Makalah Inovasi Pendidikan Islam
BAB I
Pendahuluan
Iniovasai
merepukan sebuah perubahan baru pada seseorang atau kelompok. Inivaasi suatu
kegiatan yang mesti dilakukan oleh setiap orang atau kelompok guna meningkatkan
mutu dan daya saing. Sebuah kelompok tampa inovasi, maka kelompok tersebut akan
kala bersaing oleh kelompok yang memiliki inovasi yang lebih maju dan amapu
menumbukan ide dan gagasan baru.
Sehingga dalam
kontek di atas mengambarkan betapa pentingnya sebuah inovasi bagi
seseorang/sebuah kelompok, untuk memnjawab sebuah tuntutan perkembangan jaman. bahkan
yang sangat menonjol di Negara kita ini yaitu adanya perubahan/inovas
kurikulum, yang menandakan bahwa sebuah inovasi telah dilakukan guna medapatkan
lulusan yang memliliki karakter dan berintegritas yang mampu bersaing dikancah
Dunia.
Sebuah
perubahan pada metode pembelajaran yang diterapkan pada satuan pendidikan
merupakan sebuah gambaran besar mengena inovas,betapa penting dan berperan
akrtifnya sebuah inovas bagi sebuah lembaga pendidikan. Lantas seperti apakah
gambaran-gambaran inovasi yang sering dilakukan oleh pimpinan pendidikan yang
sering dilakuakan oleh para pimpinan yang telah berpengalaman. Sehingga
terbentuknya sebuah pendidikan yang menghasilkan lulsan-lulusan yang
berkualitas mampuh mengembangkan bakat dan inovasi yang ada pada lulusan
peserta didik.
BAB II
Pembahasan
Inovasi
Innovation (inovasi)
adalah suatu ide, barang, kejadian, atau metode yang dirasakan atau diamati
sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang, baik itu
berupa hasil diskoveri maupun invensi. Tujuan diadakan inovasi adalah untuk
memecahkan suatu masalah tertentu. Dengan demikian, dapat dikatakan inovasi
bersifat subyektif dan spesifik. Berikut ini beberapa pengertian inovasi
menurut para ahli.
1. Elly,menyatakan sebuah inovasi adalah ide untuk mendapatkan
pengakuan sosial dan cara baru atau sarana untuk mencapai pengakuan sosial.
2. Zaltman, Menyatakan
sebuah inovasi adalah ide, praktik, atau artefak yang dianggap baru oleh unit
yang relevan. Inovasi adalah perubahan obyek. Perubahan adalah bagian dari
bentuk tanggapan terhadap situasi. Dalam suatu situasi memerlukan proses
kreatif untuk menghasilkan sebuah penemuan. Namun, tidak semua hal pembaharuan
itu disebut inovasi, karena tidak semua kelompok individu baik kelompok formal
maupun informal menganggap suatu hal tersebut merupakan hal yang baru.
3. Huberman, menyatakan
inovasi adalah proses kreatif dalam
memilih, mengorganisasi, dan memanfaat-kan sumber daya manusia dan material
dalam cara-cara baru atau dan unik yang akan menghasilkan pencapaian lebih
tinggi untuk tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Dari beberapa
para ahli di atas, dapat diketahui bahwa tidak terjadi perbedaan yang mendasar
tentang definisi inovasi antara satu dengan yang lain. Semua pendapat di atas
menyatakan bahwa inovasi adalah suatu ide, hal-hal yang praktis, metode, cara
dan barang-barang buatan manusia yang diamati atau dirasakan sebagai suatu yang
baru bagi seseorang atau kelompok orang. Sesuatu yang baru itu dapat berupa
hasil diskoveri atau invensi yang dimanfaat-kan dalam mencapai tujuan tertentu
dan untuk memecahkan masalah tertentu.
Istilah
modernisasi dan inovasi sering kali dikaitkan satu sama lain, karena kedua hal
tersebut tampak memiliki persamaan, yakni keduanya merupakan perubahan sosial.
Kata modern mempunyai berbagai macam arti atau juga mengandung berbagai macam
tambahan arti. Semua kata modern digunakan tidak hanya untuk orang tetapi juga dapat
digunakan untuk bangsa, sistem politik, ekonomi lembaga seperti rumah sakit,
sekolah, perguruan tinggi, perumahan, pakaian, serta berbagai macam kebiasaan.
