LIDERSHIP DAN KEORGANISASIAN PENDIDIKAN Sektuktur Dan Desai Organisasi
LIDERSHIP DAN KEORGANISASIAN PENDIDIKAN
Sektuktur Dan Desai Organisasi
BAB I
A.
Latar Belakang Masalah
Dalam
menjalankan pekerjaannya, karyawan dapat mengalami tekanan atau stres yang
dinamakan stres kerja. Salah satu penyebab potensial dari terjadinya stres
adalah faktor organisasi di mana karyawan itu bekerja. Dalam hal ini organisasi
yang menyebabkan stres adalah lingkungan kerjanya yang dibentuk oleh manajer.
Sebuah organisasi terdiri dimensi struktural dan dimensi kontekstual. Dalam melakukan
evaluasi sebuah organisasi, kedua macam dimensi desain dalam organisasi itu
harus diteliti, karena keduanya saling bekaitan satu dengan yang lainnya. Selain melihat pada
sisi karyawan terhadap organisasinya juga.
Organisasi
merupakan suatu wadah yang terdiri dari sekumpulan orang yang memiliki tujuan
yang sama dan terikat oleh suatu sistem, di mana ada kesatuan nilai integral
yang dianut dan dipatuhi untuk dijalani bersama agar mencapai tujuan bersama..
Model organisasi merupakan mekanisme-mekanisme formal pengelolaan suatu
organisasi yang menunjukkan kerangka dan susunan perwujudan pola tetap hubungan
di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian atau posisi-posisi maupun orang-orang
yang menunjukkan kedudukan, tugas wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda
dalam suatu organisasi. Model juga mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja,
standarisasi, koordinasi, sentralisasi, desentralisasi dalam pembuatan
keputusan dan besaran satuan kerja. Model organisasi dikaitkan dengan
pengambilan keputusan manajerial yang menentukan struktur dan proses yang
mengkoordinasikan dan mengendalikan pekerjaan organisasi, dalam hal ini adalah
Perguruan Tinggi Islam. Hasil keputusan model organisasi adalah suatu sistem
pekerjaan dan pengelompokkan kerja termasuk proses yang melingkarinya. Proses
yang berhubungan ini termasuk hubungan wewenang dan jaringan komunikasi dalam
kaitannya pada perencanaan spesifik dan teknik pengendalian. Sebagai akibat,
Model
organisasi akan berpengaruh pada pembentukan suatu super struktur di dalam
kerja dari organisasi. Model organisasi telah menjadi inti kerja manajerial
karena usaha-usaha sebelumnya untuk mengembangkan teori manajemen.Kepentingan
keputusan model telah menstimulasi minat yang besar atas topik bahasan. Manajer
dan pakar teori perilaku organisasi dan peneliti telah berkontribusi terhadap
apa yang disebut sebagai badan bacaan yang dapat diperhatian. Manajer yang
menghadapi perlunya mendesain struktur organisasi adalah pada posisi tidak
kehilangan ide.Sangat berbeda, bahan model organisasi telah mempunyai sejumlah
ide yang menimbulkan konflik yakni bagaimana suatu organisasi dimodel
mengoptimalkan seefektifitas mungkin. Cara manajemen memodel organisasi harus
mengingat dimensi struktur organisasi tersebut.Bagaimana kombinasinya mempunyai
dampak langsung atas efektivitas individual pegawai yang dilimpai wewnang ,
kelompok dan organisasi itu sendiri.
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
bentuk dan desain Organisasai?..
2.
Bagaimana
desain organisasi ideal?..
BAB II
Pembahasan
a.
