Makalah Konsep Dan Gaya Kepeminpinan Pendidikan
Kikin Al-Kindi
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Kepemimpinan
merupakan suatu topik bahasan yang klasik, namun tetap sangat menarik untuk perbincangkan
karena sangat menentukan berlangsungnya suatu organisasi. Kepemimpinan itu
esensinya adalah pertanggungjawaban. Masalah kepemimpinan masih sangat baik
untuk diteliti karena tiada habisnya untuk dibahas di sepanjang peradaban umat
manusia. Terlebih pada zaman sekarang ini yang semakin buruk saja moral dan
mentalnya. Ibaratnya, semakin sulit mencari pemimpin yang baik (good leader).
Pemimpin yang baik sebenarnya pemimpin yang mau berkorban dan peduli untuk
orang lain serta bersifat melayani. Tetapi, kenyataannya berbeda. Bila kita
lihat sekarang para pemimpin kita, dari lapisan bawah sampai lapisan tertinggi,
dari pusat hingga ke daerah-daerah. Banyak pemimpin yang hadir dengan tanpa
mencerminkan sosok pemimpin yang seharusnya, malah terlihat adanya
pemimpin-pemimpin yang jauh dari harapan rakyat, tidak peduli dengan nasib
rakyat bawah, dan hampir tidak pernah berpikir untuk melayani masyarakat.
Karena kepemimpinan mereka lebih dilandasi pada keinginan pribadi dan lebih
mengutamakan kepentingan kelompok.
Pemimpin
merupakan faktor penentu dalam sukses atau gagalnya suatu organisasi atau
lembaga. Baik di dunia pendidikan, kesehatan, perusahaan, religi, sosial,
politik, pemerintahan negara dan lain-lain. Kualitas pemimpin menentukan
keberhasilan lembaga atau organisasinya.
Sebab pemimpin dan manajer yang sukses itu mampu mengelola organisasi, mampu
mempengaruhi secara konstruktif orang lain, dan menunjukan jalan serta perilaku
benar yang harus dikerjakan bersama-sama.
Pemimpin harus
mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi
kelemahan-kelemahan, dan sanggup membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka
waktu yang sudah ditetapkan. Ringkasnya, pemimpin mempunyai kesempatan paling
banyak untuk mengubah sebuah “jerami menjadi emas” atau justru sebaliknya, bisa
mengubah “tumpukan uang menjadi abu” jika salah langkah dan tidak bisa bijaksana.
Sehubungan dengan ini kepemimpinan merupakan kunci bagi suksesnya suatu lembaga
atau organisasi.
Agar berjalan
dan suksesnya tujuan yang ingin dicapai oleh suatu lembaga, banyak sekali bentuk
gaya kepemimpinan yang diterapkan dan diyakini dapat mengimbangi pola pikir dan
refleksi paradigma-paradigma baru, terutama di era globalisasi seperti sekarang
ini. Melihat betapa pentingnya peran dari seorang pemimpin, maka seorang pemimpin
harus berkembang dalam hal gaya kepemimpinannya agar dapat memimpin bawahannya
dengan baik sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif dan
efisien.
Berdasarkan
latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, tentunya materi ini
sangatlah penting dan wajib diketahui bahkan harus dikuasai secara mendalam
oleh mahasiswa. Atas dasar itulah penulis menyusun makalah ini yang berjudul “Konsep
dan Gaya Kepemimpinan Pendidikan”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah diatas, maka masalah yang akan dibahas pada makalah ini yaitu
:
1.
Apa
pengertian dari konsep kepemimpinan pendidikan ?
2.
Apa
saja tipe gaya kepemimpinan pendidikan ?
C.
Tujuan Penulisan
Tujuan
dari penulisan makalah ini yaitu :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari konsep kepemimpinan
pendidikan.
2.
Untuk mengetahui apa saja tipe gaya kepemimpinan
pendidikan.
D.
Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan makalah ini diantaranya yaitu hasil penulisan
makalah ini dapat digunakan sebagai salah
satu bahan referensi pada mata kuliah Kepemimpinan Pendidikan yang terfokus
pada pembahasan mengenai konsep dan gaya kepemimpinan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Konsep Kepemimpinan
1.
Pengertian Pemimpin
Dilihat dari
sisi bahasa Indonesia “pemimpin” sering juga disebut dengan beberapa
istilah diantara penghulu, pemuka, pelapor, Pembina, panutan, pembimbing,
pengurus, penggerak, ketua, kepala, penuntun, raja dan sebagainya. Sedangkan
istilah memimpin digunakan dalam konteks hasil penggunaan peran seseorang
berkaitan dengan kemampuannya mempengaruhi orang lain dengan berbagai cara.
Istilah
pemimpin dan memimpin pada mulanya berasal dari kata dasar yang sama yaitu “pimpin”,
dan berikut ini dikemukakan beberapa pengertian pemimpin:
1.
Menurut Malayu S.P Hasibuan, pemimpin adalah
seseorang dengan wewenang kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk
mengerjakan sebagian dari pekerjaannya dalam mencapai tujuan.[1]
2.
Menurut
Robert Tanembaum, pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang formal untuk
mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab,
supaya semua bagian pekerjaan dikordinasikan demi mencapai tujuan perusahaan.[2]
3.