Pada hakikatnya
kata modern digunakan untuk menunjukan terjadinya perbuahan ke arah yang lebih baik
atau lebih maju dalam arti yang menyenangkan, lebih efektif dan efisien untuk mencapai
tujuan. Sebagai contoh dalam perkembangan teknologi transportasi, kuda lebih
modern daripada gerobak yang ditarik orang, tetapi mobil lebih modern daripada
kereta kuda, pesawat lebih modern daripada mobil. Dengan demikian, modern dapat
diartikan sebagai sesuatu yang baru dalam arti lebih maju atau lebih baik
daripada yang sudah ada, baik dalam arti lebih memberikan kesejahteraan atau
kesenangan bagi kehidupan.[1]
Menurut para ahli sebagaimana diungkapkan dalam kamus dapat dialihbahasakan
bahwa “innovation” dipahami sebagai “penggantian cara-cara yang lama
dengan cara baru”, sedangkan Innovator adalah pembawa cara-cara baru”
demikian pendapat Miraza Cs, yang dikemukakan oleh Asy’ari dalam Muhammad Rusli
Karim. Tegasnya suatu “pembaharuan, perubahan baru”, berarti inovasi. Karena itu
istilah “Innovator adalah dipahami sebagai “penemu cara baru, atau “pembaharu”.[2]
Konsep Dasar
Inovasi Pendidikan
Pesatnya
perkembangan lingkungan lokal, regional, dan internasional saat ini
berimplikasi terhadap penanganan penyelenggaraan pendidikan pada setiap jenjang
pendidikan yang ada. Berkaitan dengan perkembangan tersebut, kebutuhan untuk
memenuhi tuntutan meningkatkan mutu pendidikan sangat mendesak, terutama dengan
ketatnya kompetitif antarbangsa di dunia dalam saat ini. Sehubungan dengan hal
ini, ada tiga fokus utama yang perlu diatasi dalam penyelenggaraan pendidikan
nasional, yaitu: (1) upaya peningkatan mutu pendidikan; (2) relevansi yang
tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan, (3) tata kelola pendidikan yang kuat.
Depdiknas menempatkan ketiga hal tersebut dalam rencana strategis pembangunan
pendidikan nasional tahun 20042009, karena ketiganya tetap mendesak dan
relevan dalam penyelenggaraan pendidikan nasional pada waktu yang akan datang.[3]
Proses Keputusan Inovasi
Menurut
Saefudin, pengertian proses keputusan inovasi ialah proses yang dilalui
(dialami) individu, mulai dari pertama tahu adanya inovasi, kemudian
dilanjutkan dengan keputusan setuju terhadap inovasi, penetapan keputusan
menerima atau menolak, implementasi inovasi, dan konfirmasi terhadap keputusan
inovasi yang telah diambilnya. Proses keputusan inovasi bukan kegiatan yang
dapat berlangsung seketika, tetapi merupakan serangkaian kegiatan yang
berlangsung dalam jangka waktu tertentu, sehingga individu atau organisasi
dapat menilai gagasan yang baru itu sebagai bahan pertimbangan untuk
selanjutnya akan menolak atau menerima inovasi dan menerapkanya.[4]
Prinsip-prinsip
Inovasi Pendidikan
Peter
M. Drucker dalam bukunya Innovation and Enterpreneurship Tilaar, mengemukakan
beberapa prinsip inovasi, yaitu sebagai berikut.
a. Inovasi memerlukan analisis berbagai kesempatan dan
kemungkinan yang terbuka. Artinya, inovasi hanya dapat terjadi apabila
mempunyai kemampuan analisis.
b. Inovasi bersifat konseptual dan perseptual, artinya yang
bermula dari keinginan untuk menciptakan sesuatu yang baru yang dapat diterima
masyarakat.
c. Inovasi harus dimulai dengan yang kecil. Tidak semua
inovasi dimulai dengan ideide besar yang tidak terjangkau oleh kehidupan nyata
manusia. Keinginan yang kecil untuk memperbaiki suatu kondisi atau kebutuhan
hidup ternyata kelak mempunyai pengaruh yang sangat luas terhadap kehidupan
manusia selanjutnya.
d. Inovasi diarahkan pada kepemimpinan atau kepeloporan.