Profil organisasi
Ucapan atau
perkataan organisasi berasal dari istilah Bahasa yunani “Organom”
dan “organun” yang berarti alat bagian, anggota badan atau istilah
sosial peranata-peranata.[1]
Lebih jelasnya menurut Robbens dan Judge, organisasi
adalah suatu unit sosial yang terdiri dari dua orang atau lebih,
dikoordinasikan secara sadar, dan berfungsi dalam suatu dasar yang relatif
terus menerus untuk mencapai satu atau serangkai tujuan.[2]
Lebih lanjut
organizing berasal dari kata organisan yang mempunyai makna “menciptakan
sektuktur dengan bagan-bagan yang terintegrasikan sedemikian rupa sehingga
hubungan satu sama lain terkait oleh hubungan keseluruhan , makna ini lebih
teroentasi pada organisasi sebagai sistem.[3]sedangkan
organiasai menurut Weber,adalah sektuktur birokrasi. Menurut sutarto
mendefinisikan organisasi sebagai kumpulan orang, peroses pembagian kerja dan
sistem kerja sama atau sistem sosial.[4] Organisasi
adalah sebuah jalan perencanaan menuju sebuah tujuan dari maksud yang
ditentukan yang memiliki misi dan visi tertentu yang dilakukan secara bersamaan.
b.
Setruktur Dan Desain Organisasi
Setiap manajer atau pimpinan organisasi dihadapkan pada seuatu pengambilan
keputusan yang sulit berkaitan dengan bagaimana mendesain sektuktur organisasi
yang efektif.[5]
Sihingga setruktur dapat dikatakan Kerangka yang menunjukan segenap tugas
pekerjaan untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara
fungsi-fungsi,weweng dan tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang
memikul tiap-tiap tugas pekerjaan. Setruktur
itu biasanya diwujudkan gambar, disebut bagan setruktur organisasi.[6] Menurut Ivancevichet, Peroses menentukan pilihan serta membuat keputusan dan tindakan yang menghasilkan sektuktur organisasi disebut desain organisasi/organiziational
desigen.[7] Lebih jelasnya sektuktur sebuah desani pembagian kewajiban dalam
melaksanakan pekerjaan dan kewenangan terhadap angota organisasi.
Dalam membentuk
suatu organisasi, seharusnya dibuat pula struktur Struktur organisasinya.Begitu
pula kalau ingin mengenal atau mengetahui gambaran suatu organisasi maka ditinjau
dan dipelajari struktur organisasinya.Mempelajari struktur organisasi dapat
mengetahui kemungkinan kegiatan-kegiatan apa yang ada dalam suatu organisasi,
karena didalam suatu organisasi tergambar bagian-bagian (departemen) yang ada,
nama dan posisi setiap manajer, dimana garis penghubung didalamnya menunjukan
siapa atau bagian atau bertanggung jawab kepada siapa atau bagian apa. Struktur
merupakan cara organisasi mengatur sumber daya manusia bagi kegiatan-kegiatan
kearah tujuan. Struktur merupakan cara yang selaras dalam menempatkan manusia
sebagai bagian organisasi pada suatu hubungan yang relative tetap, yang sangat
menentukan pola-pola interaksi, koordinasi, dan tingkah laku yang berorientasi
pada tugas.[8]
Desain organisasi meliputi struktur organisasi dan proses.
a. Struktur organisasi Struktur organisasi lebih sebagai faktor
penentu dari desain organisasi dari pada sebaliknya. Struktur adalah bentuk geometris dari
pembagian kerja dan rangkaian hierarki hubungan. Struktur ini merupakan rangka dari tubuh organisasi.
b. Konsep-konsep yang berhubungan dengan struktur organisasi
Pembagian dalam struktur sebenarnya juga mengacu kepada pembagian kerja.[9]
Ada empat dimensi penting yang menentukan
setuktur organisasi:
a.
Pembagian kerja
Menurut Ivancevich et. Pembagian kerja ini biasanya
dilakukan oleh manajer dengan cara membagi seluruh tugas organisasi menjadi
pekerjaan-pekerjaan kehusus yang tersusun dari aktivitas-aktivitas khusus.
Pembagian kerja dalam suatu organisasi dapat dilakukan dengan berbagai cara,
yaitu:[10]
1.
Keahlian husus peribadi. Sebagaian besar orang
berangapan bahwa istilah sepesialis berkaitan dengan keahlian khusus dalam
perofesi dan pekerjaan. Jenis-jenis pekerjaan yang termasuk dalam katagori
ini antaralain dokter, akuntan, ilmuan,
desainer gerafis dan sebagainya.
