal dan birokrasi memberikan pondasi bagi munculnya pemikiranpemikiran baru perihal model organisasi, dalam hal ini Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.Sayangnya, birokrasi kini identik dengan ketidakefisienan, kaku, dan sikap malas sehingga istilah birokrasi selalu dikonotasikan negatif.Padahal, birokrasi bukan masalah baik atau buruk.Bukan pula positif-negatif.Ia hanyalah sebuah desain organisasi yang melalui perlakuan tertentu bisa berjalan efisien.  Dalam perspektif Max Weber, terdapat prinsip dasar yang perlu diterapkan dalam membangun organisasi agar dapat mencapai tujuannya.Ketujuh prinsip tersebut adalah
a.     pembagian kerja. Pekerjaan dipecah-pecah sehingga jelas pembagian masing-masing anggota.
b.         Hirarki kewenangan yang jelas. Struktur organisasi disusun bertingkat dan memastikan jabatan yang lebih rendah berada di bawah supervisi dan kontrol dari yang lebih tinggi. Garis komando dan garis koordinasi diciptakan untuk memperjelas alur pelaporan diantara anggota organisasi.
c.          Formalisasi yang tinggi. Untuk mengatur perilaku anggota organisasi, perlu disusun peraturan dan prosedur formal sebagai sebuah sistem. Poin ini sangat relevan dengan besaran organisasi. Semakin organisasi tumbuh besar, maka perlu ada formalisasi agar semua hal berjalan standar.
d.      Impersonal. Tindakan dan keputusan yang berlaku di dalam organisasi tidak melibatkan perasaan pribadi. Tidak diperbolehkan konflik kepentingan berperan dalam pengambilan keputusan.
e.       Keputusan personalia berdasarkan kemampuan. Keputusan tentang promosi, seleksi, didasarkan atas kualifikasi, keberhasilan atau prestasi. Organisasi harus menciptakan sistem berjalan yang sesuai dengan kapasitasnya.
f.       Adanya jenjang karir bagi anggota organisasi. Prinsip ini mengasumsikan bahwa keanggotaan organisasi seseorang adalah seterusnya (continuous basis). Dengan jenjang karir diharapkan anggota dapat mengejar karir dan menjaga komitmen terhadap organisasi.
g.      Pemisahanyang jelas kehidupan pribadi dan organisasi. Dalam organisasi ideal, pengambilan keputusan dilakukan semaksimal mugkin berjalan rasional. Artinya, anggota organisasi harus dapat memisahkan kehidupan pribadi dengan kehidupan organisasi.[31]

BAB III
Kesimpulan        
Organisasi adalah sebuah jalan perencanaan menuju sebuah tujuan dari maksud yang ditentukan yang memiliki misi dan visi tertentu yang dilakukan secara bersamaan. Dalam sebuah organisasi perlu diadakanya sebuah sektuktur.
Sektuktur dapat dikatakan Kerangka yang menunjukan segenap tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi,weweng dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang memikul tiap-tiap tugas pekerjaan. Sektuktur itu biasanya diwujudkan gambar, disebut bagan sektuktur organisasi. Menurut Ivancevichet, Peroses menentukan pilihan serta membuat keputusan dan tindakan yang menghasilkan sektuktur organisasi disebut desain organisasi/organiziational desigen. Lebih jelasnya sektuktur sebuah desani pembagian kewajiban dalam melaksanakan pekerjaan dan kewenangan terhadap angota organisasi
Model adalah representasi deskripsi yang menjelaskan suatu konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan sebuah idealisasi.Model organisasi ada mekanistis; model satu arah hanya atasan, organik; model dua arah atasan dan bawahan saling, piramid; saling menopang dan horizontal; mandiri.Model organisasi yang ideal transformasional, mampu membaca apa yang menjadi kebutuhan organisasi. Sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungan.


Daftar Pustaka
Drs. Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen ( Depertemen Dalam Negri Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negri : Bandung, 2000 )
Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasia ( CAPS : Yogyakarta, 2015)
Herbet A. Simon, Adminstrativve Behavior, Perilaku Administrasi (Penerjemah St. Dianjung, Bumi Aksara :Jakarta 2004) p 192
Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011)
Prof. Dr. J. Wihardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (PT. Raja Gerafindo Persada :Jakarta 2014)p, 110
Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri)
Eddy M. Sutanto,Pengaruh Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe Kepribadian Terhadap Tingkat Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri ,Staf Pengajar  Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Surabaya Email: esutanto@petra.ac.id ,Liliana Djohan Alumnus  Fakultas Ekonomi, Universitas Kristen Petra Surabaya
Afif Ikhwan, Model organisasi Ideal Bagi Perguruan tinggi Islam di Indonesia, (STAI Muhamadiyah Tulangagung)





[1]  Drs. Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen ( Depertemen Dalam Negri Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negri : Bandung, 2000 ) p,6
[2] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasia ( CAPS : Yogyakarta, 2015 ) n, p 1
[3] Drs. Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen, p,6
[4] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.146
[5] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 134
[6] Drs. Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen,p,6
[7] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 135
[8] Pengaruh Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri)
[9] Drs. Agus Joko Purwanto, M.Si.Pentingnya Mempelajari  Teori Organisasi 
[10] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasianp 135-136
[11] Drs. Agus Joko Purwanto, M.Si.Pentingnya Mempelajari  Teori Organisasi
[12] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 136
[13] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.172
[14] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 136
[15] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.172
[16] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.172
[17] Herbet A. Simon, Adminstrativve Behavior, Perilaku Administrasi (Penerjemah St. Dianjung, Bumi Aksara :Jakarta 2004) p 192
[18] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 137
[19] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.146
[20] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 143
[21] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.171
[22] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 136
[23] Prof. Dr. Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi Aksara: Jakarta,2011) p.171
[24] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 143
[25] Pengaruh Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe Kepribadian Terhadap Tingkat Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri
[26] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 143
[27] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 144
[28] Pengaruh Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe Kepribadian Terhadap Tingkat Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri
[29] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasian, p 143-144
[30] Prof. Dr. J. Wihardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (PT. Raja Gerafindo Persada :Jakarta 2014)p, 110
[31] Afif Ikhwan, Model organisasi Ideal Bagi Perguruan tinggi Islam di Indonesia, (STAI Muhamadiyah Tulangagung)

Komentar

Postingan Populer