Menurut Kartini Kartono, pemimpin adalah
seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan khususnya kecakapan dan
kelebihan di satu bidang, sehingga dia mampun mempengaruhi orang-orang lain
untuk bersama-sama melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai satu atau
beberapa tujuan.[3]
4.
Modern
Dictionary Of Sociology menyatakan “leader is a person who occupies a
central role or position of dominance and influence in a group”, jadi
pemimpin adalah seseorang yang menempati peranan sentral atau posisi dominan dan
pengaruh dalam kelompok.[4]
5.
Jika
pemimpin dilihat dari sisi bahasa Inggris menjadi “LEADER”, yang mempunyai
makna bertugas untuk me-LEAD anggota di sekitarnya. Sedangkan makna dari LEAD
itu sendiri adalah:[5]
a.
Loyality,
seorang pemimpin harus mampu membangkitkan loyalitas rekan kerjanya dan
memberikan loyalitasnya dalam kebaikan.
b.
Educate,
seorang pemimpin harus mampu untuk mengedukasi rekan-rekannya dan mewariskan tacit
knowledge pada rekan rekannya.
c.
Advice,
memberikan saran dan nasihat dari permasalah yang ada.
d.
Discipline,
memberikan keteladanan dalam berdisiplin dan menegakkan kedisiplinan dalam
setiap aktivitasnya.
Berdasarkan
beberapa pengertian menurut para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk mengarahkan bawahannya
untuk mencapai tujuan oraganisasi.
2.
Pengertian Kepemimpinan
Apabila
berkumpul tiga orang atau lebih kemudian salah seorang diantara mereka mengajak
teman-temannya untuk melakukan sesuatu, pada pengertian yang sederhana orang
tersebut telah melakukan “kegiatan memimpin”, karena ada unsur “mengajak” dan
mengkoordinasi, ada teman dan ada sasarannya. Tetapi dalam merumuskan definisi
kepemimpinan ternyata bukan merupakan hal yang mudah dan banyak definisi yang
dikemukakan para ahli tentang kepemimpinan yang tentu saja menurut sudut
pandangnya masing –masing.
Kepemimpinan
merupakan suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk memengaruhi aktivitas
para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk
memberikan manfaat individu dan organisasi, sehingga dalam suatu organisasi
kepemimpinan merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kepemimpinan adalah titik sentral
dan penentu kebijakan dari kegiatan yang akan dilaksanakan dalam organisasi.
Ralp M. Stogdill
dalam Sopiah menyatakan “jumlah batasan atau definisi yang berbeda-beda
mengenai kepemimpinan hampir sama banyaknya dengan jumlah orang yang mencoba
memberikan batasan tentang konsep tersebut”.[6]
Slamet Santoso dalam
H. Veithzal Rivai dkk, mendefinisikan kepemimpinan sebagai usaha untuk memengaruhi
anggota kelompok agar mereka bersedia menyumbangkan kemampuannya lebih banyak
dalam mencapai tujuan kelompok yang telah disepakati.[7]
Young dalam
Kartono, mengemukakan kepemimpinan yaitu bentuk dominasi yang didasari atas
kemampuan pribadi yang sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat
sesuatu yang berdasarkan penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian
khusus yang tepat bagi situasi yang khusus.[8]
Ordway Tead
memberikan rumusan “Leadership is the activity influencing people to
cooperate some good which they come to find desirable”. Kepemimpinan adalah
suatu kegiatan memengaruhi untuk bekerja sama guna mencapai tujuan tertentu
yang diinginkan.[9]
Dengan
demikian, pengertian mengenai kepemimpinan diatas yang dikemukakan menurut para
ahli dan tergantuk pada perspektif yang digunakan, maka kepemimpinan dapat
didefinisikan berdasarkan penerapan pada berbagai bidang diantaranya militer,
olahraga, bisnis, pendidikan dan bidang-bidang yang lainnya.
Dari pengertian
diatas pula, maka kepemimpinan dapat disimpulkan mengandung beberapa unsur
pokok, antara lain:
a.
Kepemimpinan
melibatkan orang lain dan adanya situasi kelompok atau organisasi tempat
pemimpin dan anggotanya berinteraksi.
b.
Di
dalam kepemimpinan terjadi pembagian kekuasaan dan proses memengaruhi bawahan
oleh pimpinan
c.
Adanya
tujuan bersama yang harus dicapai.
d.
Faktor
penting yang terdapat dalam kepemimpinan yaitu pendayagunaan pengaruh, hubungan
antar manusia, proses komunikasi dan pencapaian suatu tujuan.
3.
Latar Belakang Sejarah Pemimpin dan Kepemimpinan
Masalah
kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya sejarah manusia, yaitu
sejak manusia menyadari pentingnya hidup berkelompok untuk mencapai tujuan
bersama. Mereka membutuhkan seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihan-kelebihan
daripada yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut
dibentuk. Hal ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai
keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu.