2.
Alur kerja yang lazim dilakukan. Misalnya
pabrik-pabrik sering kali membagi pekerjaan fabriting dan assembly. Selanjutnya
individu-individu akan ditugaskan di dalam salah satu dari dua pekerja
tersebut. Hal ini sering disebut sepesialis
mendatar/horizontal sepecialization.
3.
Bidang
vertical. Seluruh organisasi memiliki herarki kewenangan dari manjer level
rendah sampai dengan manajer level tinggi. Pekerjaan CEO akan berbeda dengan
pekerjaan super visor.
Ada yasng mengatakan
pula pembagian kerja Pada dasarnya pembagian kerja merupakan elaborasi peran,
yaitu setiap orang di dalam organisasi akan memperoleh tugas-tugas tertentu
yang harus diselesaikannya. Keputusan untuk melakukan elaborasi peran disebut
proses diferensiasi (differentiation). Proses diferensiasi ini akan
menghasilkan spesialisasi. Agar spesialisasi dalam organisasi dapat
dikendalikan untuk mencapai tujuan maka manajer perlu mengintegrasikan
bagian-bagian secara bersamasama menuju kepada suatu keseimbangan yang dinamis.
Ketika kita membicarakan konsep diferensiasi dan integrasi maka konsep lain
yang muncul adalah kompleksitas. Kompleksitas merujuk pada tingkat diferensiasi
yang ada di dalam sebuah organisasi. Kompleksitas adalah jumlah keahlian yang
berhubungan dengan jabatan, aktivitas profesional serta pelatihan profesional
dari para pegawai. Semakin banyak keahlian yang dibutuhkan oleh organisasi
berarti organisasi itu memiliki tingkat kompleksitas yang semakin tinggi. Biasanya diferensiasi dibagi menjadi berikut
ini.
1. Diferensiasi vertikal, merujuk pada kedalaman hierarki
organisasi.
2. Diferensiasi horizontal mempertimbangkan tingkat pemisahan
horizontal di antara unit-unit.
3. Diferensiasi spasial, meliputi tingkat sejauh mana lokasi
fasilitas dan para pegawai organisasi tersebar secara geografis.[11]
b.
Pendelegasian
Wewenang
Menurut Reksohadiprodjo dan Handoko,
wewnang/authority adalah hak untuk melakukan sesuatu. Wewenang ada jika
seseorang manajer memiliki hak untuk memberi perintah atau tugas, dan menilai
pelaksanaan tugas bawahannya. Hal ini selalu ada, setiap terjadi hubungan di
mana seseorang mengendalikan individu lain dalam satu pekerjaan.[12]
Wewenang adalah hak yang diserahkan kepada seseorang didalam organisasi untuk
mengambil keputusan.[13]
Alasan-alasan pendelegasian wewenang.
1.
Pendelegasian
wewenang mendorong pengembangan manajemen profisional.
2.
Pendelegasian
wewenang yang tinggi mendorong iklim persaingan dalam organisasi. [14]
3.
Mampuh
mengambil keputusan secara mandiri[15]
Teknik teknik
untuk melakukan delegasi antara lain 1) berikan delegasi kepada bawahan yang
memang mau dan mampu melaksanakan tugasnya, 2) berikan petunjuk yang jelas dan
dapat dilaksanakan, 3) beri motivasi, 4)pantau pekerjaan yang didelegasikan, 5)
minta umpan balik dan 6) tunjukan kepercayaan kepada bawahan.[16]
Sedangkan didalam
buku Herbert A. Simon peranan wewenang dijadi menjadi beberapa bagian 1)
perbedaan antara pengaruh dan wewenang, 2) wewenang dan kata terakhir 3)
sangsi-sangsi wewenang, 4) batas-batas wewenang. Adapun kegunaan wewenang pertanggung jawaban, keterampilan dan
kordinasi.[17]
c.