Inovasi selalu diarahkan bahwa hasilnya akan menjadi pelopor dari suatu
perubahan yang diperlukan. Apabila tidak demikian maka intensi suatu inovasi
kurang jelas dan tidak memperoleh apresiasi dalam masyarakat.[5]
Proses Inovasi
Pendidikan
Proses inovasi
pendidikan adalah serangkaian aktifitas yang dilakukan oleh
individu/organisasi, mulai sadar tahu adanya inovasi sampai menerapkan
(implementasi) inovasi pendidikan. Kata proses mengandung arti bahwa aktivitas
itu dilakukan dengan memakan waktu dan setiap saat tentu terjadi perubahan.
Berapa lama waktu yang dipergunakan selama proses itu berlangsung akan berbeda
antara orang atau organisasi satu dengan yang lain tergantung pada kepekaan
orang atau organisasi terhadap inovasi. Demikian pula selama proses inovasi itu
berlangsung akan selalu terjadi perubahan yang berkesinambungan sampai proses
itu dinyatakan berakhir. Proses inovasi pendidikan mempunyai empat tahapan, di
antaranya sebagai berikut.[6]
1. Invention
(penemuan)
Sesungguhnya kata Invention meliputi
penemuan-penemuan/ penciptaan tentang suatu hal yang baru[7]. Invention
meliputi penemuan-penemuan tentang sesuatu hal yang baru, biasanya merupakan
adaptasi dari yang telah ada. Akan tetapi pembaharuan yang terjadi dalam
pendidikan, terkadang menggambarkan suatu hasil yang sangat berbeda dengan yang
terjadi sebelumnya.
2. Development
(pengembangan)
Dalam proses pembaharuan biasanya
harus mengalami suatu pengembangan sebelum ia masuk dalam dimensi skala besar.
Development sering sekali bergandengan dengan riset, se-hingga prosedur
research dan development merupakan sesuatu yang biasanya digunakan dalam
pendidikan.[8]
Research dan development meliputi berbagai aktivitas, antara lain
riset dasar, seperti pencarian dan pengujian teori-teori belajar. Riset ini
mengetengahkan proses pengembangan bahan-bahan kurikulum yang baru.[9]
3. Diffusion
(penyebaran)
Konsep
diffusion seringkali digunakan secara sinonim dengan konsep dissemination,
tetapi disini diberikan konotasi yang berbeda. Definisi diffusion menurut Roger
adalah suatu persebaran ide baru dari
sumber inventionnya kepada pemakai atau penyerap yang terakhir.[10]
Menurut Roger ada beberapa ciri suatu
pembaharuan yang relevan untuk diterima, yaitu:
1) Secara relatif lebih menguntungkan daripada praktik atau kebiasaan
yang sudah ada.
2) Sepadan dengan nilai-nilai yang ada dan pengalaman potensi adopsi
masa lalu.
3) Tidak terlalu rumit.
4) Disesuaikan dengan daya serap adopter, atau dapat
didemonstrasikan pada suatu basis tertentu.
5) Adopter-adopter awal
(early adopter), bila dibandingkan dengan adopter-adoprter yang
mengikuti kemudian (late adoption), tampaknya lebih muda usia,
menampilkan fungsi yang lebih terspesialisasi, merespons terhadap sumber-sumber
informasi yang lebih impersonal, berani dalam mengemukakan opini.
6) Secara relatif pengaruh personal diri orang-orang terkemuka lebih
kuat bagi yang mengikuti kemudian.[11]
4. Adoption (penyerapan)
Menurut Katz
dan Hamilton (Wijaya, 1992), definisi proses pembaharuan dan difusi dalam
butir-butir berikut ini: penerimaan, melebihi waktu biasanya, dari beberapa
item yang spesifik, idea tau praktek/kebiasaan, oleh individu-individu, group,
atau unit-unit yang dapat mengadopsi lainnya ber-kaitan, saluran komunikasi
yang spesifik, terhadap struktur sosial, dan terhadap sistem nilai atau kultur
tertentu.[12]
Difusi Inovasi
Pendidikan
Teori Difusi
Inovasi pada dasarnya menjelaskan proses bagaimana suatu inovasi disampaikan
(dikomunikasikan) melalui saluran-saluran tertentu sepanjang waktu kepada
sekelompok anggota dari sistem sosial. Hal tersebut sejalan dengan pengertian
difusi dari Rogers ,yaitu Difusi adalah proses komunikasi inovasi antara warga
masyarakat (anggota sistem sosial), Rogers mengemuka-kan ada 4 elemen pokok
difusi inovasi, yaitu sebagai berikut.