Kepemimpinan
muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia yaitu sejak zaman nabi-nabi
dan nenek moyang manusia yang berkumpul besama, lalu bekerja bersama-sama untuk
mempertahankan eksistensi hidupnya yang menantang kebuasan binatang dan alam
disekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia, dan ada unsur
kepemimpinan. Pada saat itu pribadi yang ditunjuk sebagai pemimpin ialah
orang-orang yang paling kuat, paling cerdas dan paling berani.
Sebagai contoh Kautilya dengan tulisannya “Arthasastra”
(321 Sebelum Masehi) menuliskan ciri-ciri khas seorang perwira yang ditunjuk
sebagai pemimpin, ialah :
a.
Pribumi, lahir
dari keturunan luhur
b.
Sehat, kuat,
berani, ulet
c.
Intelegent
punya ingatan yang kuat, pandai fasih berbicara
d.
Punya watak
yang murni, dengan sifat-sifat utama: penuh kebaikan, setia, taat pada
kewajiban, punya harga diri, kokoh pendiriannya, memiliki antusiasme,
bijaksana, mampu melihat jauh kedepan.
e.
Ramah tamah,
baik hati, sopan santun
f.
Terampil,
terlatih baik dalam bidang seni
g.
Mempunyai
pengaruh[10]
Dengan ringkas
dapat dinyatakan, pemimpin dan kepemimpinan itu dimanapun juga dan kapanpun
juga selalu diperlukan, khususnya pada zaman modern sekarang ini dan dimasa
yang akan datang.
4.
Sebab Musabab Munculnya Pemimpin
Menurut
Sunindhia dan Ninik Widiyanti (1988) dalam buku “Pemimpin dan Kepemimpinan
dalam Organisasi” Ada tiga teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan
pemimpin, yaitu[11]:
a.
Teori
Genetis
-
Teori
ini menyatakan bahwa pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin
oleh bakat-bakat alami yang luar biasa sejak lahirnya.
-
Dia
ditakdirkan lahir jadi pemimpin dalam situasi kondisi yang bagaimanapun juga,
yang khusus
-
Secara
filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
b.
Teori
Sosial
Teori sosial adalah lawan dari teori genetis yang menyatakan
pandangan sebagai berikut:
-
Pemimpin
itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak terlahirkan begitu saja.
-
Setiap
orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan serta di
dorong oleh kemauan sendiri
c.
Teori
Ekologis
Teori ekologis atau teori sintetis muncul sebagai reaksi dari kedua
teori sebelumnya yaitu teori genetis dan teori sosial. Teori ini menyatakan
bahwa seorang akan sukses menjadi pemimpin, bila sejak lahirnya dia telah memiliki bakat-bakat kepemimpinan,
dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan melalui pengalam dan usaha pendidikan,
juga dengan tuntunan lingkungan/ekologisnya.
5.
Fungsi Kepemimpinan
Fungsi pemimpin
dalam suatu organisasi merupakan sesuatu fungsi yang sangat penting bagi
keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkutan. Pada dasarnya fungsi
kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu :
a.
Fungsi
administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijakan administrasi dan menyediakan
fasilitasnya.
b.
Fungsi
sebagai Top Manajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing,
directing, commanding, controling.
Menurut Hadari
Nawawi fungsi kepemimpinan berhubungan langsung dengan situasi sosial dalam
kehidupan kelompok masing-masing yang mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin
berada didalam, bukan berada diluar situasi itu. Pemimpin harus berusaha
menjadi bagian didalam situasi social kelompok atau organisasinya. Fungsi
kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki dua dimensi yaitu:[12]
a.
Dimensi
yang berhubungan dengan tingkat kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau
aktivitas pemimpin, yang terlihat pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
b.
Dimensi
yang berkenaan dengan tingkat dukungan atau keterlibatan orangorang yang
dipimpin dalam melaksanakan tugas-tugas pokok kelompok atau organisasi, yang
dijabarkan dan dimanifestasikan melalui keputusan-keputusan dan kebijakan
pemimpin.
Menurut Hadari
Nawawi, secara operasional dapat dibedakan lima fungsi pokok kepemimpinan:[13]
a.
Fungsi
instruktif, pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi
perintah), bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai,
melaksanakan dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah)
agar keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan perintah.
b.
Fungsi
konsultatif, pemimpin dapat menggunakan fungsi ini sebagai komunikasi dua arah.
Hal tersebut digunakan manakala pemimpin dalam usaha menetapkan keputusan yang
memerlukan bahan pertimbangan dan berkonsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya.
c.
Fungsi
partisipasi, dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha
mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan
maupun dalam melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan
yang sama untuk berpartisipasi dalam melaksanakan kegiatan yang dijabarkan dari
tugas-tugas pokok, sesuai posisi masing-masing.
d.
Fungsi
delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan
keputusan.
e.
Fungsi
pengendalian, kepemimpinan yang efektif harus mampu mengatur aktifitas
anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga
memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Kemudian
menurut Yuki fungsi kepemimpinan adalah usaha mempengaruhi dan mengarahkan
karyawan untuk bekerja keras, memiliki semangat tinggi, dan memotivasi tinggi
guna mencapai tujuan organisasi. Fungsi kepemimpinan yang hakiki:[14]
-
Selaku
penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha untuk pencapaian tujuan.
-
Sebagai
wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak luar.