Depertementalisasi
Depertementalisasi
atau depertementasi adalah cara organisasi dibagi secara sektuktural.[18] Lebih
luasnya deptementalisasi adalah penggabungan pekerjaan kedalam
kelompok-kelompok kegiatan kerja suatu organisasi agar kegiatan-kegiatan
sejenis dapat saling berhubungan dapat dikerjakan bersama.[19]
Menurut Danang Sunyoto dan Burhanudin dasar-dasar depertementalisasi dapat dibagi empat macam :
1.
Depertementalisasi
fungsional, yaitu jenis depertementalisasi berdasarkan pada aktivitas atau
pungsi-pungsi yang dilakukan ( penjualan, keuangan dan sebagainya).
2.
Depertenetalisasi
produk, yaitu jenis pendepertenentalisasian berdasarkan peroduk atau peroduct
lines yang dihasilkan. Dalam suatu organisasi peroduk, unit-unit secara
terpisah dibentuk untuk menanggani peroduk atau lini peroduk yang berbeda.
3.
Depertemen
wilayah geografis, yaitu jenis depertementaliasi berdasarkan wilayah geografis.
Pertimbangan utama depertemantalisai ini adalah bahwa seluruhnya kegiatan
wilayahtertentu seharusnya menjadi tanggung jawab seorang manajer.
4.
Depertemantalisasi
pelangan, yaitu depertemantalisasi berdasarkan pelanggan.[20]
Sedangkan menurut Husaini Usman ada beberapa lagi dasar-dasar
depertementalisasi diantaranya:
1.
Proses
KBM, Pengambilan keputusan program, monitoring, dan evaluasi;
2.
Waktu:
giliran (shift) pagi atau giliran siang
3.
Pelayanan
: TK sampai PT, kelas leguler atau eksekutif
4.
Alpanumerical
: nomor 1 sampai 100 di kelompokan A, dan seterusnya termasuk juga umur,
pangkat dan jabatan
5.
Proyek
dan matriks: peroyek peningkatan mutu, peroyek lainnya.[21]
d.
Rentang
kendali
Menurut
Greenber dan Baron, Rentang kendali/span of control adalah jumlah
bawahan/subordinates dalam suatu organisasi yang dapat di awasi oleh individu
manajer. Rentang kendali berkaitan dengan berapa jumlah bawahan yang dapat
diawasai secara efektifoleh seorang manjer.[22]
Bisa juga disebut rentang manjemen atau rentang supervise karena menganut
perinsip semakin banyak jumlah orang yang diawasi semakin sulit bagi atasan
untuk mengendalikanya.[23]
Mengenai pengawasan bagaimana kemampun setiap manajer sehingga tidak ada batas
maksimal yang bisa disimpulkan hal itu tergantung terhadap kemampuan masing
masing mampu mengawasi bawahan.
c.
Model-Model Desain Organisasi
Model-model
desain organisasi terdiri dari model mekanisme, model organik, dan model
matrik.
Pertama Model
mekanisme. Menurut Kreitner dan Kinicki, Model mekanisme adalah birokrasi yang
kaku dengan aturan ketat, mendepinisikan tugas secara sepet, dan komunikasi
dari atas kebawah.[24].
Model ini merupakan struktur organisasi yang dicirikan oleh departementalisasi
yang luas, formalisasi yang tinggi, jaringan informasi yang terbatas, dan
sentralisasi. Karakteristik model ini adalah:[25]
a.
proses
kepemimpinan tidak mencakup persepsi tentang keyakinan dan kepercayaan, bawahan
merasa tidak bebas mendiskusikan permasalahan dengan atasan;
b.
proses
motivasi hanya menyadap motif fisik, rasa, aman, dan ekonomik melalui perasaan
takut dan sanksi;
c.
proses
komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir ke bawah dan
cenderung tidak akurat;
d.
proses
interaksi bersifat tertutup dan terbatas, hanya sedikit pengaruh bawahan atas
tujuan dan metode departemen;
e.
proses
pengambilan keputusan hanya di tingkat atas, keputusan relatif;
f.
proses
penyusun tujuan dilakukan di tingat puncak original, tanpa mendorong adanya
partisipasi kelompok;
g.
proses
kendali dipusatkan dan menekankan upaya memperhalus kesalahan.