1. Inovasi
Inovasi ialah
suatu ide, barang, kejadian, metode, yang diamati sebagai suatu yang baru bagi
seseorang atau sekelompok orang, baik itu berupa hasil invensi atau diskoveri,
yang diadakan untuk mencapai tujuan tertentu. Mulai tahun 1970 para ahli yang
mempelajari difusi mulai memperhatikan adanya “re-invention” yaitu inovasi yang
diubah atau dimodifikasi oleh para pemakai dalam proses penerimaan dan
penerapannya. Jadi dapat disimpulkan bahwa suatu inovasi dalam proses difusi
terbuka kemungkinan terjadinya perubahan (re-invention), dan para
penerima inovasi bukan berperan secara pasif hanya sekedar menerima apa yang
diberikan.
2. Komunikasi
dengan Saluran Tertentu
Seperti telah
kita ketahui bahwa komunikasi dalam pembi-caraan difusi inovasi ini, diartikan
sebagai proses pertukaran informasi antar anggota sistem sosial (warga
masyarakat), sehingga terjadi saling pengertian antara satu dengan yang lain.
Inti dari pengertian difusi ialah terjadinya komunikasi (per-tukaran informasi)
tentang sesuatu hal yang baru (inovasi). Kegiatan komunikasi dalam proses
difusi mencakup hal-hal a) suatu inovasi; b) individu atau kelompok yang telah
menge-tahui dan berpengalaman dengan inovasi; c) individu atau kelompok yang
lain yang belum mengenal inovasi; d) saluran komunikasi yang menggabungkan
antara kedua pihak tersebut.
3. Waktu
Waktu adalah elemen yang penting dalam proses difusi, karena waktu
merupakan aspek utama dalam proses komunikasi. Waktu tidak nyata berdiri
sendiri terlepas dari suatu kejadian, tetapi waktu merupakan aspek dari suatu
kegiatan. Peranan dimensi waktu dalam proses difusi terdapat pada tiga hal
sebagai berikut.
a. Proses
keputusan inovasi ialah proses sejak seseorang mengetahui inovasi pertama kali
sampai ia memutuskan untuk menerima atau menolak inovasi.
b. Kepekaan
seseorang terhadap inovasi. Tidak semua orang dalam suatu system social (masyarakat)
menerima inovasi dalam waktu yang sama. Kepekaan inovasi ditandai dengan lebih
dahulunya seseorang menerima inovasi daripada yang lain, dalam suatu system
social (masyarakat). Berdasarkan kepekaan terhadap inovasi atau
terdahulunya dan terlam-batnya menerima inovasi, dapat dikatagorikan menjadi 5
macam katagori penerima inovasi dalam suatu sistem sosial tertentu yaitu 1)
innovator, 2) pemula, 3) mayoritas awal, 4) mayoritas akhir, 5) terlambat
(tertinggal).
c. Kecepatan penerimaan inovasi. Dimensi waktu yang ketiga dalam
proses difusi inovasi ialah kecepatan penerimaan inovasi. Yang dimaksud dengan
kecepatan penerimaan inovasi ialah kecepatan relative diterimanya inovasi oleh
warga masyarakat (anggota sistem sosial). Orang yang menerima inovasi dalam
tiap periode waktu tertentu (misalnya tahun, atau bulan), mereka itu adalah
inovator. Kecepatan inovasi biasanya diukur berdasarkan lamanya waktu yang
diperlukan untuk mencapai prosentase tertentu dari jumlah warga masyarakat yang
telah menerima inovasi.