-
Sebagai
komunikator yang efektif.
-
Sebagai
integrator yang efektif, rasional, objektif, dan netral.
Organisasi yang
berhasil dalam mencapai tujuannya serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya
akan sangat tergantung pada para manajernya (pimpinannya). Apabila manajer
mampu melaksanakan fungsifungsinya dengan baik, sangat mungkin organisasi
tersebut akan dapat mencapai sasarannya. Suatu organisasi membutuhkan pemimpin
yang efektif, yang mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau
anak buahnya. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan diakui
sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai pengaruh dan mampu
mengarahkan bawahannya ke arah pencapaian tujuan organisasi.
6.
Peranan Pemimpin
Menurut pendapat
Stodgil dalam Sugiono ada beberapa peranan yang harus dilakukan oleh seorang
pemimpin, yaitu:[15]
a.
Integration,
yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada peningkatan koordinasi.
b.
Communication,
yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada meningkatnya saling
pengertian dan penyebaran informasi.
c.
Product
emphasis, yaitu tindakan-tindakan yang
berorientasi pada volume pekerjaan yang dilakukan.
d.
Fronternization,
yaitu tindakan-tindakan yang menjadikan pemimpin menjadi bagian
dari kelompok.
e.
Organization,
yaitu tindakan-tindakan yang mengarah pada perbedaan dan
penyesuaian daripada tugas-tugas.
f.
Evaluation,
yaitu tindakan-tindakan yang berkenaan dengan pendistribusian
ganjaran-ganjaran atau hukuman-hukuman.
g.
Initation,
yaitu tindakan yang menghasilkan perubahan-perubahan pada kegiatan
organisasi.
h.
Domination,
yaitu tindakan-tindakan yang menolak pemikiran-pemikiran seseorang
atau anggota kelompoknya.
Menurut Covey ada
tiga peranan pemimpin dalam kelompok/organisasi antara lain:[16]
a.
Pathfinding
(pencarian alur), mengandung sistem nilai dan visi dengan kebutuhan
pelanggan melalui suatu perencanaan strategis yang disebut the strategic
pathway (jalur strategi).
b.
Aligning
(penyelarasan), upaya memastikan bahwa struktur, sistem dan operasional
organisasi memberi dukungan pada pencapaian visi dan misi dalam memenuhi
kebutuhan pelanggan.
c.
Empowerment
(pemberdayaan), suatu semangat yang digerakkan dalam diri
orang-orang yang mengungkapkan bakat, kecerdikan, dan kreativitas laten, untuk
mampu mencapai nilai, visi dan misi bersama dalam melayani kebutuhan pelanggan.
Peranan
pemimpin yang sangat perlu dilaksanakan seorang pemimpin yaitu : (1) Membantu
kelompok dalam mencapai tujuannya, (2) Memungkinkan para anggota memenuhi
kebutuhan, (3) Mewujudkan nilai kelompok, (4) Merupakan pilihan para anggota
kelompok untuk mewakili pendapat mereka dalam interaksi dengan pemimpin
kelompok lain, (5) Merupakan fasilitator yang dapat menyelesaikan konflik
kelompok.[17]
Menurut Sondang
ada lima fungsi kepemimpinan yang dibahas secara singkat adalah sebagai berikut
: (1) pimpinan selaku penentu arah yang akan ditempuh dalam usaha pencapaian
tujuan, (2) wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak-pihak
diluar organisasi, (3) pimpinan selaku komunikator yang efektif, (4) mediator
yang handal, khususnya dalam hubungan ke dalam, terutama dalam menangani
situasi konflik, (5) pimpinan selaku integrator uang efektif, rasional,
obkjektif dan netral.[18]
7.
Karakteristik Kepemimpinan
Kepemimpinan
mungkin hanya terbentuk dalam suatu lingkungan yang secara dinamis melibatkan
hubungan di antara sejumlah orang. Kongkritnya, seorang hanya bisa mengklaim
dirinya sebagai seorang pemimpin jika ia memiliki sejumlah pengikut.
Selanjutnya antara para pemimpin dan pengikutnya terjalin ikatan emosional dan
rasional menyangkut kesamaan nilai yang ingin disebar dan ditanam serta
kesamaan tujuan yang ingin dicapai. Walupun dalam realitasnya sang pemimpinlah
yang biasanya memperkenalkan atau bahkan merumuskan nilai dan tujuan.
Dalam
kepemimpinan ada beberapa unsur dan karakter yang sangat menentukan untuk
pencapaian tujuan suatu organisasi. Menurut Gibb dalam Salusu, ada empat elemen
utama dalam kepemimpinan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu pemimpin
yang menampilkan kepribadian pemimpin, kelompok, pengikut yang muncul dengan
berbagai kebutuhannya, sikap serta masalah-masalahnya, dan situasi yang
meliputi keadaan fisik dan tugas kelompok.[19]
Selanjutnya
Blake dan Mounton dalam Salusu, menawarkan enam elemen yang dianggapnya dapat menggambarkan
efektifnya suatu kepemimpinan. Tiga elemen pertama berkaitan dengan bagaimana seorang
pemimpin menggerakkan pengaruhnya terhadap dunia luar, yaitu Initiative,
Inquiry dan Advocacy. Tiga elemen yang lainnya yaitu, Conflict Solving,
Decision making, dan Criticque.[20]
Berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan sumber daya yang tersedia dalam
organisasi untuk dapat mencapai hasil yang benar. Adapun penjelasannya yaitu
sebagai berikut:
a.