Adapun menurut
payol untuk memahami model makanistik sebagai berikut:[26]
a.
Perinsip
sepesialis
b.
Prinsip
kesatuan arah
c.
Prinsip
kewenangan dan tanggung jawab.
d.
Perinsip
rantai bertingkat/Scalar chain.
e.
Birokrasi
Kedua Menurut
greenbeng Model organik. Dalam model ini pekerjaan cenderung menjadi sangat
umum, sedikit aturan. Dan keputusan dapat dibuat oleh kariyawan pada level yang
lebih rendah.[27]
model organik, sebuah struktur yang
rata, menggunakan tim lintas hierarkhi dan lintas fungsi, memiliki formalisasi
yang rendah, memiliki jaringan informasi yang komprehensif, dan mengandalkan
pengambilan keputusan secara partisipatif. Model ini mempunyai karakteristik
sebagai berikut: pertama, proses kepemimpinan mencakup persepsi tentang
keyakinan dan kepercayaan antara atasan dan bawahan dalam segala persoalan.
bawahan merasa bebas mendiskusikan permasalahan dengan atasan; kedua, proses
motivasi berusaha menimbulkan motivasi melalui metode partisipasi; ketiga
proses komunikasi berlangsung sedemikian rupa sehingga informasi mengalir
secara bebas keseluruh orgranisasi yaitu ke atas, ke bawah dan kesamping;
keempat, proses interaksi bersifat terbuka dan ekstensif, baik atasan ataupun
bawahan dapat mempengaruhi tujuan dan metode departemental; kelima, proses
pengambilan keputusan dilaksanakan di semua tingkatan melalui proses kelompok;
keenam, proses penyusunan tujuan mendorong timbulnya partisipasi kelompok untuk
menetapkan sasaran yang tinggi dan realistis; dan ketujuh, proses kendali
menyebar ke seluruh orgranisasi dan menekan pemecahan masalah dan pengendalian
diri. Model organisasi yang ketiga adalah model Piramid.Model ini di buat
persis sebuah piramida, dari atas adalah pimpinan sampai kebawah.. Sedangkan
model keempat adalah model Horizontal.Organisasi model ini dibuat dengan
manarik garis lurus secara horizontal dengan pembagian fungsional masingmasing
bersama tugasnya masing-masing.
Model
organisasi yang efektif tidak dapat berpedoman pada teori sebagai satu cara
terbaik melainkan manajer harus menerima sudut pandang bahwa model mekanistik
atau model organik lebih efektif bagi
organisasi atau sub-sub unit di dalamnya.Model struktur sub-unit didesain
sesuai dengan kontinum mekanistik organik dengan cara yang konsisten dengan
keadaan kondisi lingkungan, khususnya laju perubahan yang lebih lambat, ketidak
pastian yang lebih besar dan rentang waktu balikan yang lebih singkat sesuai
dengan model mekanistik.[28]
Ketiga Model matriks.
Model ini berusaha menggabungkan desain berdasarkan produk atau peroyek dengan
desain berdasarkan fungsi.[29]
Menurut Stanley M. Davis dan Paul R. Lawrence mengemukakan ada empat macam fase
evolus matrik sebagai berikut:[30]
a.
Pyramid
Tradisional (Teraditional Pyramid) tipe paling umum sektuktur keorganisasian,
yakni komando di satuan pada tingkat puncak.
b.
Lapisan
Temporer (Temporrary Overlay) sebuah sektuktur jangka pendek, yaitu
tim-tim peroyek dibentuk untuk kebutuhan-kebutuhan kehusus.
c.
Lapisan
Pernanen ( Permanent Overlay) sektuktur keorganisasian, yaitu tim-tim
proyek dilanjutkan untuk tujuan selanjutnya.
d.