4. Sistem
sosial
Sistem sosial
ialah hubungan (interaksi) antar individu atau unit dengan bekerja sama untuk
memecahkan masalah guna mencapai tujuan tertentu. Anggota sistem sosial dapat
individu, kelompok-kelompok informal, organisasi, dan sub sistem yang lain.
Proses difusi melibatkan hubungan antar individu dalam sistem sosial, [13]
Diseminasi
Inovasi Pendidikan
Diseminasi adalah proses penyebaran inovasi yang diren-canakan,
diarahkan dan dikelola. Jadi, kalau difusi terjadi secara sepontan, maka diseminasi
dengan perencanaan. Ini berbeda dengan difusi yang merupakan alur komunikasi
spontan. Diseminasi merupakan tindak inovasi yang disusun menurut perencanaan
yang matang, melalui diskusi atau forum lainnnya yang sengaja diprogramkan,
sehingga terdapat kesepakatan untuk melaksanakan inovasi. Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bentuk diseminasi, karena sebarannya
ber-dasarkan sebuah perencanaan dengan pandangan jauh ke depan. Di dalam
pelaksanaannya pun, tidak sembarang kegiatan dapat dilakukan, namun benar-benar
berdasarkan sebuah program yang terarah dan terencana secara matang.[14]
Karakteristik Inovasi
Hakikat inovas adalah sebagai suatu
gagasan dan praktik yang baru dalam kehidupan manusia. King dan Anderson (1995)
menjelaskan ciri inovasi, mencakup: (1) suatu inovasi adalah hasil yang dapat dilihat,
proses atau hasil dalam suatu organisasi. Suatu gagasan baru yang memiliki
titik permulaan bagi suatu inovasi, (2) suatu inovasi harus merupakan suatu
latar sosial baru yang diperkenalkan terhadap kelompok kerja, bidang atau
seluruh organisasi, (3) suatu inovasi harus bertujuan bukan sekedar bersifat
sesaat. Jika suatu pabrik mengurangi produksinya hal itu karena akan
mempengaruhi terhadap peralatan, staf dan bukan merupakan suatu inovasi, (4)
suatu inovasi bukan merupakan perubahan rutin. Perjanjian dengan anggota staf baru
yag berpindah atau diberhentikan, tidak berkenaan dengan perubahan atau
inovasi.[15]
Model-model
Inovasi Pendidikan
Model-model dalam inovasi diciptakan sebagai kerangka dasar dalam
memahami bagaimana suatu inovasi itu terjadi serta bagaimana melihat kemampuan
seseorang untuk menjadi inovatif, adaptif dan mampu mendifusikan suatu inovasi
tertentu. Pada mulanya model-model tersebut digunakan dalam dunia bisnis saja,
namun lama kelamaan model-model tersebut dapat diterapkan atau diadopsi oleh
dunia pendidikan.
1.
Model Penelitian, Pengembangan dan Difusi (Research-Development-Diffusion-Model);
2.
Model Pengembangan Organisasi (Organization Development Model); dan
3. Model
Konfigurasi (Cofiguration Model). [16]
Karakteristik
Inovasi Pendidikan
Pendidikan
adalah salah satu faktor terpenting dalam usaha pembangunan yang dilakukan oleh
sebuah Negara. Karena menurut Salahuddin (2011: 22) pendidikan merupakan upaya pengembangan
potensi manusiawi dari para peserta didik, baik berupa fisik, cipta maupun
karsa agar potensi tersebut menjadi nyata dan dapat berfungsi bagi perjalan
kehidupan. Inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang
dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu, sehingga inovasi
tersebut dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan Menurut Salam (1997: 179) Inovasi pendidikan adalah suatu perubahan
baru yang berbeda dari hal sebelumnya, dan sengaja diusahakan untuk
meningkatkan kemampuan guna mencapai suatu tujuan dalam dunia pendidikan.
Sejalan yang dikemukakan Sa’ud (2010: 8) inovasi Pendidikan dapat dikatakan
sebagai sebuah usaha untuk mengadakan suatu perubahan dengan tujuan untuk
memperoleh hal yang lebih baik dalam bidang pendidikan.[17]
Strategi
Inovasi Pendidikan
Salah satu
faktor yang ikut menentukan efektivitas pelaksa-naan program perubahan sosial
adalah ketepatan penggunaan strategi. Akan tetapi, memilih strategi yang tepat
bukan peker-jaan yang mudah. Sukar untuk memilih satu strategi tertentu guna
mencapai tujuan atau target perubahan sosial tertentu.