Inisiatif. Seorang pemimpin akan mengambil inisiatif apabila ia melakukan suatu
aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau menghentikan sesuatu yang
dikerjakan.
b.
Inquiry
(menyelidiki). Pemimpin membutuhkan yang komprehensif mengenai
bidang yang menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia perlu mempelajari
latar belakang dari suatu masalah, prosedur-prosedur yang harus ditempuh, dan
tentang orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan yang dibidanginya.
c.
Advocacy
(dukungan atau dorongan). Aspek memberi dorongan dan dukungan
sangat penting bagi kepemimpinan seseorang karena sering timbul keraguan atau
kesulitan mengambil keputusan di antara para eksekutif dalam organisasi atau
karena adanya ide yang baik tetapi yang bersangkutan kurang mampu untuk
mempertahankannya.
d.
Cinflict
Solving (memecahkan masalah). Apabila timbul
masalah atau konflik dalam organisasi, maka sudah menjadi kewajiban pemimpin
untuk menyelesaikannya. Ia perlu mencari sumber dari konflik tersebut, dan menyelesaikannya
dengan musyawarah untuk mufakat.
e.
Decision
Making (pengambilan keputusan). Keputusan yang
dibuat hendaknya keputusan yang baik, tidak mengecewakan, tidak membuat frustasi,
yaitu keputusan yang dapat memberi keuntungan bagi banyak orang.
f.
Critique
(kritik). Kritik disini sebagai proses mengevaluasi, menilai dan
jika sesuatu yang telah diperbuat itu baik adanya maka tindakan serupa untuk masa-masa
mendatang mungkin sebaiknya tetap dijalankan.
Ryaas Rasyid
dalam Mangkunegara menjelaskan beberapa karakter kepemimpinan yang berbeda satu
sama lain, yaitu sebagai berikut :[21]
1)
Kepemimpinan
yang Sensitif
Kepemimpinan ini ditandai dengan adanya kemampuan untuk secara dini
memahami dinamika perkembangan masyarakat, mengenai apa yang mereka butuhkan,
mengusahakan agar ia menjadi pihak pertama yang memberi perhatian terhadap
kebutuhan tersebut. Dalam karakter kepemimpinan tersebut, kemampuan
berkomunikasi daripada pemimpin pemerintahan yang disertai pada penerapan
transformasi di dalam proses pengambilan keputusan merupakan prasyarat bagi
pemerintah dalam mengemban segala tugas-tugasnya.
2)
Kepemimpinan
yang Responsif
Dalam konteks ini, pemimpin lebih aktif mengamati dinamika masyarakat
dan secara kreatif berupaya memahami kebutuhan mereka, maka kepemimpinan yang
responsif lahir lebih banyak berperan menjawab aspirasi dan tuntutan masyarakat
yang disalurkan melalui berbagai media komunikasi, menghayati suatu sikap dasar
untuk mendengar suara rakyat, mau mengeluarkan energi dan menggunakan waktunya
secara cepat untuk menjawab pertanyaan, menampung setiap keluhan, memperhatikan
setiap tuntutan dan memanfaatkan setiap dukungan masyarakat tentang suatu kepentingan
umum.
3)
Kepemimpinan
yang Defensif
Karakter kepemimpinan ini ditandai dengan sikap yang egoistik, merasa
paling benar, walaupun pada saat yang sama memiliki kemampuan argumentasi yang
tinggi dalam berhadapan dengan masyarakat. Komunikasi antara pemerintah dengan
masyarakat cukup terpelihara, tetapi pada umumnya pemerintah selalu mengambil
posisi sebagai pihak yang lebih benar, lebih mengerti. Oleh karena itu,
keputusan dan penilaiannya atas sesuatu isu lebih patut diikuti oleh
masyarakat. Posisi masyarakat lemah, sekalipun tetap tersedia ruang bagi mereka
untuk bertanya , menyampaikan keluhan, aspirasi dan lain sebagainya. Karakter kepemimpinan
samacam ini bisa berhasil dalam jangka waktu tertentu. Tetapi ketika berhadapan
dengan masyarakat yang semakin berkembang, baik secara sosial-ekonomi maupun
secara intelektualitas, karakter defensif ini akan sulit untuk melakukan
manufer.
4)
Kepemimpinan
yang Represif
Karakter kepemimpinan ini cenderung sama egois dan arogannya dengan
karakter kepemimpinan defensif, tetapi lebih buruk lagi karena tidak memiliki
kemampuan argumentasi atau justifikasi dalam mempertahankan keputusan atau
penilaiannya terhadap suatu isu ketika berhadapan dengan masyarakat. Karakter
kepemimpinan yang represif ini secara total selalu merupakan beban yang berat
bagi masyarakat. Ia bukan saja tidak memiliki kemampuan untuk menyelesaikan
berbagai masalah fundamental dalam masyarakat, tetapi bahkan cenderung merusak moralitas
masyarakat. Singkatnya kepemimpinan yang represif ini lebih mewakili sifat
diktatorial.