Matrik
Dewasa (Nature Matrix) sektuktur keorganisasian yaitu, berupa
dimensi-dimensi sektuktur bersipat permanen dan diimbangkan; kekuasaan dipegang
bersama-sama oleh seorang manjer fungsional dan manjer proyek.
d.
Organisasi Ideal
Salah satu
dasar pemikiran yang dominan dalam perjalanan evolusi konsep model organisasi
adalah prinsip Max Weber tentang organisasi ideal.Konsep Max Weber tersebut
kemudian dikenal dengan istilah birokrasi. Birokrasi itu sendiri berasal dari
gabungan kata biro (bureau) yang artinya kantor, tempat kerja, officedesk dan
krasi (kratia/kratos) yang artinya kekuatan atau peraturan. Sebagai teori
manajemen klasik, konsep Max Weber mengenai prinsip organisasi ideal dan
birokrasi memberikan pondasi bagi munculnya pemikiranpemikiran baru perihal
model organisasi, dalam hal ini Perguruan Tinggi Islam di Indonesia.Sayangnya,
birokrasi kini identik dengan ketidakefisienan, kaku, dan sikap malas sehingga
istilah birokrasi selalu dikonotasikan negatif.Padahal, birokrasi bukan masalah
baik atau buruk.Bukan pula positif-negatif.Ia hanyalah sebuah desain organisasi
yang melalui perlakuan tertentu bisa berjalan efisien. Dalam perspektif Max Weber, terdapat prinsip
dasar yang perlu diterapkan dalam membangun organisasi agar dapat mencapai
tujuannya.Ketujuh prinsip tersebut adalah
a. pembagian kerja. Pekerjaan dipecah-pecah
sehingga jelas pembagian masing-masing anggota.
b.
Hirarki
kewenangan yang jelas. Struktur organisasi disusun bertingkat dan memastikan
jabatan yang lebih rendah berada di bawah supervisi dan kontrol dari yang lebih
tinggi. Garis komando dan garis koordinasi diciptakan untuk memperjelas alur
pelaporan diantara anggota organisasi.
c.
Formalisasi
yang tinggi. Untuk mengatur perilaku anggota organisasi, perlu disusun
peraturan dan prosedur formal sebagai sebuah sistem. Poin ini sangat relevan
dengan besaran organisasi. Semakin organisasi tumbuh besar, maka perlu ada
formalisasi agar semua hal berjalan standar.
d.
Impersonal.
Tindakan dan keputusan yang berlaku di dalam organisasi tidak melibatkan
perasaan pribadi. Tidak diperbolehkan konflik kepentingan berperan dalam
pengambilan keputusan.
e.
Keputusan
personalia berdasarkan kemampuan. Keputusan tentang promosi, seleksi,
didasarkan atas kualifikasi, keberhasilan atau prestasi. Organisasi harus
menciptakan sistem berjalan yang sesuai dengan kapasitasnya.
f.
Adanya
jenjang karir bagi anggota organisasi. Prinsip ini mengasumsikan bahwa
keanggotaan organisasi seseorang adalah seterusnya (continuous basis). Dengan
jenjang karir diharapkan anggota dapat mengejar karir dan menjaga komitmen
terhadap organisasi.
g.
Pemisahanyang
jelas kehidupan pribadi dan organisasi. Dalam organisasi ideal, pengambilan
keputusan dilakukan semaksimal mugkin berjalan rasional. Artinya, anggota
organisasi harus dapat memisahkan kehidupan pribadi dengan kehidupan
organisasi.[31]
BAB III
Kesimpulan
Organisasi adalah sebuah jalan perencanaan menuju sebuah tujuan
dari maksud yang ditentukan yang memiliki misi dan visi tertentu yang dilakukan
secara bersamaan. Dalam sebuah organisasi perlu diadakanya sebuah sektuktur.