Syafaruddin
mendefinisikan strategi sebagai suatu tahap-tahap dalam kegiatan yang
dilaksanakan untuk mencapai tujuan inovasi pendidikan. Pola strategi yang
biasanya digunakan adalah desain, kesadaran dan perhatian, evaluasi, dan
percobaan. Adapun beberapa strategi pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Strategi
Fasilitatif
Pelaksanaan program perubahan sosial dengan meng-gunakan strategi
fasilitatif artinya untuk mencapai tujuan perubahan sosial yang telah
ditentukan, diutamakan penye-diaan fasilitas dengan maksud agar program
perubahan sosial akan berjalan dengan mudah dan lancer.
2. Strategi
Pendidikan (re-educative strategies)
Menurut Zaltman, Duncan, strategi pendidikan sebagai suatu
pengajaran kembali (re-education) atau perubahan sosial dalam pendidikan
dipakai untuk mencapai suatu perubahan sosial.
3. Strategi
Bujukan (Persuasive Strategies)
Starategi
bujukan merupakan strategi yang digunakan dengan cara membujuk para sasaran
perubahan agar mau mengikuti perubahan sosial. Strategi bujukan ini akan
berhasil jika alasan yang diberikan rasional, fakta yang akurat.
4. Strategi
Paksaan (Power Strategies)
Strategi paksaan merupakan strategi yang digunakan dalam
pelaksanaan program perubahan sosial dengan cara memaksa klien (sasaran
perubahan) untuk mencapai tujuan perubahan. Apa yang dipaksa merupakan bentuk
hasil target yang diharapkan.[18]
Perspektif Pendidikan Islam
Pendidikan sejatinya proses
pembentukan karakter, baik individu maupun sebagai bangsa yang berbudaya.
Bagaimanapun, pendidikan adalah fenomena kultural/budaya suatu masyarakat.
Perkembangan budaya merupakan produk sistem pendidikan yang dijalankan oleh suatu
masyarakat. Sedangkan pengembangan budaya adalah khas manusia. Tak pelak,
manusia menjadi satu-satunya makhluk Allah yang berbudaya dan mampu
mengembangkan kebudayaannya. Sebagai fenomena kebudayaan, maka pendidikan
menjadi faktor yang menjamin pembinaan potensi secara maksimal guna mencapai
kedewasaan individu dan memelihara eksistensi serta perkembangan suatu
masyarakat dalam
mengisi kehidupan dengan pengabdian dan kekhalifahannya secara berkualitas/unggul
sebagai insan shaleh di muka bumi. Insan berkualitas sangat penting untuk
memenangkan kompetisi manusia dalam berbagai bidang kehidupan. Pentingnya
kualitas pribadi, karakter, kecerdasan dan akhlak akan menentukan masa depan
bangsa. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 249:
Artinya: ” ...Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan
golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang
sabar (QS.2:249).
Pendidikan membentuk pribadi yang
kuat dan berkarakter. Sabar adalah karakter yang bernilai tinggi dalam
kehidupan. Karena sabar berfokus kepada penerimaan yang tinggi atas ketentuan
dan hukum Allah.
Dalam perspektif pedagogis Islam,
dengan mengacu kepada pendapat Ulwan ada 7 tanggung jawab pendidik (orang tua,
guru, dan tokoh nonformal) terhadap anak, yaitu: (1) pendidikan iman, (2) pendidikan
akhlak/moral, (3) pendidikan fisik, (4) pendidikan intelektual, (5) pendidikan
psikhis, (6) pendidikan sosial, (7) pendidikan seksual”. Tanggung jawab
pendidikan yang sangat kompleks tersebut tidak ditangani dalam pendidikan di sekolah,
bahkan juga keluarga dan pendidikan luar sekolah.