B.
Gaya Kepemimpinan
Ada suatu
pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami kesuksesan dari kepemimpinan,
yakni dengan memusatkan perhatian pada apa yang dilakukan oleh pemimpin
tersebut. Jadi yang dimaksudkan disini adalah gayanya. Gaya kepemimpinan
merupakan norma perilaku yang digunakan oleh seseorang pada saat orang tersebut
mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia inginkan. Gaya
kepemimpinan dalam organisasi sangat diperlukan untuk mengembangkan lingkungan
kerja yang kondusif dan membangun iklim motivasi bagi karyawan sehingga
diharapkan akan menghasilkan produktivitas yang tinggi.
Gaya
kepemimpinan adalah suatu cara yang digunakan oleh seorang pemimpin dalam
mempengaruhi perilaku orang lain. Dari gaya ini dapat diambil manfaatnya untuk
dipergunakan sebagai pemimpin dalam memimpin bawahan atau para pengikutnya.[22]
Gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang dipergunakan oleh seseorang
pemimpin pada saat mencoba mempengaruhi perilaku orang lain atau bawahan.
Pemimpin tidak dapat menggunakan gaya kepemimpinan yang sama dalam memimpin
bawahannya, namun harus disesuaikan dengan karakter-karakter tingkat kemampuan
dalam tugas setiap bawahannya. Pemimpin yang efektif dalam menerapkan gaya
tertentu dalam kepemimpinannya terlebih dahulu harus memahami siapa bawahan
yang dipimpinnya, mengerti kekuatan dan kelemahan bawahannya, dan mengerti bagaimana
caranya memanfaatkan kekuatan bawahan untuk mengimbangi kelemahan yang mereka
miliki. Istilah gaya adalah cara yang dipergunakan pimpinan dalam mempengaruhi
para pengikutnya.
Reddin dalam
Sutarto, Beliau membagi kepemimpinan kedalam tiga kelompok, yaitu sebagai
berikut:[23]
1.
Kelompok
Gaya Dasar
a.
Separated
(Pemisah), Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak dari
perilakunya yang berorientasi rendah, baik terhadap orang maupun terhadap
tugas.
b.
Dedicated
(Pengabdi), Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak dari
perilakunya yang berorientasi rendah terhadap orang dan berorientasi tinggi terhadap
tugas.
c.
Related
(Penghubung), Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak dari
perilakunya yang berorientasi tinggi terhadap orang dan rendah terhadap tugas.
d.
Integrated
(Terpadu), Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan Nampak dari
perilakunya yang berorientasi tinggi, baik terhadap orang maupun terhadap
tugas.
2.
Kelompok
Gaya Efektif
a.
Bureaucrat
(Birokrat), Pemimpin yang
menerapkan gaya ini akan nampak dari perilakunya yang berorientasi rendah, baik
terhadap orang maupun terhadap tugas. Pemimpin bergaya birokrat terutama
tertarik terhadap berbagai peraturan dan keinginan untuk memelihara peraturan
tersebut serta mengontrol situasi yang mereka gunakan dan nampaknya secara sungguh-sungguh.
b.
Benevolent
Autocrat (Otokrat Bijak), Pemimpin yang
menerapkan gaya ini akan nampak dari perilakunya yang berorientasi rendah
terhadap orang dan berorientasi tinggi terhadap tugas. Pemimpin bergaya otokrat
bijak mengetahui dengan pasti apa yang dia inginkan dan bagaimana memenuhi
keinginan itu tanpa menyebabkan kebencian di pihak lain.
c.
Developer
(Pengembang), Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak
dari perilakunya yang berorientasi tinggi terhadap orang dan berorientasi
rendah terhadap tugas. Pemimpin bergaya pengembang memiliki kepercayaan penuh
terhadap para bawahannya dan sangat memperhatikan pengembangan para bawahan
sebagai individu-individu.
d.
Executive
(eksekutif), Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan Nampak dari
perilakunya yang berorientasi tinggi terhadap orang maupun terhadap tugas.
Pemimpin bergaya eksekutif merupakan seorang pendorong yang baik, menetapkan
ukuran baku yang tinggi, menghargai perbedaan-perbadaan individu para
bawahannya, serta memanfaatkan tim dalam bekerja.
3.
Kelompok
Gaya tak Efektif
a.
Deserter
(Pelari). Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak dari perilakunya
yang berorientasi rendah, baik terhadap orang maupun terhadap tugas. Pemimpin
bergaya pelari tidak bersedia terlibat dalam tugas dan pasif.
b.
Autocrat
(Otokrat). Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak dari
perilakunya yang berorientasi rendah terhadap orang dan berorientasi tinggi
terhadap tugas. Pemimpin bergaya otokrat tidak mempunyai kepercayan kepada
orang lain, tidak menyenangkan dan hanya tertarik pada pekerjaan yang segera
selesai.
c.
Missionary
(Penganjur). Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak
dari perilakunya yang berorientasi tinggi terhadap orang dan berotientasi
rendah terhadap tugas. Pemimpin bergaya penganjur merupakan tipe “do-gooder”
yang menilai keserasian dalam dirinya sendiri.
d.
