Lebih Baik Menyalakan Pelita Daripada Meratapi Nasib
Pada hakikatnya manusi memiliki Qadrat yang berbeda-beda yang kerap sering kita lupakan, bahkan tidak jarang manusia tidak menyadari hal serupa itu. Apalah jadinya Dunia ini
jikala semua nasib manusia sama. Oleh sebab itu, maka hendaklah kita berterimakasih
terhadap Sang pencipta dikarnakan telah memberi nasib yang tak serupa. Jikalu
kita tak sadar akan haldemikian maka manusia itu takkan pernah merasa puas
tenrtang apa yang telah menjadi Qadrat yang dimilikinya.
Acap kali nafsu
manusi membutakan pikiran kita. Tapi tanpa nafsu manusia tadak ada artinya,
sebab nafsu tergantung mau dibawa kemana oleh sang pemiliknya. Jikalu nafsu tak
berperan penting mungkin kita akan seperti manusia perimitif, yang tidak pernah
melakukan sebuah perubah, karna nafsu yang mendorong akal kita untuk bergerak menjuju
perubahan kepada arah yang lebih baik, maka terbentuklah alam semesta yang
seperti kita saksikan seperti sekarang ini. Tapi adakalanya nafsu membuat
kekacauan di muka bumi ini seperti yang tampak dalam samudra kematian yang
terkenal dengan perang Dunia Ke satu dan kedua.
Biarkita nafsu
mendorong keinginan yang besar bahkan usaha
pun telah kita kerahkan dengan sepenuh jiwa dan raga tapi apa dayah hasil tak
seperti yang diinginkan bahkan jauh daripada harapan. Semua itu tidak jarang
membuat orang putus asa dan meratapi nasib yang malang seakan hidup tidak ada
arti lagi, bahkan hilangnya semangat karna sudah tidak ada yang dapat
dikorbankan lagi. Ibarat pepatah mati tak mau hidupun segan , tapi perlu
kia sadari terkadang hal yang besar itu tida dapat dinikmati bahkan tidak jarang
membuat keresahan. Maka lakukan lah apa yang kita bias meskipun itu sebesar
pelita. Birat ucapan penjual kecil kalu mau bersedekah jangan besar-besar atu
dikumpulkan dulu biar banyak, lebih baik sedikit-sedikit asal tiap hari
lama-lama jadi bukit tetapi kita akan lupa terhadap apa yang kita perbuat,
karna tujuan kita hidup toh bukan di dunia saja tapi masih ada masa yang
sebenarnya yaitu akhirat. Tapi kalu kita bersedekah sekaligus banyak tidak
jarang kita mengingat-ingat sehingga menjadi ria akhirnya sia-sia deh amal,
sedangkan dalam islam beramal itu harus ikhlas biar jadi pahala.
Oleh karnanya
marilah kita lakukan apa yangkita bias walupun itu sebesar pelita ketimbang
meratapi nasib yang pada akhirnya kita termenung tak bergerak. Menyalakan
Unggun tak kuasa pelitapun tak punya betapa ironisnya hidup kita jikalu hal
serupa itu ada pada kita. Jangan pernah putus asa sebab hidup memiliki
qadratnya sendiri yang tak perna bias kita ruba. Ibarat pepatah kita harus
kerja keras biar menjadi orang sukses. Itu hanya sebagian kecil saja yang
mampuh meraih bagi orang-orang yang bernasib mujur. Kalu dilihat dari kerja
keras betapa semangat dan pantang mengenal waktu bagi para kuli buruh untuk
memenuhi kehidupanya, tapi apa daya toh mereka hanya mampuh untuk mebeli sesuap
makan tidak jarang nasib mereka sampai tutup usia tidak mengalami perubahan.
Akan tetapi mereka selalu bersemangat karna mereka sadar bahwa takdir kita itu
disin, tetapi hidup mereka selalu penuh dengan canda dan tawa disitulah
keadailan tuhan terhadap umatnya yang terkadang tak dimengerti oleh umatnya.
Wahai kawan marilah kita berbuat kebaikan untuk dirikita dan orang
lain walupun itu hanya sebesar pelita. Biar pelita tetapi tetap memberi terang
bagi orang yang membutuhkanya sebab sekecil apapun kebaikan pasti aka ada orang
yang membutuhkanya. Ketimbang ingin berbuat besar tak kuasa kecil pun taka ada
kemauan akhirnya sirnahlah semua apa yang kita punya yang akhirnya di dunia tak
merana apa lagi diakhirat nati setelah kita meningaldunia.
yess
BalasHapus