Pendidikan Islam merupakan proses
bimbingan terhadap fitrah anak secara komprehensif untuk menciptakan pribadi
yang taqwa, atau muslim sejati. Menurut Langgulung pendidikan adalah suatu
proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan
pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang yang sedang
dididik. Setiap suasana pendidikan mengandung tujuan-tujuan, maklumat-maklumat
berkenaan dengan pengalamanpengalaman yang dinyatakan sebagai materi, dan
metode yang sesuai
untuk mempersembahkan materi itu secara berkesan kepada anak. Sedangkan
tujuan pendidikan Islam ditegaskan Al-Attas bahwa:”The aim of education in Islam is to
produce a good man”, yang berarti bahwa tujuan pendidikan Islam adalah
menghasilkan pribadi manusia yang baik. Adapun yang baik itu adalah berkenaan
dengan adab, berkenaan esensi budi dalam pencapaian kualitas kebaikan dimensi spiritual
dan material manusia”.lebih jauh dijelaskannya bahwa pendidikan membantu dalam
menyempurnakan kepribadian seseorang atau kelompok untuk melakukan tugas-tugas
secara efisien”. Karena itu pendidikan Islam selain sebagai proses pembinaan
fitrah/potensi anak sekaligus merupakan transformasi kebudayaan sehingga
eksistensi dan pengembangan hidup umat Islam berlangsung berkelanjutan”. Tujuan
yang ditata Islam dalam pendidikan adalah membuat kepatuhan manusia, dan
menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah. Pendidikan adalah proses pemenuhan
keyakinan dan cita-cita pendidikan Islam adalah keagamaan. Pendidikan Islam
membuat kesadaran manusia sebagai kenyataan jiwa mempengaruhi kegiatan dan
kehidupan tidak sempurna dan hanya melalui pendidikan maka bimbingan jiwa
mencapai keunggulannya Alam,
Secara sistemik, sistem pendidikan
Islam terdiri dari dasar dan tujuan, pendidik, anak didik, kurikulum, strategi
dan metode, evaluasi dan lingkungan. Semua komponen ini berfungsi, saling
berhubungan dan bekerjasama menuju kepada pencapaian tujuan sistem pendidikan
yang ideal”. Tegasnya, sistem pendidikan adalah keseluruhan komponen yang terpadu,
saling berhubungan dan berfungsi dalam mencapai tujuan. Sistem pendidikan Islam
dibentuk dan ditetaskan dari filosofi pendidikan Islam yang mempertayakan dan
menjawab persoalan hakikat manusia, tujuan penciptaan manusia, fungsi manusia,
hakikat pengetahuan (epistemologi), dan hakikat nilai (aksiologi). Secara
filosofis, manusia/ anak adalah makhluk theomorfic, (manusia berasal
dari Tuhan dan kembali Tuhan) yang diberi amanah sebagai khalifah (pemimpin/wakil,
penguasa), dan abdun (hamba) (QS.6:165; QS.51:56).
Dalam kerangka misi menemukan dan
mengamalkan sunnatullah adalah untuk keselamatan dan kemakmuran
kehidupan umat manusia di muka bumi. Dengan memantapkan perpaduan
filosofi dan sistem pendidikan Islam sebagaimana mestinya tentu saja
memastikan keutuhan idiologi pendidikan Islam yang mengilhami praktik
pendidikan yang ideal.
Dengan begitu, sistem pendidikan
Islam merupakan upaya mewujudkan sistem pembinaan potensi individu dan umat
bagi Islamisasi sebagai penerimaan dan pelaksanaan secara sadar kultur Islam
yang ideal oleh orang-orang yang bukan muslim dan orang-orang yang hanya
mengaku muslim dalam kehidupan atau segala aspeknya. Itu artinya, dasar pendidikan
Islam adalah sunnatullah (wahyu dan hukum alam/sosial empiris) yang
menegaskan tauhid sebagai nilai tertinggi dari puncak kebenaran realitas
(QS.4:48;116) sehingga pengingkaran atas realitas Maha Pencipta (Al-Khaliq)
dan realitas yang diciptakan (makhluq) menempatkan seseorang menjadi
musyrik.