Compromiser
(Kompromis). Pemimpin yang menerapkan gaya ini akan nampak
dari perilakunya yang berorientasi tinggi terhadap orang maupun terhadap tugas
dalam situasi yang memaksa hanya memperhatikan pada seseorang atau tidak.
Pemimpin bergaya kompromis adalah pembuat keputusan yang buruk, bayak tekanan
yang mempengaruhi.
White dan
Lippit, mengemukakan ada tiga (3) gaya kepemimpinan, yaitu:[24]
1.
Kepemimpinan
Otokratis
Dalam tipe
kepemimpinan ini, pemimpin menentukan sendiri "policy" dan dalam
rencana untuk kelompoknya, membuat keputusankeputusan sendiri, namun
mendapatkan tanggung jawab penuh. Bawahan harus patuh dan mengikuti
perintahnya, jadi pemimpin tersebut menentukan atau mendiktekan aktivitas dari
anggotanya. Pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang
mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut
dalam bentuk perintah-perintah langsung kepada bawahan. Dalam kepemimpinan
otokrasi terjadi adanya keketatan dalam pengawasan, sehingga sukar bagi bawahan
dalam memuaskan kebutuhan egoistisnya.
Kebaikan dari
gaya kepemimpinan ini adalah :
a.
Keputusan
dapat diambil secara tepat.
b.
Tipe
ini baik digunakan pada bawahan yang kurang disiplin, kurang inisiatif,
bergantung pada atasan kerja, dan kurang kecakapan.
c.
Pemusatan
kekuasaan, tanggung jawab serta membuat keputusan terletak pada satu orang
yaitu pemimpin.
Adapun kelemahannya
adalah :
a.
Dengan
tidak diikutsertakannya bawahan dalam mengambil keputusan atau tindakan maka
bawahan tersebut tidak dapat belajar mengenai hal tersebut.
b.
Kurang
mendorong inisiatif bawahan dan dapat mematikan inisiatif bawahannya tersebut.
c.
Dapat
menimbulkan rasa tidak puas dan tertekan.
d.
Bawahan
kurang mampu menerima tanggung jawab dan tergantung pada atasan saja.
2.
Kepemimpinan
Demokrasi (Demokratis)
Dalam gaya ini
pemimpin sering mengadakan konsultasi dengan mengikuti bawahannya dan
aktif dalam menentukan rencana kerja yang berhubungan dengan kelompok.
Disini pemimpin seperti moderator atau koordinator dan tidak memegang
peranan seperti pada kepemimpinan otoriter. Partisipan digunakan dan
kondisi yang tepat, akan menjadikan hal yang efektif. Maksudnya supaya
dapat memberikan kesempatan pada bawahannya untuk mengisi atau
memperoleh kebutuhan egoistisnya dan memotivasi bawahan dalam
menyelesaikan tugasnya untuk meningkatkan produktivitasnya pada pemimpin
demokratis, sering mendorong bawahan untuk ikut ambil bagian dalam hal
tujuan-tujuan dan metode-metode serta menyokong ide-ide dan saran-saran.
Disini pemimpin mencoba mengutamakan "human relation"
(hubungan antar manusia) yang baik dan mengerjakan secara lancar.
Kebaikan dari
gaya kepemimpinan ini adalah :
a.
Memberikan
kebebasan lebih besar kepada kelompok untuk mengadakan kontrol terhadap
supervisor.
b.
Merasa
lebih bertanggungjawab dalam menjalankan pekerjaan.
c.
Produktivitas
lebih tinggi dari apa yang diinginkan manajemen dengan catatan bila
situasi memungkinkan.
d.
Ada
kesempatan untuk mengisi kebutuhan egoistisnya.
e.
Lebih
matang dan bertanggungjawab terhadap status dan pangkat yang lebih
tinggi.
Kelemahannya
adalah :
a.
Harus
banyak membutuhkan koordinasi dan komunikasi.
b.
Membutuhkan
waktu yang relatif lama dalam mengambil keputusan.
c.
Memberikan
persyaratan tingkat "skilled" (kepandaian) yang relative tinggi bagi
pimpinan.
d.
Diperlukan
adanya toleransi yang besar pada kedua belah pihak karena jika tidak dapat
menimbulkan perselisihpahaman.
3.
Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire
Gaya
Kepemimpinan Laissez Faire yaitu gaya kepemimpinan kendali bebas.
Pendekatan ini bukan berarti tidak adanya sama sekali pimpinan. Gaya ini
berasumsi bahwa suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya
menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut
dalam rangka mencapai sasaran-sasaran dan kebijakan organisasi.
Kepemimpinan pada tipe ini melaksanakan perannya atas dasar aktivitas
kelompok dan pimpinan kurang mengadakan pengontrolan terhadap
bawahannya. Pada tipe ini pemimpin akan meletakkan tanggung jawab
keputusan sepenuhnya kepada para bawahannya, pemimpin akan sedikit saja
atau hampir tidak sama sekali memberikan pengarahan. Pemimpin pada gaya
ini sifatnya pasif dan seolah-olah tidak mampu memberikan pengaruhnya kepada
bawahannya.
