Kisah Pedagang Beras Yang Jatuh Pingsan Gara-gara Sultan Hamengku Buwono IX
Sultan Hamangku Buwono adalah raja dari kerajaan Yogyakarta yang memerintah tahun (1940), ketika Hamangku Buwono di nobatkan sebagai raja Yogyakarta, ia dengan tegas menunjukkan sikap nasionalismenya. Dalam pidato saat itu, ia mengatakan
"walaupun saya telah mengenyam pendidikan Barat yang sebenarnya, namun Pertama-tama saya adalah dan tetep adalah orang Jawa. " (Kemensos 2012).
Adapun kisah pingsan gara-gara sultan
Kejadiannya berlangsung pada tahun 1946, ketika pemerintah Republik Indonesia pindah ke Yogyakarta. Saat itu, SK Trimurti hendak pulang menuju ke rumahnya. Penasaran dengan kerumunan di jalan, ia pun singgah. Ternyata ada perempuan pedagang yang jatuh pingsan di pasar. Uniknya, yang membuat warga berkerumun bukan lah karena perempuan yang jatuh pingsan tidak, melainkan kenapa perempuan tersebut jatuh pingsan.
Cerita berawal perempuan pedagang beras ini memberhentikan sebuah jip untuk ikut menumpang ke pasar Keranggan. Sesampainya di pasar Keranggan, ia lalu meminta sopir jip untuk menurunkan semu dagangannya. Setelah selesai dan bersikap untuk membayar jasa, seorang sopir dengan halus menolak pemberian itu. Dengan nada emosi, perempuan pedagang ini mengatakan kepada sopir jip, apakah uang yang diberikan kurang. Tetapi tanpa berkata apapun sopir tersebut malah segera berlalu.
Sesuai kejadian, seorang polisi datang menghampiri dan bertanya kepada si perempuan pedagang "apakah mebakyu tahu siapa sopir tadi?"
"Sopir ya sopir. Aku ndak perlu tahu namanya. Dasar sopir aneh, " jawab perempuan pedagang besar dengan nada emosi.
" kalau mebakyu belum tahu, akan saya kasih tahu. Sopir tadi adalah Sri Sultan Hamangku Buwono IX, raja di Yogyakarta ini. " jawab polisi.
Seketika, perempuan pedagang besar tersebut jatuh pingsan setelah mengetahui kalau sopir yang dimarahinya karena menolak menerima uang imbalan dan membantunya menaikkan dan menurunkan beras dagangan, adalah rajanya sendiri!. (Tahta Untuk Rakyat, Atmakusumah (ed) , 1982).
Dikutip Dari : Sejarah Indonesia (KAMENDIKBUD RI)
Komentar
Posting Komentar