Tegasnya tujuan pendidikan Islam
berfokus kepada perwujudan sunnatullah dalam kehidupan pribadi (muslim
sejati) dengan terbinanya seluruh potensi/fitrah anak menjadi pribadi muslim
dan masyarakat Islami seutuhnya melalui pendekatan ta’lim, tilawah dan
tazkiyah, (QS.2: 128;151), yang memunculkan berbagai metode, media, dan
alat pendidikan dengan materi/nilai bersumber dari pengetahuan qur’aniyah,
dan pengetahuan yang bersumber dari penafsiran terhadap hukum alam/sosial. Bagi
Al-Attas (1979:2) selain al-tarbiyah, dan al-ta’lim, maka al-ta’dib
merupakan istilah yang juga digunakan dalam pendidikan
Islam, karena misi utama Rasulullah
adalah membaguskan akhlak/ adab individu dan masyarakat sebagai diungkap dalam
salah satu hadis: ”Addabany Rabbi, Fa ahsani Ta’diiby”, Tuhanku yang
mendidikku dan membaguskan akhlakku”. Sejatinya, sistem pendidikan Islam adalah
sistem yang mengacu kepada pemahaman adanya format pendidikan yang berasaskan
Islam, dan atau bernuansa Islami untuk mewujudkan nilai-nilai Islam dalam program,
proses, dan aktivitas pembelajaran. Dalam wujudnya, ada berbagai lembaga
pendidikan Islam, yaitu madrasah, pesantren dan sekolah Islam atau sekolah yang
dikelola organisasi/yayasan Islam yang diyakini dalam pengembangannya untuk
mewujudkan tujuan pendidikan Islam, melalui materi/isi, proses, kegiatan, dan
metode pendidikan yang Islami dalam rangka meraih kualitas/keunggulan pribadi
muslim sejati dan masyarakat Islam terbaik/unggul (Al-Attas,
1979:4). Pentingnya pendidikan tidak hanya bagi pencapaian tujuannya, tetapi
merupakan bahagian integral sebagai suatu agama. Istilah pendidikan,[19]
BAB III
Kesimpulan
Inovasi merupakan sebuah perubahan pada seseorang atau kelompok.
Terutama pada kelompok pendidikan untuk
mencapai sebuah tujuan dan menghasilkan lulusan yang memiliki karakter dan
berintegritas. Sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu mengembangkan lulusan yang
memiliki inovasi yang tinggi.
Adapun seterategi yang digunakan dalam menerapkan inovasi banyak
macamnya, tergantung kondisi dan setuasi tempat dimana kita akan menerapkan
sebuah inovasi tersebut.
Daftar Pustaka
Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd dkk,INOVASI
PENDIDIKAN (Suatu Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan ( PERDANA PUBLISHING , Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
Dr. H. A. Rusdiana,M.M. KONSEP INOVASI PENDIDIKAN (Pustaka
Setia)
Dr.
Muhammad Kristiawan, M.Pd dkk, .INOVASI PENDIDIKAN (Wede group, Jawa Timur:2017)
Vol. 8 No. 1, Januari-Juni Jurnal Al-Ta’dib 82 KEPEMIMPINAN DAN INOVASI
LEMBAGA PENDIDIKAN (Pengalaman Pondok Gontor VII Putra Sulawesi Tenggara)
Syahrul Fakultas Tarbiyah IAIN Kendari
[1]
Dr.
Muhammad Kristiawan, M.Pd dkk, .INOVASI PENDIDIKAN (Wede group, Jawa Timur:2017) P 3-6
[2]
Prof.
Dr. Syafaruddin, M.Pd dkk,INOVASI PENDIDIKAN (Suatu Analisis Terhadap
Kebijakan Baru Pendidikan ( PERDANA PUBLISHING , Anggota
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI) p 22
[3]
Dr. H. A. Rusdiana,M.M. KONSEP INOVASI PENDIDIKAN (Pustaka Setia)P 43-44
[5]
Dr. H. A. Rusdiana,M.M. KONSEP INOVASI PENDIDIKAN (Pustaka Setia)P 48
[19] Prof. Dr. Syafaruddin, M.Pd dkk,INOVASI PENDIDIKAN (Suatu
Analisis Terhadap Kebijakan Baru Pendidikan ( PERDANA PUBLISHING , Anggota
Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)
p 185-187
Mesin Susu Listrik (SULIS) atau Milk Electricity · Pasteurisasi Thermal Modern · Memperlama Daya Simpan Susu Kambing, Kedelai dan Sapi. Telp (0341) 5035548
BalasHapusSusu Listrik