Sektuktur dapat dikatakan Kerangka yang menunjukan segenap tugas pekerjaan
untuk mencapai tujuan organisasi, hubungan antara fungsi-fungsi,weweng dan
tanggung jawab tiap-tiap anggota organisasi yang memikul tiap-tiap tugas
pekerjaan. Sektuktur itu biasanya diwujudkan
gambar, disebut bagan sektuktur organisasi. Menurut Ivancevichet, Peroses menentukan pilihan serta membuat keputusan dan tindakan yang menghasilkan sektuktur organisasi disebut desain organisasi/organiziational
desigen. Lebih jelasnya sektuktur sebuah desani pembagian kewajiban dalam
melaksanakan pekerjaan dan kewenangan terhadap angota organisasi
Model adalah representasi deskripsi yang menjelaskan suatu konsep,
yang seringkali berupa penyederhanaan sebuah idealisasi.Model organisasi ada
mekanistis; model satu arah hanya atasan, organik; model dua arah atasan dan
bawahan saling, piramid; saling menopang dan horizontal; mandiri.Model
organisasi yang ideal transformasional, mampu membaca apa yang menjadi
kebutuhan organisasi. Sehingga organisasi dapat beradaptasi dengan lingkungan.
Daftar Pustaka
Drs.
Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen ( Depertemen Dalam
Negri Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negri : Bandung, 2000 )
Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku
Keorganisasia ( CAPS : Yogyakarta, 2015)
Herbet A.
Simon, Adminstrativve Behavior, Perilaku Administrasi (Penerjemah St. Dianjung,
Bumi Aksara :Jakarta 2004) p 192
Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011)
Prof. Dr. J.
Wihardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (PT. Raja Gerafindo
Persada :Jakarta 2014)p, 110
Pengaruh
Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank
Indonesia Kediri)
Eddy M.
Sutanto,Pengaruh Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe
Kepribadian Terhadap Tingkat Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa
Mandiri ,Staf Pengajar Fakultas Ekonomi,
Universitas Kristen Petra Surabaya Email: esutanto@petra.ac.id ,Liliana Djohan
Alumnus Fakultas Ekonomi, Universitas
Kristen Petra Surabaya
Afif Ikhwan, Model
organisasi Ideal Bagi Perguruan tinggi Islam di Indonesia, (STAI
Muhamadiyah Tulangagung)
[1] Drs. Soehardjono, Administrasi organisasi
dan Manjemen ( Depertemen Dalam Negri Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam
Negri : Bandung, 2000 ) p,6
[2] Drs. Danang Sunyoto dan Burhanudin, Teori Perilaku Keorganisasia (
CAPS : Yogyakarta, 2015 ) n, p 1
[3] Drs.
Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen, p,6
[4] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.146
[6] Drs.
Soehardjono, Administrasi organisasi dan Manjemen,p,6
[8] Pengaruh
Struktur Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi (Studi Pada
Persepsi Pegawai Tetap Kantor Perwakilan Bank Indonesia Kediri)
[9] Drs. Agus Joko
Purwanto, M.Si.Pentingnya Mempelajari
Teori Organisasi
[11] Drs. Agus Joko
Purwanto, M.Si.Pentingnya Mempelajari
Teori Organisasi
[13] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.172
[15] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.172
[16] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.172
[17] Herbet A.
Simon, Adminstrativve Behavior, Perilaku Administrasi (Penerjemah St. Dianjung,
Bumi Aksara :Jakarta 2004) p 192
[19] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.146
[21] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.171
[23] Prof. Dr.
Husaini Usman, Manajemen teori peraktik dan riset pendidikan (Bumi
Aksara: Jakarta,2011) p.171
[25] Pengaruh
Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe Kepribadian Terhadap Tingkat
Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri
[28] Pengaruh
Persepsi akan Dimensi Desain Organisasi dan Tipe Kepribadian Terhadap Tingkat
Stres Karyawan PT. Internasional Deta Alfa Mandiri
[30] Prof. Dr. J.
Wihardi, Teori Organisasi dan Pengorganisasian, (PT. Raja Gerafindo
Persada :Jakarta 2014)p, 110
[31] Afif Ikhwan, Model
organisasi Ideal Bagi Perguruan tinggi Islam di Indonesia, (STAI
Muhamadiyah Tulangagung)
Komentar
Posting Komentar