Kebaikan dari
gaya kepemimpinan ini:
a.
Ada
kemungkinan bawahan dapat mengembangkan kemampuannya, daya kreativitasnya untuk
memikirkan dan memecahkan persoalan serta mengembangkan rasa tanggung jawab.
b.
Bawahan
lebih bebas untuk menunjukkan persoalan yang ia anggap penting dan tidak
bergantung pada atasan sehingga proses yang lebih cepat.
Kelemahannya
adalah :
a.
Bila
bawahan terlalu bebas tanpa pengawasan, ada kemungkinan terjadi penyimpangan
dari peraturan yang berlaku dari bawahan serta dapat mengakibatkan salah tindak
dan memakan banyak waktu bila bawahan kurang pengalaman.
b.
Pemimpin
sering sibuk sendiri dengan tugas-tugas dan tepisah dari bawahan.
c.
Kelompok
dapat mengkambinghitamkan sesuatu, kurang stabil, frustasi, dan merasa kurang
aman.
BAB III
PENUTUP
Pemimpin pada hakikatnya adalah seorang yang mempunyai kemampuan
untuk memepengaruhi perilaku orang lain di dalam kerjanya dengan menggunakan
kekuasaan. Dalam kegiatannya bahwa pemimpin memiliki kekuasaan untuk
mengerahkan dan mempengaruhi bawahannya sehubungan dengan tugas-tugas yang
harus dilaksanakan.
Gaya-gaya kepemimpinan pada umumnya adalah gaya kepemimpinan
pribadi, gaya kepemimpinan non pribadi, gaya kepemimpinan otoriter, gaya
kepemimpinan demokratis, gaya kepemimpinan paternalistis, gaya kepemimpinan
menurut bakat. Disamping gaya-gaya kepemimpinan tersebut juga ada pendapat yang
mengemukakan menjadi tiga gaya antara lain : Otokratis, Demokratis, dan
Laisezfaire. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivitas pemimpin meliputi ;
kepribadian (personality), harapan dan perilaku atasan, karakteristik,
kebutuhan tugas, iklim dan kebijakan organisasi, dan harapan dan perilaku rekan
yang selanjutnya bahwa faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi kesuksesan
pemimpin dalam melaksanakan aktivitasnya.
Tugas pemimpin dalam kepemimpinannya meliputi ; menyelami
kebutuhan-kebutuhan kelompok, dari keinginan itu dapat dipetiknya
kehendak-kehendak yang realistis dan yang benar-benar dapat dicapai, meyakinkan
kelompoknya mengenai apa-apa yang menjadi kehendak mereka, mana yang realistis
dan mana yang sebenarnya merupakan khayalan.Pemimpin yang professional adalah
pemimpin yang memahami akan tugas dan kewajibannya, serta dapat menjalin
hubungan kerjasama yang baik dengan bawahan, sehingga terciptanya suasana kerja
yang membuat bawahan merasa aman, tentram, dan memiliki suatu kebebsan dalam
mengembangkan gagasannya dalam rangka tercapai tujuan bersama yang telah
ditetapkan.
[1] Lembaga
Administrasi Negara. 2008. Kepemimpinan dalam Organisasi Modul Pendidikan
dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III. Jakarta:LAN
[2]
Veithzal R, Bachtiar, dan Boy Rafli Amar. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan
dalam Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers. Hal.14
[3] Kartini
Kartono. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:Rajawali Pers. 32,
cet.19
[4] http://aniatih.blogspot.com/pengertian-pemimpin-menurut-para-ahli/,
diakses pada tanggal 23 Februari 2019
[5]
Veithzal R, Bachtiar, dan Boy Rafli Amar. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan
dalam Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers. Hal.2
[7]
Veithzal R, Bachtiar, dan Boy Rafli Amar. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan
dalam Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers. Hal.4
[8] Kartini
Kartono. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:Rajawali Pers. 33,
cet.19
[9]
Veithzal R, Bachtiar, dan Boy Rafli Amar. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan
dalam Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers. Hal.4
[10] Kartini
Kartono. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta:Rajawali Pers. 32-33,
cet.19
[11] Veithzal
R, Bachtiar, dan Boy Rafli Amar. 2013. Pemimpin dan Kepemimpinan dalam
Organisasi. Jakarta:Rajawali Pers. Hal.11-12
[12] Nawawi,
Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Gadjah
Mada University Press : Yogyakarta, hal.74
[13] Nawawi, Hadari & Hadari, M. Martini. 2004. Kepemimpinan
yang Efektif. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta, hal.75
[14] Masaong,
Kadim dan Arfan A. Tilomi. 2011. Kepemimpinan Berbasis Multiple Intelligence,
Bandung : Alfabeta.
[16] Mathis,
Robert dan John Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia Buku 2.
Jakarta: PT. Salemba 4.hal:6
[17] Thoha,
Miftah.2007.Kepemimpinan Dalam Manajemen, Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada.hal:7
[21] Mangkunegara,
A. A. P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia.Bandung:PT. Remaja Rosda
Karya.hal:37
[23] Sutarto,
2006, Dasar-dasar Kepemimpinan Administrasi, Cetakan Ketujuh.Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta.hal:118-120
Komentar
Posting Komentar